** Mailing List Nasional Indonesia http://www.ppi-india.org ** 
** Situs milis nasional: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia ** 
** Info Beasiswa Indonesia http://informasi-beasiswa.blogspot.com **
CENDRAWASIH POST
Senin, 16 Sept 2005 




















Meliput Pertemuan 175 Kepala Negara di New York 



SBY Pergi, Peserta Sidang Tinggal Separo 

Layout tempat sidang umum PBB di New York mirip ruang sidang gedung DPR/MPR 
Senayan. Perbedaannya, pakaian peserta sidang lebih beragam. Mulai yang 
berumbai-rumbai sampai rok cekak. 

H MARGIONO, New York 

Yang saya bayangkan sebelumnya tentang konferensi tingkat tinggi (KTT) di PBB 
yang megah dan sangat serius ternyata berbeda jauh dari yang saya saksikan 
langsung di New York. KTT yang bernama resmi High Level Plenary Meeting atau 
yang dikenal luas dengan sebutan Sidang Umum PBB tersebut ternyata 
begitu-begitu saja. Mirip suasana Sidang Umum MPR di Senayan yang bisa kita 
lihat lewat TV itu. 

Bahkan, suasana sidang wakil-wakil rakyat kita yang sering diolok-olok pemalas 
tersebut ternyata masih lebih baik, minimal dilihat dari jumlah kehadiran serta 
kerapian berpakaian. 

Ketua Komisi I DPR RI Theo L. Sambuaga pasti bisa merasakan suasana tersebut. 
Hari itu, Jumat 16 September, dia sudah datang pagi-pagi ketika General 
Assembly Hall -ruang sidang PBB- yang berkapasitas sekitar 750 orang tersebut 
masih sepi. Sidang dijadwalkan dimulai pukul 09.00. 

Ketika Theo memasuki ruangan pada pukul 08.15, peserta yang hadir baru 16 
orang. Itu pun masih mondar-mandir. Theo langsung duduk di kursi di deretan 
kesembilan dari depan. Beberapa menit kemudian, datang Mensekab Sudi Silalahi. 
Disusul, Menko Perekonomian Aburizal Bakri dan Menlu Hassan Wirajuda yang duduk 
dekat Theo. 

Presiden SBY datang beserta rombongan kecil pada pukul 08.45 dan langsung ke 
meja kecil di deretan kedelapan. SBY membuka naskah pidatonya. Dari jauh saya 
melihat dia membolak-balik kertas, kemudian memberi coretan-coretan. Sudi 
Silalahi sesekali mendekat dan berbicara dengan SBY. Aburizal dan Hassan duduk 
manis di belakangnya. 

Satu deret di ruang sidang tersebut berisi sekitar 35 kursi. Delegasi Indonesia 
yang pada hari itu presidennya mendapatkan giliran berpidato memperoleh "jatah" 
10 kursi. Yakni, lima kursi di barisan kedelapan dan lima kursi di baris 
kesembilan. Ketika pimpinan membuka sidang delegasi, yang hadir baru sekitar 
150 orang. 

Selama hampir dua jam mata saya menjelajahi ruang sidang yang bentuknya juga 
sangat mirip ruang sidang paripurna gedung DPR/MPR di Senayan tersebut. Pemred 
RCTI M. Arief Suditomo yang duduk di samping kanan saya berkomentar, "Saya 
kira, Bung Karno dulu pernah mengajak Ir Silaban ke tempat ini. Dan, dia 
mendapatkan inspirasi dari gedung ini." 

"Saya kira meniru, bukan dapat inspirasi," ujar saya. Ir F. Silaban adalah 
arsitek pembangunan gedung DPR/MPR. 

Ruang dalam gedung itu ditata dengan kesan sederhana. Tidak ada aksesori gedung 
yang mencolok, kecuali logo PBB berukuran sedang dan berwarna dominan biru yang 
sekaligus menjadi back-drop panggung pimpinan. 

Di kanan kiri lambang itu ada monitor besar berukuran 150 inci. Meja dan 
kursi-kursinya berwarna dominan biru muda. Dindingnya berwarna putih dengan 
hanya satu lukisan abstrak di dinding kiri dan satu lagi di dinding kanan. 

Ruang tersebut berbentuk agak oval. Di panggung pimpinan sidang, lantainya 
sedikit lebih tinggi daripada lantai utama. Ruang utamanya berhadapan langsung 
dengan meja pimpinan. Di kanan kiri ruang utama ada ruang sayap yang diisi 
kursi menghadap ruang utama. Di sayap (kiri) itulah Ibu Negara Ny Ani Yodhoyono 
ikut mendengarkan pidato SBY didampingi beberapa staf kepresidenan. 

Di atas sayap kanan dan kiri ada balkon tempat para kamerawan mengambil gambar. 
Balkon belakang ditempati sekitar 150 wartawan tulis dan undangan-undangan 
lainnya. 

Dan, pada Jumat itu, 125 orang di antara 150 orang yang memenuhi balkon 
belakang adalah orang Indonesia. Mereka adalah wartawan, anggota delegasi dan 
staf kepresidenan, staf protokoler Deplu, para diplomat dari Perwakilan Tetap 
RI di New York, dan sepertinya juga ibu-ibu "PKK" dari KBRI serta KJRI. 

Suasana tak banyak berubah ketika sidang sudah dimulai dengan acara pokok 
pidato kepala negara. Terus terang saya tidak mencatat presiden mana yang 
mendapatkan giliran pertama berpidato hari itu. Saya kira, pidato-pidatoan 
belum dimulai karena peserta sedang juga belum tenang. Di sana-sini masih 
terdengar orang berbicara. 

Apalagi, sidang tersebut tidak menggunakan sound system yang keras. Peserta 
baru bisa mendengar jelas suara pimpinan dan peserta sidang kalau memakai 
earphone. 

Petugas PBB yang melayani kebutuhan persidangan juga terlihat sangat santai. 
Saat sidang sedang berlangsung, mereka masih mondar-mandir di ruangan 
membagi-bagikan naskah. Anggota delegasi berhilir mudik keluar masuk ruangan. 

Yang juga menarik, petugas-petugas wanitanya ternyata berpakaian bebas dan 
tidak harus rapi. Demikian juga dengan anggota delegasi wanitanya. Ada yang 
berpakaian berwarna-warni penuh rumbai. Ada yang berbaju pesta mirip pengantin. 

Ada yang mengenakan rok seksi jauh di atas lutut. Serta, ada yang hanya sedikit 
menutup dada. Tampaknya, tak banyak yang peduli. 

SBY mendapatkan giliran pidato yang keempat. Jarum jam menunjuk pukul 09.40 
saat presiden Indonesia berpostur tubuh "Eropa" itu keluar ruangan di balik 
meja pimpinan dan menuju podium. Di kanan kiri podium agak ke belakang berdiri 
dua petugas keamanan PBB berbaju dinas abu-abu. Saat itu, peserta sidang yang 
hadir sekitar 350 orang. Itu merupakan jumlah yang besar dibandingkan saat 
kepala negara lain berpidato yang hanya dihadiri 150 orang. 

Seperti biasa, SBY selalu mengawali pidatonya dengan ucapan 
bismillahi-rahmaanirrahiim. Selalu. Di tempat mana pun dan di hadapan siapa 
pun, dia selalui mengawali dengan kalimat yang berarti "dengan nama Allah Yang 
Maha Pengasih Maha Penyayang" tersebut. Setelah itu, bla bla bla, dia berbicara 
menggunakan bahasa Inggris yang sering mengagumkan orang asing yang 
mendengarnya. Konon, bahasa Inggris SBY tergolong excellent. 

Kalimat kedua yang diucapkan SBY dalam pidatonya, "Saya datang ke tempat ini 
berbicara atas nama 220 juta rakyat yang memilih saya menjadi presiden melalui 
pemilihan presiden secara langsung yang pertama di Indonesia." Kalimat 
berikutnya, "Saya juga membawa pesan 4,6 miliar penduduk Asia-Afrika yang 
disampaikan melalui perwakilannya dalam Forum Kerja Sama Asia-Afrika di Jakarta 
pada April lalu." 

Ketika SBY menyebut kata Afrika, saya melihat beberapa orang delegasi dari 
Ghana, Gabon, dan Nicaragua bertepuk tangan. Tapi, mungkin karena tidak 
disambut yang lain, tepuk tangan itu berhenti. 

Pidato SBY mudah disimak lewat earphone dan monitor TV karena yang diucapkan 
(dengan bahasa Inggris) sama dengan gerak bibirnya di TV. Berbeda dari kepala 
negara yang berpidato dengan bahasa asli negaranya. Sebab, suara yang terdengar 
(suara terjemahan) berbeda dari ucapannya. 

Seperti presiden dari negara lain, SBY hanya mendapatkan jatah berpidato selama 
lima menit. Tepat waktu. Sesuai teks, tak menyimpang dari dua halaman naskah 
yang sudah disiapkannya. Gaya pidatonya lugas. Bahasa tubuhnya wajar. Tak 
banyak menggerakkan tangan atau mengerutkan wajah, misalnya. 

Pidato SBY selesai ketika lampu merah di podium -tanda habisnya waktu- menyala. 
Jangan berharap ada tepuk tangan meriah. Pidato Presiden Venezuela Hugo Chaves 
yang meluap-luap dan menuding-nuding AS saja tak mendapatkan aplaus seperti 
itu. 

Ruang sidang langsung sepi sepeninggal SBY. Mungkin jumlah peserta tinggal 
separonya. SBY harus cepat-cepat ke acara lain. Pagi itu juga dia ditunggu 
sejawatnya PM Australia John Howard dan PM Belanda Jan Balkenende di lobi 
lantai II. Setelah itu, SBY harus segera kembali ke hotel. 

Kali ini, dia siap diceramahi khatib salat Jumat dai muda kelahiran Sulawesi 
Selatan yang kini menjadi imam besar Masjid Islamic Cultural Centre di New 
York, Syamsi Alie. (*) 


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today!
http://us.click.yahoo.com/O4u7KD/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Website resmi http://www.ppi-india.org **
** Beasiswa Indonesia, http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Kirim email ke