Sekarang nanggapin hal yang lebih mendasar
dan bisa menjadi isu yang lebih 'peka'.

Pertama soal kaitan antara Pancasila dan
'syariat' Islam. Saya termasuk salah satu
di antara banyak sekali Muslim yang tidak
tertarik mempertentangkan Pancasila dan
Islam.  Konflik ideologi yang terjadi
tahun 1980-an (semasa pak Harto) ya
a.l. karena kesalahan pemerintah sendiri
yang memberi kesan terlalu meng "kultus"
kan Pancasila sehigga memprovokasi sebagian
Muslim.

Bagi saya, Pancasila itu bisa dibandingkan
dengan "Piagam Madinah" di jaman Nabi, sebagai
suatu perjanjian antara Muslim & Non Muslim.
Saya katakan 'bida dibandingkan' lho, tentu
tidak mungkin persis sama.

Juga mengenai 'Welfare State' dam Social
Security, dulu dalam UUD-1945 versi 'lama'
(sebelum amandemen), di dalam pasal 32
jelas-jelas disebutka kewajiban negara
untuk menyantuni fakir-miskin. Bukankah
ini merupakan suatu eja-wantah konsep
Welfare State nya khalifah Umar?

                ***

Lalu yang paling "dalem" :-), mengenai
kutipan di bawah ini:

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
>>
>> RMDH:
>> -----
>>
>> Kalau ini dapat diwujudkan, dan bagi semua 
>> manusia dalam satu negara, alangkah indahnya, 
>> pasti didukung semua. Tetapi, tidakkah semua 
>> ini sudah dirumuskan dalam sila sila Pancasila, 
>> yang juga belum pernah sepenuhnya (atau sedkit 
>> saja) terpenuhi?
>>
>> Pendidikan gratis dari TK sampai Universitas,
>> terjadi dinegara dimana saya hidup puluhan 
>> tahun:
>> di Austria, yang katholik. Saya study dengan 
>> biaya 0 sen. Ini juga lazim di Jerman, Swiss 
>> dan -apalagi- di negara negara Skandinavia, 
>> yang belum pernah melihat Quran seumur hidup 
>> mereka.
>>
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Sumber pengetahuan/knowledge ada 3:

(A) sumber knowledge dari wahyu
(B) sumber knowledge dari pemikiran/akal
    dan pengamatan empirik
(C) sumber knowledge dari kesadaran jiwa

Menurut pendapat saya, seseorang bisa saja
menemukan "sebagian dari kebenaran", meskipun
tidak pernah membaca atau mendengarkan ajaran
yang bersumber dari kitab suci.

Bukanah Islam sendiri mengajarkan bahwa semua
manusia itu sebenarnya "fitrah" nya cenderung
kepada kebenaran?  hal-hal dari luar/faktor
eksternal lah yang kemudian mencemarinya dan
kadang-2 menjadikannya menyimpang dari kebenaran.

Para ahli Sufi umumnya yagn dikenal memandang
sumber (C): kesadaran jiwa/spiritual sebagai
sumber kebenaran yang penting juga.

Ya kalau mau 'aman' nya sebaiknya dikombinasikan
dari ketiga sumber di atas secara "seimbang" :-)

---( ihsan hm )-------------------





---------------------------------------
Date: Fri Jul 4, 2008 1:25 pm
From: "RM Danardono HADINOTO"
Subject: Re: Diskusi tv-one 03/07/2008
---------------------------------------

*** Kalimat yang indah: "Kalau ada rakyatnya
tidak makan atau tidak punya rumah , berdasarkan
syariah Islam negara wajib memenuhi kebutuhan
itu dengan gratis.

Dalam pandangan syariah Islam negara wajib
menjamin pendidikan gratis dan kesehatan gratis
bagi seluruh warganya baik muslim maupun non
muslim. Sekali lagi, What's wrong with syariah ?"

Jawabnya:
---------
secara idea, NOTHING wrong. Tetapi secara nyata,
ini TAK pernah diwujudkan, tidak pula di negara
negara yang sudah lebih lama menjadi Islam dari
Indonesia. Juga dalam masa kesultanan Utsmaniah,
ini tidak terjadi.

Kalau ini dapat diwujudkan, dan bagi semua manusia
dalam satu negara, alangkah indahnya, pasti didukung
semua. Tetapi, tidakkah semua ini sudah dirumuskan
dalam sila sila Pancasila, yang juga belum pernah
sepenuhnya (atau sedkit saja) terpenuhi?

Pendidikan gratis dari TK sampai Universitas,
terjadi dinegara dimana saya hidup puluhan tahun:
di Austria, yang katholik. Saya study dengan biaya
0 sen. Ini juga lazim di Jerman, Swiss dan -apalagi-
di negara negara Skandinavia, yang belum pernah
melihat Quran seumur hidup mereka.

Semua yang anda gambarkan sebagai tuntutan syariah
Islam, TERPENUHI dalam kehidupan se-hari hari di
Skandinavia, Jerman, Austria, Liechtenstein, dll:
jaminan hari tua, jaminan sakit dan kecelakaan
bagi semua, pendidikan gratis, jaminan pengangguran,
dan jaminan pensiun. Tak heran, jutaan manusia dari
negara negara berkembang, terutama bangsa bangsa
Muslim (terutama Turki, Tunisa, Mesir, Maroko)
ke Eropa, mencari kehidupan yang lebih islami.

Ini juga kita temui di Canada, Australia dan
Seelandia Baru, semua masyarakat non Muslim,
yang tentu saja, belum pernah dengar kata
syariah seumur hidup.

Pesuruh dikantor saya, sudah bekerja selama
40 tahun, mendapatkan pensiun Euro 1.500, ini
kalikan saja dengan 14.000 rupiah. Setahun 14
x: dua penisun dibulan Juni, untuk uang libur,
dan dua kali dibulan Nopember untuk hari natal.

Adaakah negara negara Muslim yang mendambakan
syariah telah mewujudkannya, selain mungkin
Saudi Arabia atau kesultanan Brunei?

Salam

Danardono



Kirim email ke