** Mailing List Nasional Indonesia http://www.ppi-india.org ** 
** Situs milis nasional: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia ** 
** Info Beasiswa Indonesia http://informasi-beasiswa.blogspot.com **
REPUBLIKA
Senin, 26 September 2005


Kiai yang tak Mau Menikah Lagi 
Oleh : Ahmad Tohari 


Seorang teman yang setia mengikuti harian ini ngomel lewat telepon. ''Kamu 
jangan hanya menulis soal isu-isu besar yang biasanya menyangkut berbagai 
penyelewengan di negeri ini. Percuma! Seribu kali kamu menulis soal korupsi, 
penebangan liar, penyelundupan BBM, percaloan di DPR, atau impor beras yang 
merugikan petani, dampaknya nol! Jangan-jangan tulisan seperti itu hanya 
membuat para pelaku kejahatan tadi jadi kebal. Dan jadi lebih ganas!'' ''Jadi 
kamu ingin saya menulis apa?''

''Kok tanya? Tapi baiklah. Coba tulis hal-hal yang kecil di seputar kehidupan 
rumah tangga, atau apa. Pokoknya yang berwarna human interest. Aku bosan dengan 
tulisanmu tentang kejahatan korupsi. Nggak ngaruh apa-apa!''

Saya merasa gondok juga mendengar omelan teman ini. Ah, nanti dulu. Mungkin dia 
benar. Tulisan-tulisan yang mengkritik para pelaku kejahatan korupsi memang tak 
ada apa-apanya. Atau setidaknya perlu diselingi.
''Baik, kawan, kali ini saya mau menulis yang lain.'' 

Saya berpikir sebentar. ''Bagaimana kalau saya menulis tentang seorang kiai 
kampung?''
''Ah, saya sudah bisa menebak isinya. Paling-paling soal kiai yang kesulitan 
mencari dana untuk membangun pondoknya. Atau tentang aliran politiknya.'' 
''Bukan kedua-duanya, melainkan tentang kesetiaan sang kiai kepada istri 
tunggalnya.''
''Nah, yang ini aku ingin baca. Tulislah.''

Wah, masa iya saya harus menulis sesuatu untuk menyenangkan hati seorang teman? 
Namun karena telanjur berjanji maka kisah tentang seorang kiai kampung itu saya 
tulis juga. Dan ini benar-benar sebuah kisah nyata. Kiai tersebut mempimpin 
sebuah pondok kecil 50-an kilometer di sebelah barat rumah saya. Umurnya 
sekitar 40 tahun. Dia sudah menikah selama belasan tahun namun belum dikaruniai 
seorang anak pun. Namun tampak jelas dia tidak menyesali keadaannya. Anehnya 
malah banyak kiai lain yang menasihatinya agar menikah lagi agar dia bisa 
beroleh keturunan. Menanggapi anjuran ini sang kiai biasanya hanya tersenyum. 
Karena sikap teguhnya ini suatu saat dia diundang oleh kiai lain dan oleh tuan 
rumah dia dia dibawa berkeliling ke ke pondok-pondok putri. Selesai berkeliling 
tuan rumah mengajaknya bercakap-cakap.

''Bagaimana?'' tanya tuan rumah.
''Bagus, sekali. Pondok sampeyan rupanya cepat berkembang.''
''Bukan itu yang saya tanyakan,'' sambung tuan rumah. ''Sampeyan sudah 
menemukan calon yang cocok?''
Kiai tamu yang belasan tahun belum dikaruniai anak itu terkejut, namun segera 
maklum. Rupanya dia sedang diberi kesempatan memilih calon istri kedua dari 
antara santri putri kiai tuan rumah.
''Bagaimana?''
''Alhamdulillah.''

''Bagus. Jadi sudah nemu? Nanti saya akan atur.''
''Bukan begitu. Alhamdulillah, saya tadi hanya melihat bangunan-bangunan baru 
di pondok ini, dan tidak melihat apa pun lainnya.''
''Ah, sampeyan ini bagaimana?''
''Maafkan saya. Dan tolong, biarkan saya meniru tabiat Kanjeng Nabi terhadap 
istri pertamanya.''
''Maksud sampeyan?''
''Ah, sampeyan sudah tahu. Semua kiai sudah tahu bahwa Kanjeng Nabi sangat 
mencintai istri pertamanya meskipun dia 15 tahun lebih tua dari Kanjeng Nabi 
sendiri.''

''Ya, tentu kami tahu itu.''
''Kalau begitu sampeyan pasti tahu pula bahwa karena cinta yang begitu besar, 
Kanjeng Nabi tidak menikah untuk yang kedua kali selama istri pertamanya masih 
hidup.''
''Ya, sampeyan benar. Dan kami tahu betul soal itu.''
''Alhamdulillah. Maka begitulah. Meskipun ilmuku tak seberapa, saya benar-benar 
ingin meniru sikap Kanjeng Nabi ini; tidak menikah lagi selama istri pertama 
masih hidup.''
''Tapi nanti dulu. Bukankah dalam ayat suci kita diperkenankan mengawini satu, 
dua, tiga, bahkan empat orang istri?''
''Ya, kita semua tahu dan yakin akan kebenaran ayat itu. Tapi sekali lagi, saya 
hanya ingin meniru Kanjeng Nabi karena beliaulah satu-satunya penafsir wahyu 
yang maksum. Dan nyatanya beliau hanya menikah lagi setelah istri pertamanya 
wafat.''
Itulah cerita tentang seorang kiai kampung yang begitu setia kepada istrinya. 
Mudah-mudahan teman saya tidak ngomel lagi. 




[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today!
http://us.click.yahoo.com/O4u7KD/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Website resmi http://www.ppi-india.org **
** Beasiswa Indonesia, http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Reply via email to