http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2010042301053515

      Jum'at, 23 April 2010 
     

      BURAS 
     
     
     

'Xenolatri', Pilihan Bangsa Terpuruk!


       
      "FC Barcelona kalah dari Inter Milan kok kau yang uring-uringan, semua 
jadi serbasalah bagimu?" tegur nenek. "Kalau yang kalah itu Tim Nasional 
Indonesia, nenek bisa mengerti!"

      "Tim nasional? Mana mungkin masuk semifinal Piala Champions Eropa!" 
sergah cucu. "Lagi pula, bukan cuma aku yang kesal Barca kalah! Juga banyak 
warga negeri kita kesal akibat MU gagal!"

      Nenek terkesiap. "Kenapa warga bangsa kita jadi xenolatri--gandrung, 
mencintai, membanggakan, bahkan memuja yang asing?" tukasnya kemudian.

      "Karena tak ada yang bisa dibanggakan di negeri sendiri!" timpal cucu. 
"Dan itu bukan hanya dalam sepak bola! Di politik, semakin banyak anggota 
parlemen masuk bui! Di bidang hukum, polisi, jaksa, dan hakim terlibat mafia 
hukum, dicopot dari jabatannya! Di keuangan, pencolengan pajak 
merajalela--setelah kasus Gayus, terbongkar lagi di Surabaya dalam skala lebih 
fantastis--ironisnya itulah hasil nyata remunerasi di Departemen Keuangan yang 
menghabiskan belasan triliun pinjaman dari Bank Dunia! Bagaimana mungkin kami 
dipaksa untuk membanggakan semua itu?"

      "Aku juga ogah membanggakan realitas bangsa yang terpuruk itu!" tegas 
nenek. "Tapi, xenolatri sebagai pilihan bangsa terpuruk bisa berakibat lebih 
buruk! Karena, xenolatri merasuki warga bangsa terpuruk dengan impian dan 
ekspektasi yang melambung terlalu tinggi, tidak realistis! Jadi tidak 
kontekstual, terlalu jauh dari kemampuan dirinya sendiri pun! Parahnya, dengan 
begitu ia enggan pula jadi bagian dari solusi mengatasi keterpurukan 
bangsanya--malah cuma gemar menuding yang jelek melulu! Akibatnya usaha 
perbaikan urang dukungan semangat dan daya, hingga 'bisul' di tubuh bangsa yang 
justru meletus beruntun--masalah baru berkejaran muncul!"

      "Meski terdengar banyak benarnya, pandangan nenek itu xenofobia, takut 
pada yang asing!" timpal cucu. "Padahal xenolatri itu sebaliknya, membuka cara 
berpikir lebih luas, hal-hal asing didamba menginspirasi untuk tidak hidup 
seperti katak di bawah tempurung! Bayangkan kalau tak ada xenolatri sebagai 
sarana melihat keluar tempurung, semua realitas terpuruk malah dipuja sebagai 
yang ideal! Contohnya dalam sepak bola, pengurus PSSI justru mengklaim prestasi 
sekarang ini yang terbaik sesuai sistem! Lalu, semua usaha berbuat benar guna 
melakukan perbaikan menjadi sia-sia! Begitu pula dalam hukum, Susno yang 
berusaha berbuat benar malah dipojokkan--dengan alasan usaha baiknya itu 
dilakukan di luar sistem! Jadi jangan salahkan xenolatri, tapi pangkal semua 
masalah justru pada keterpurukannya yang sistemik!" ***

      H. Bambang Eka Wijaya
     


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke