(semoga artikel lama ini bermanfaat. salam hangat. andre)

AMERIKANISASI BBM 

oleh : Revrisond Baswir

Indonesia tampaknya benar-benar sedang menjadi sasaran empuk campur tangan 
Amerika. Ibarat adonan roti, melalui beberapa lembaga keuangan dan pendanaan 
internasional yang secara langsung dan tidak langsung berada di bawah 
kekuasaannya, Indonesia kini seperti sedang diremas-remas oleh Amerika untuk 
dibentuk menjadi donat atau roti keju.

Simak misalnya keributan di seputar kenaikan harga BBM yang terjadi belakangan. 
Jika ditelusuri ke belakang, boleh dikatakan hampir pada semua aspek perumusan 
kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga BBM ini, sarat dengan campur tangan 
Amerika.

Memang benar, kenaikan harga BBM bukan hal baru bagi Indonesia. Tetapi bila 
disimak motivasinya, kenaikan harga BBM yang terjadi belakangan, motivasinya 
jelas sangat berbeda dari motivasi kenaikan harga BBM yang terjadi pada masa 
sebelumnya.

Sebab itu, para pejabat pemerintah boleh saja mengemukakan 1001 alasan mengenai 
penyebab ‘terpaksa’ dinaikkannya harga BBM. Tetapi sesuai dengan UU Migas No. 
22/2001, kenaikan harga BBM yang terjadi belakangan mustahil dapat dipisahkan 
dari tengah berlangsungnya apa yang disebut sebagai liberalisasi industri migas 
di negeri ini.

Artinya, berbeda dengan kenaikan harga BBM sebelum 2001, kenaikkan harga BBM 
yang terjadi belakang secara tegas digerakkan oleh motivasi untuk menghapuskan 
subsidi BBM dan melepaskan harga BBM sesuai dengan harga pasar internasional.

Pertanyaannya, mengapa industri migas harus diliberalisasikan, dan mengapa pula 
harga BBM harus disesuaikan dengan harga pasar internasional?

Jawabannya sangat sederhana. Sebagaimana dikemukakan Menteri Energi dan Sumber 
Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro, tujuannya antara lain adalah untuk 
merangsang masuknya investasi asing ke sektor hilir industri migas di sini.

Sebagaimana dikatakannya, “Liberalisasi sektor hilir migas membuka kesempatan 
bagi pemain asing untuk berpartisipasi dalam bisnis eceran migas..... Namun, 
liberalisasi ini berdampak mendongkrak harga BBM yang disubsidi pemerintah. 
Sebab kalau harga BBM masih rendah karena disubsidi, pemain asing enggan 
masuk,” (Kompas, 14 Mei 2003).

Karena diniatkan untuk mengundang masuknya investor asing, tidak aneh bila 
hampir semua aspek perumusan kebijakan pemerintah dalam melakukan liberalisasi 
industri migas dan menaikkan harga BBM, sarat dengan campur tangan asing, 
khususnya Amerika.

Simak, misalnya, pernyataan USAID (United States Agency for International 
Development), mengenai kegiatannya dalam reformasi sektor energi di Indonesia, 
“USAID has been the primary bilateral donor working on energy sector reform.…” 
Khusus mengenai penyusunan UU Migas, USAID secara terbuka menyatakan, “The ADB 
and USAID worked together on drafting a new oil and gas law in 2000,” 
(http://www.usaid.gov/pubs/cbj2002/ane/id/497-013.html).

Berdasarkan kedua kutipan tersebut, dapat disaksikan betapa telah sangat 
jauhnya pihak asing, khsusunya Amerika, terlibat dalam penyusunan kebijakan 
industri migas di Indonesia. Selain itu, dapat disaksikan pula betapa telah 
sangat berkembangnya tradisi untuk menyerahkan penyusunan rancangan 
undang-undang (RUU) kepada pihak asing di negeri ini.

Sebagaimana diketahui, keterlibatan asing dalam penyusunan RUU tidak hanya 
dialami oleh UU Migas. Tetapi dialami pula oleh UU Kelistrikan, UU Badan Usaha 
Milik Negara (BUMN) dan beberapa produk perundang-undangan lainnya. RUU 
Kelistrikan disusunkan oleh Bank Dunia, sedangkan RUU BUMN disusunkan oleh 
Price Waterhouse Coopers.

Selanjutnya, khusus mengenai kenaikan harga BBM, simaklah pernyataan USAID 
mengenai keterlibatan Bank Dunia berikut, “Complementing USAID efforts, the 
World Bank has conducted comprehensive studies of the oil and gas sector, 
pricing policy, and provided assistance to the State electric company on 
financial and corporate restructuring.”

Dengan latar belakang seperti itu, mudah dimengerti bila dalam iklan layanan 
masyarakat yang diterbitkan pemerintah dalam rangka sosialisasi penghapusan 
subsidi BBM, ditemukan sebuah grafik yang berjudul “Kelompok terkaya menikmati 
subsidi BBM terbesar,” yang datanya ternyata berasal dari hasil studi Bank 
Dunia.
Bagaimana halnya dengan kajian dampak ekonomi kenaikan harga BBM? Sebagaimana 
terungkap dalam sebuah laporan yang berjudul “Kajian Dampak Ekonomi Kenaikan 
Harga BBM,” yang diterbitkan oleh Pusat Studi Energi, Departemen ESDM pada 
Desember 2001, kajian tersebut ternyata dibiayai oleh AUSAID (Australia Agency 
for International Development), melalui International Trade Strategies (ITS) 
Pte. Ltd., Australia.

Sesuai dengan informasi yang tersaji dalam kajian tersebut, kecuali harga 
premium yang pada 2001 dipandang sudah sesuai dengan harga pasar, pemerintah 
ternyata telah mengembangkan tiga skenario mengenai pelepasan harga BBM ke 
pasar.

Skenario pertama, semua harga BBM dilepaskan ke pasar pada 2004. Skenario 
kedua, harga diesel dan minyak bakar dilepas ke pasar pada 2004, sedangkan 
harga minyak tanah dan solar pada 2007. Skenario ketiga, harga diesel dan 
minyak bakar dilepaskan ke pasar pada 2004, solar pada 2007, dan minyak tanah 
pada 2010.
Jika ditanyakan mengenai siapa yang tengah harap-harap cemas menanti tuntasnya 
pelepasan harga BBM ke pasar itu, selain beberapa perusahaan migas domestik, 
sekali lagi di sini kita akan bertemu dengan beberapa perusahaan migas asing, 
termasuk dari Amerika.

Sebagaimana dikemukakan Direktur Jenderal Migas Departemen ESDM, Iin Arifin 
Takhyan, saat ini terdapat 105 perusahaan yang sudah mendapat izin untuk 
bermain di sektor hilir migas, termasuk membuka stasiun pengisian BBM untuk 
umum (SPBU) (Trust, edisi 11/2004). Di antaranya adalah perusahaan migas 
raksasa seperti British Petrolium (Amerika-Inggris), Shell (Belanda), Petro 
China (RRC), Petronas (Malaysia), dan Chevron-Texaco (Amerika).

Pertanyaannya, apakah para anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang ada 
sekarang ini akan membiarkan saja berlangsungnya proses Amerikanisasi BBM 
tersebut? Jawabannya, wallahu a’lam.

selanjutnya silah klik
http://ruangasadirumahkata.blogspot.com/2008/06/nekolim-amerikanisasi-bbm-1.html


(Artikel Revrisond diatas disampaikan pada diskusi di Walhi termasuk seri 
artikel terkait sampai dengan seri 7, sdangkan seri 8 adalah tambahan pengelola 
blog ruang asa. Revrisond memberikan penekanan pada kalimat yang di tandai 
dengan penebalan-bold)

Dokuman Terkait :

Nekolim : Amerikanisasi BBM (1)
Amerikanisasi BBM : Revrisond Baswir

Nekolim : Amerikanisasi BBM (2)
Badan Pengatur Hilir Terbentuk Menjelang Liberalisasi Migas

Nekolim : Amerikanisasi BBM (3)
Diizinkan, Produsen BBM Non-Pertamina

Nekolim : Amerikanisasi BBM (4)
Mulai 2005 Harga BBM Diserahkan ke Pasar

Nekolim : Amerikanisasi BBM (5)
Aturan Main Distribusi BBM Swasta Selesai April

Nekolim : Amerikanisasi BBM (6)
Ramai-Ramai Jualan Bensin

Nekolim : Amerikanisasi BBM (7)
Dokumen Proyek Bantuan USAID Untuk Energy Sector Reform

Nekolim : Amerikanisasi BBM (8)
Pinjaman Bank Dunia Untuk Penghapusan Subsidi BBM


      

Kirim email ke