----- Original Message ----- From: "Asma Nadia" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]>
Ini hanya coretan saja ya, curhat saya. kalau kelihatannya ruwet dan tidak ilmiah atau logis, maafkan:) Entah kenapa, saya merasa begitu berkepentingan untuk menyerukan ke banyak muslimah, untuk berusaha memiliki eksistensi. Bisa dikenali sebagai 'someone', sbg dirinya sendiri. Utuh. Bukannya selalu menjadi bagian dari pihak2 tertentu. Maksud saya, tanpa meremehkan status sebagai istri si fulan, ibu dari fulan dan fulanah, anaknya pak fulan, atau alumnus dari kampus A, dstnya. Saya hanya ingin muslimah punya nilai lebih lagi. Eksistensi membuat seorang muslimah punya kemampuan untuk memberi lebih pada sekitar, manfaat selain dia sebagai ibu, istri, anak dari...dan lulusan mana. Dan menjadi pribadi yang lebih bermanfaat oke kok. Itu membuat salah satu diantara kita menjadi hamba yang lebih baik. Eksistensi juga membuat muslimah lebih percaya diri, dan merasa nyaman pada dirinya sendiri. Eksistensi membuat muslimah lebih mandiri, tidak bergantung penuh pada keluarganya, dan jika ada apa2 dia punya kemampuan lebih untuk survive dan menolong keluarga. Sebab eksistensi akan membuahkan kepercayaan lebih dari orang lain, terhadap dirimu. Sementara kepercayaan dari banyak pihak akan memberikan kita sayap untuk terbang lebih jauh dari yang lain. Bagaimana memupuk eksistensi? Gali potensi diri, dan cobalah memiliki spesialisasi, sesuatu yang kamu tekuni terus menerus, hingga kamu mahir, hingga sesuatu itu menjadi 'milik'. Sesuatu yang tidak semua orang memiliki, but u do have it. Saya percaya, sesuatu yang diasah akan memancarkan cahaya, dan menggores prestasi tersendiri. Prestasi dalam makna sempit (piala, penghargaan, dsb), ataupun prestasi dalam makna yang sangat luas (credit point, simpati, kekaguman, kepercayaan, pengakuan dari orang lain, bahwa u do have it). Tidak bisakah eksistensi dibangun melalui akademis saja? Bisa. Tapi jika selama masa kuliah muslimah bisa membangun dua sisi dari dirinya, sisi akademis dan sisi terkait kreativitas, kenapa tidak? Lewat Forum Lingkar Pena, ini kalo mau memproses eksistensi melalui dunia tulis, saya seperti melihat sebuah jalan, relatif mudah, bagi muslimah untuk membangun eksistensinya sejak dini. Modalnya hanya satu: Tekad dan kerja keras (eh ini mah dua atuh, ya?:)). Ini tentu hanya satu contoh. Masih banyak jalan lain. Tugas kita menemukan cara paling pas sesuai dengan minat dan potensi kita. Mas Boim Lebon pernah bercerita dalam salah satu roadshow kepenulisan yang diadakan Lingkar Pena Publishing House, betapa zaman telah begitu berubah. Jika dulu kecerdasan, dan kapasitas orang mutlak dinilai lewat background pendidikannya. Sehingga semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin terpandang dia, semakin enak kehidupannya. Kenyataan sekarang, kita justru menemukan cukup banyak sarjana yang nganggur, saking sulitnya mencari pekerjaan. Bukan berarti meremehkan pendidikan, tp masalahnya sering sekali pekerjaan yang tersedia tidak sesuai dengan pendidikan yang kita miliki. Jika itu yang terjadi, dan kita tidak memiliki skill di bidang tertentu yang benar2 membuat kita eksis. maka repotlah kita. Di banyak lapangan pekerjaan sekarang ini, skill dan eksistensi kerap memberi kemudahan dan lebih mendapat tempat. Itu sebabnya, kata Mas Boim Lebon, di tempatnya bekerja misalnya, terdapat orang-orang dengan pendidikan tinggi, yang mendapatkan jabatan struktural dengan kenaikan gaji dan posisi yang bertahap banget. Sementara orang-orang yang eksis karena skill tertentu, mendapatkan jabatan yang fungsional, dengan gaji yang jauh lebih tinggi, bahkan tanpa perlu mengalami tahapan-tahapan seperti karyawan lain yang memiliki pendidikan tinggi. Saya tahu tulisan di atas bisa berlaku untuk cowok dan cewek. Tapi hak saya juga, kan kalau lebih mengajak muslimah dalam hal ini, untuk sejak dini membangun eksistensi dirinya (hehe, gender nih). Penting banget, soalnya kan muslimah akan menjadi ibu, sementara agar bisa tetap dekat dengan anak, muslimah harus memiliki eksistensi yang terbangun, sehingga dia bisa memenangkan aturan mainnya sendiri (tanpa melalaikan fungsi menjadi istri dan anak-misalnya) ketika berhadapan dengan pihak2 berkuasa lainnya.:) Eksistensi di satu bidang, tidak hanya di bidang di mana kita belajar bertahun-tahun lewat bangku kuliah, akan membantu muslimah survive melewati berbagai keadaan. Bahkan ketika ilmu kuliahnya tak menemukan tempat untuk diaplikasikan. Dia tetap bisa menjadi somebody. Eksistensi juga memberikan bargaining power yang lebih tinggi kepada muslimah. Walaupun dia bukan seorang sarjana, latar belakang dunia yang ditawarkan pun sebetulnya tidak benar2 dia kuasai, namun dengan eksistensinya di satu bidang tertentu, dia memenangkan kepercayaan banyak orang. Tidak adil ? Masa S1 kalah gaji dan posisi dari yang D3 saja tidak, misalnya. Hanya karena dia memiliki 'nama' yang memberi kepercayaan. Sepintas kelihatannya begitu. Tapi saya pribadi mengangkat topi kepada muslimah-muslimah yang berhasil membangun eksistensinya, tidak hanya melalui pendidikan formal. Sebab saya tahu, walaupun kelihatannya mudah sekarang, tapi mereka sebetulnya telah melalui perjalanan keras dan jatuh bangun, untuk menjadi spt sekarang. Ketika teman-teman lain hanya sekolah, mereka berlatih. Ketika teman-teman lain hanya kuliah, mereka menyempatkan mengasah diri. Ketika muslimah lain tidur, mereka bangun dan mencoba berkarya. Jangan mengira mereka tak pernah berhadapan dengan kendala. Tapi mereka yang eksis pastilah telah menaklukan dereten kendala, tanpa menyerah. Berkarya dan berkarya. Begitu terus melewati bilangan tahun. terakhir, tidak ada kata telat untuk membangun eksistensi, dan menjadi muslimah yang lebih berguna bagi ummat yang besar ini. amin. ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Ever feel sad or cry for no reason at all? Depression. Narrated by Kate Hudson. http://us.click.yahoo.com/LLQ_sC/esnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/