** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum ** REPUBLIKA
Sabtu, 26 Maret 2005 Pemimpin Pilihan Rakyat Oleh : Taufiq Effendi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara RI Di bawah UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, rakyat Indonesia mulai Juni 2005 nanti akan melangsungkan pilkada guna memilih pemimpin daerahnya masing-masing, baik di tingkat provinsi, kabupaten, maupun kotamadya. Ada sebanyak 224 kepala daerah, terdiri dari 11 gubernur, 36 wali kota, dan 178 bupati akan dipilih. Berbeda dengan pilkada sebelumnya, di mana kepala daerah dipilih oleh para wakil rakyat yang duduk di DPRD, pilkada mendatang akan menggunakan mekanisme pemilihan langsung. Yaitu rakyat memilih pasangan calon kepala daerah yang diusulkan oleh partai atau gabungan partai politik (parpol). Mekanisme pemilihan langsung ini, selain bertujuan untuk melahirkan pemimpin yang benar-benar legitimate karena dipilih langsung oleh rakyat juga dimaksudkan untuk menghindari derasnya arus praktik-praktik pembelian suara sebagaimana disinyalir banyak terjadi di lembaga legislatif atau parlemen. Praktik pembelian suara memang bukan hal baru di kancah atau percaturan politik. Di Amerika Serikat ada skandal Watergate pada saat dilaksanakan pemilihan presiden tahun 1972. Di Indonesia-meskipun sulit dibuktikan- isu praktik pembelian suara ini juga santer terdengar dan marak dibincangkan. Barangkali, maraknya isu pembelian suara ini akibat langsung dari dibukanya kran kebebasan informasi di era reformasi yang begitu lebar, sehingga hampir tidak ada rahasia yang dapat disembunyikan atau ditutup-tutupi secara rapi. Tetapi boleh jadi juga, hiruk-pikuknya praktik politik uang berupa pembelian suara dalam berbagai even politik adalah akibat langsung dari mentalitas suka menerabas, yaitu cari jalan pintas yang penting tujuan tercapai-tidak peduli apakah cara yang ditempuhnya melawan hukum atau tidak. Tidak diketahui secara pasti mengapa seorang kandidat pemimpin, baik untuk menjadi kepala daerah, ketua organisasi politik, ketua organisasi sosial kemasyarakatan, dan lain sebagainya begitu dermawannya membagi-bagikan uang kepada para calon pemilih. Memang, uang penting guna menunjang mobilitas. Tetapi, kalau uang itu digunakan untuk menaklukkan hati pemilih, maka yang demikian itu sejatinya adalah pelecehan terhadap eksistensi rakyat dikarenakan memposisikannya sebagai pihak yang dapat dibeli, terutama cita-citanya. Padahal cita-cita mereka begitu tinggi dan tidak dapat dinilai dengan uang, berapa pun jumlahnya. Karenanya, tidak berlebihan kiranya jika kemudian muncul istilah suara rakyat adalah suara Tuhan (vox populi, vox dei). Oleh sebab itu, keluhurannya harus dijaga secara ekstra ketat guna merawat agar predikat suara Tuhan tidak bermetamorfosis menjadi suara gemerincing uang (vox populi, vox argentums). Pada dasarnya, jabatan pemimpin yang diperoleh dengan membeli suara adalah cara-cara primitif seperti yang dilakukan oleh para agresor kolonialisme. Yang membedakan hanyalah alat penakluknya saja. Para agresor menggunakan kekuatan senjata guna menunduk-taklukkan penduduk di daerah jajahannya, sementara pemimpin yan g memperoleh jabatannya dengan cara membeli suara menaklukkan rakyat pemilih dengan kekuatan uang yang dimilikinya. Jangan-jangan mereka nanti juga akan berperilaku sebagaimana agresor yang gemar memeras dan menindas! Menjadi pemimpin adalah amanat Menjadi pemimpin adalah amanat. Oleh sebab itu prasyarat yang harus terpenuhi adalah kerelaan hati orang-orang yang dipimpinnya untuk menyerahkan dan mempercayakan segala urusannya yang berkaitan dengan upaya meraih kepentingan-kepentingan dan cita-citanya (politik, ekonomi, hukum, budaya, dan lain sebagainya). Untuk itu perlu disadari bersama bahwa menjadi pemimpin bukanlah alat untuk gagah-gagahan tetapi untuk mengabdi dan menjalankan tugas. Pemimpin berkewajiban untuk melayani bukan minta dilayani. Berhubungan dengan soal kepemimpinan ini, adalah menarik mencermati pidato politik Abu Bakar Sidiq, khalifah pertama dalam sejarah Islam, saat dirinya dinobatkan sebagai pemimpin umat Islam sepeninggal Rasulullah Muhammad. Dalam pidatonya, beliau mengatakan, ''Wahai sekalian manusia, sekarang aku telah kalian angkat untuk memegang urusan kalian ini, padahal aku bukanlah orang terbaik di antara kalian. Karenanya, jika aku berjalan di atas kebenaran dan keadilan, maka dukunglah aku. Sebaliknya, jika aku menyimpang dari jalan kebenaran dan keadilan, maka luruskanlah aku. Taatilah aku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Namun, bila aku melanggar perintah-Nya dan tidak menjalankan sunah Rasul-Nya, maka janganlah kalian mengikuti aku.'' Pidato ini memberi pemahaman kepada kita bahwa pemimpin harus mempunyai kepribadian jujur dan komitmen (sidiq), dapat dipercaya dan bertanggung jawab (amanah), cerdas serta memiliki kepekaan yang tinggi (fatonah), dan mau membuka ruang dialog dengan rakyatnya (tabliq). Atau, seorang pemimpin wajib memiliki keyakinan dan komitmen (conviction), mempunyai kejujuran dan konsisten (character), berani dan bertanggung jawab atas tindakan yang diperbuat (courage), mempunyai ketenangan jiwa serta keteduhan batin (composure), dan ahli serta profesional (competence). Tanpa ini semua, pemimpin yang hadir di tengah-tengah rakyat hanya akan melahirkan kehancuran bukan kejayaan yang diharapkan. Entah mengapa --pada umumnya--orang begitu berhasrat mengambil jabatan pimpinan, padahal tanggungjawabnya tidak ringan. Adalah tidak masalah jika keinginan yang begitu besar itu bagian dari bentuk fitrah manusia yang selalu ingin mengabdikan dirinya secara total dan lebih berkualitas, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Kendati demikian, pertanyaan yang segera wajib dimunculkan dalam diri kita adalah mampukah kita menjalankan tugas berat itu? Di sinilah kita dituntut untuk 'biso rumongso' (tahu diri dan dapat mengukur kemampuan yang dimiliki). Tapi sayang, kebanyakan kita lebih memilih 'rumongso biso' (merasa mampu meskipun tidak demikian). Dalam konteks inilah kita perlu belajar dari kearifan Sonia Gandhi yang menolak untuk menjadi perdana menteri India dan menyerahkan jabatan itu kepada Manmohan Singh meskipun dia menang dalam pemilu. Barangkali dia merasa bahwa rongrongan isu atas dirinya sebagai keturunan Itali hanya akan membuat pemerintahannya berjalan tersendat-sendat dan tidak efektif sehingga urusan kepentingan rakyatnya yang lebih kurang berjumlah 1,1 miliar akan terbengkalai. Tetapi, kalau dasar ketertarikannya adalah karena pemahaman bahwa jabatan pemimpin itu dapat mendatangkan kawan, kewibawaan, dan kekayaan, maka yang demikian itu perlu cepat diluruskan, karena yang demikian itu hanya akan menyengsarakan sekaligus mencelakakan rakyat yang dipimpinnya. Kepemimpinan demokratis Kaitannya dengan upaya percepatan pelaksanaan good governance, sungguh dibutuhkan kehadiran sosok pemimpin yang kaya dengan prinsip-prinsip kepemimpinan demokratis. Oleh sebab itu, selain seorang calon pemimpin mesti mempunyai dukungan yang luas-guna membackup visi misinya, ia juga harus benar-benar visioner serta mampu membangkitkan inspirasi dan motivasi, memiliki kemampuan berdialog secara terbuka, siap dikritik, tidak egois, mempunyai ketahanan terhadap segala perbedaan, dan tidak emosional menghadapi berbagai problema yang mengemuka. Ibaratnya, seorang pemimpin adalah burung garuda yang mampu terbang tinggi di udara dan dengan kepaknya sanggup memberikan dorongan-dorongan maupun rangsangan-rangsangan bagi orang-orang yang dipimpinnya sehingga mereka menjadi kreatif, inovatif, dan memiliki semangat dan ketahanan hidup. Singkatnya, seorang pemimpin harus berkepribadian--meminjam istilah Ki Hajar Dewantara, ing ngarso sung tulodo ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Yaitu ketika berada di barisan depan mampu memberikan tauladan, saat berada di tengah sanggup memotivasi, dan di kala berada di belakang mau membangkitkan daya dorong. Hal lain yang tidak kalah penting dalam masalah kepemimpinan di era demokrasi ini adalah syarat bahwa pemimpin harus mampu berpikir efektif, efesien, dan rasional sehingga gagasan-gagasannya tidak mengawang, tetapi membumi, dapat dioperasikan dalam alam nyata. Dengan demikian, cita-cita untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, efektif, efesien, rasional, proporsional, dan kompetitif, akan semakin mudah digapai. Dengannya pula, cita-cita rakyat untuk berpartisipasi mengisi kemerdekaan juga akan mudah terwujud. Pasalnya, pemimpin seperti ini sadar dan paham betul pentingnya menyerap aspirasi dan partisipasi segenap komponen masyarakat dalam pembangunan republik ini. Oleh sebab itu dibutuhkan kecermatan dalam memilih pemimpin. Seorang pemimpin hendaknya dipilih karena berbagai pertimbangan yang komprehensif, bukan semata karena faktor kekayaan materi dan popularitas yang dimiliki. Yang demikian ini dimaksudkan untuk menghidari salah pilih, mengingat bahwa peran pemimpin sangat vital, yaitu sebagai nahkoda kapal rakyat yang sedang berlabuh di samudra luas menuju pelabuhan cita-citanya; hidup berkeadilan dan berkemakmuran. Pendek kata, seorang pemimpin harus mampu memayu hayuning bawono. Maksudnya mampu mewujudkan kesejahteraan dan keselamatan hidup di dunia. Tetapi demikian, kesemuanya berpulang kepada kemauan dan keputusan kita; apakah akan mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai demokrasi atau merubah demokrasi menjadi otokrasi. Untuk itu eling lan waspodo, hati-hati dan waspada, adalah sikap terbaik dalam memilih pemimpin. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give the gift of life to a sick child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **