http://www.kompas.com/kompas-cetak/0512/16/opini/2292262.htm
50 Tahun Konstituante Kevin Evans Pekan ini 50 tahun lalu, masyarakat Indonesia memilih anggota Konstituante. Badan ini ditugaskan UUD Sementara 1950 untuk menyusun sebuah UUD tetap. Meski dipilih pada 15 Desember 1955, mereka baru dilantik 10 November 1956. Konstituante dibubarkan Presiden Soekarno dengan Dekrit 5 Juli 1959. Kata yang sering didengar terkait Konstituante adalah gagal. Di satu sisi, penilaian ini betul, yaitu saat dibubarkan belum ada UUD baru. Jadi, ipso facto Konstituante gagal. Namun, yang jarang dipikirkan adalah kesepakatan yang dicapai Konstituante, dan bisa menjadi pedoman bagi kita di masa sekarang. Dalam Konstituante, fraksi- fraksi berkumpul dalam dua blok besar dan satu blok kecil. Blok terbesar, Blok Pancasila, dengan 274 anggota, termasuk PNI, PKI, PSI, dua partai Nasrani, dan beberapa partai nasionalis kecil lain seperti IPKI. Blok kedua, Blok Islam, dengan 230 anggota, termasuk Masjumi, PNU, PSII, dan Perti. Yang kecil, Blok Sosial Ekonomi, dengan 10 anggota, termasuk Partai Buruh dan Murba, serta mendukung Pasal 33 UUD 1945 sebagai dasar negara. Perseteruan Blok Pancasila- Blok Islam menyangkut dasar negara belum diatasi sebelum Konstituate dibubarkan dan mencerminkan jurang ideologis di Indonesia saat itu. Kini keadaannya berbeda. Dalam Sidang Tahunan MPR, soal Piagam Jakarta diangkat oleh partai-partai berbasis Islam. Namun, lain dari pengalaman di masa Konstituante, masalah ini berhasil diatasi. Penciutan dukungan untuk visi Indonesia sebagai negara Islam tidak berarti Indonesia telah melakukan proses sekularisasi. Oposisi terhadap visi negara Islam berasal dari beberapa kelompok yang umunya bernaung di bawah konsep Pancasila. Yang terjadi adalah kebangkitan kelompok menengah, yang saya disebut pendukung negara ketuhanan. Kelompok ini termasuk dua subkelompok. Pertama, kelompok Islam yang mengacu konsep masyarakat Islam, bukan negara Islam. Penggerak ideologi baru ini termasuk (almarhum) Nurcholish Madjid, di politik praktis ada Abdurrahman Wahid, dan sejak akhir 1990-an ada Amien Rais. Secara organisasi, PKB dan PAN boleh disebut penganut konsep baru. Subkelompok kedua termasuk Partai Golkar dan Partai Demokrat dan boleh dianggap nasionalis terbuka. Hasil Pemilu 2004 menunjukkan, kedua unsur dalam kelompok menengah merupakan lebih dari separuh masyarakat Indonesia. Bukti kehadiran kelompok menengah dilihat dalam Sidang Tahunan MPR dalam pernyataan dari satu fraksi menengah terhadap Piagam Jakarta. Secara singkat PKB menolak Piagam Jakarta. Apakah PKB partai sekuler? Tidak, kami menolak visi sekulerisme untuk Indonesia. Posisi PKB diilhami ajaran Islam, tetapi tidak pernah dipakai sebagai alat diskriminasi terhadap pihak minoritas. Inilah yang dapat disebut negara ketuhanan. Perkembangan ranah menengah (middle ground) dalam perpolitikan Indonesia merupakan sesuatu yang amat penting bagi stabilitas politik. Hal ini menunjukkan, Indonesia memiliki landasan stabilitas yang lebih kokoh daripada 50 tahun lalu. Selain masalah dasar negara yang belum mampu diselesaikan tahun 1950-an, Konstituante berhasil menyelesaikan beberapa hal penting. Hal ini termasuk persetujuan atas 35 pasal tentang hak asasi manusia yang diterima secara mufakat. Pasal-pasal ini termasuk hak sipil dan politik, ditambah hak ekonomi, sosial, dan budaya. Dalam hal ini, Indonesia merupakan salah satu negara perintis dalam pengakuan terhadap pengertian hak asasi dalam arti luas. Konstituante menyetujui beberapa hal penting lain. Misalnya kehadiran Senat (kini disebut DPD) sebagai mekanisme perwakilan tiap daerah. Jaminan hak daerah (kini disebut otonomi daerah), dukungan terhadap negara kesatuan, serta pembentukan Mahkamah Konstitusi. Perbedaan menonjol dalam sistem pemerintahan versi Konstituante adalah sistem parlementer, sedangkan UUD kini menuju sistem presidensial. Satu lagi kesepakatan yang sebaiknya tidak dilupakan menyangkut penolakan Konstituante terhadap visi integralisme dan dukungan terhadap kemajemukan sebagai realita. Sayang, kajian terhadap bagian sejarah republik ini jarang dilakukan, mungkin karena kata gagal terlalu melekat. Kevin Evans Mahasiswa S3 Ilmu Politik, UI [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Clean water saves lives. Help make water safe for our children. http://us.click.yahoo.com/YNG3nB/VREMAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/