Assalaamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh

Berikut saya copy-kan sebuah artikel menarik.
Semoga bermanfaat & menambah ilmu bagi kita semua.

Wassalaamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh
Haryo - ANC Admin
http://anNajiyah.notLong.com <http://annajiyah.notlong.com/> -- Islamic
download, up to 250 KB/sec!
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Jika email ini ditandai sebagai spam/ bulk/ junk / mass, harap tandai ulang
sebagai NOT spam/ bulk/ junk / mass!
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~

*Ahlus Sunnah Taat Kepada Pemimpin Kaum Muslimin
*Selasa, 27 Maret 2007 01:44:52 WIB
Kategori : Demokrasi Dan Politik
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=2087

AHLUS SUNNAH TAAT KEPADA PEMIMPIN KAUM MUSLIMIN


Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas



Di antara prinsip-prinsip Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah wajibnya taat
kepada pemimpin kaum Muslimin selama mereka tidak memerintahkan untuk
berbuat kemaksiyatan, meskipun mereka berbuat zhalim. Karena mentaati mereka
termasuk dalam ketaatan kepada Allah, dan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala adalah wajib.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala

"Artinya : Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah
Rasul-(Nya) dan ulil amri di antara kalian"[An-Nisaa : 59]

Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Artinya : Tidak (boleh) taat (terhadap perintah) yang di dalamnya terdapat
maksiyat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam kebajikan" [1]

Juga sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Wajib atas seorang Muslim untuk mendengar dan taat (kepada penguasa) pada
apa-apa yang ia cintai atau ia benci kecuali jika ia disuruh untuk berbuat
kemaksiatan. Jika ia disuruh untuk berbuat kemaksiatan, maka tidak boleh
mendengar dan tidak boleh taat." [2]

Apabila mereka memerintahkan perbuatan maksiyat, saat itulah kita dilarang
untuk mentaatinya namun tetap wajib taat dalam kebenaran lainnya.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Artinya : …Aku wasiatkan kepada kalian agar tetap bertaqwa kepada Allah
Yang Mahamulia lagi Mahatinggi, tetaplah mendengar dan mentaati, walaupun
yang memerintah kalian adalah seorang budak hitam..." [3]

Ahlus Sunnah memandang bahwa maksiat kepada seorang amir (pemimpin) yang
muslim merupakan perbuatan maksiat kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam, sebagaimana sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam

"Artinya : Barangsiapa yang taat kepadaku berarti ia telah taat kepada Allah
dan barangsiapa yang durhaka kepadaku berarti ia telah durhaka kepada Allah,
barangsiapa yang taat kepada amirku (yang muslim) maka ia taat kepadaku dan
barangsiapa yang maksiat kepada amirku, maka ia maksiat kepadaku." [4]

Imam al-Qadhi 'Ali bin 'Ali bin Muhammad bin Abi al-'Izz ad-Dimasqy
(terkenal dengan Ibnu Abil 'Izz wafat th. 792 H) rahimahullah berkata:
"Hukum mentaati ulil amri adalah wajib (selama tidak dalam kemaksiatan)
meskipun mereka berbuat zhalim, karena kalau keluar dari ketaatan kepada
mereka akan menimbulkan kerusakan yang berlipat ganda dibanding dengan
kezhaliman penguasa itu sendiri. Bahkan bersabar terhadap kezhaliman mereka
dapat melebur dosa-dosa dan dapat melipatgandakan pahala. Karena Allah Azza
wa Jalla tak akan menguasakan mereka atas diri kita melainkan disebabkan
kerusakan amal perbuatan kita juga. Ganjaran itu bergantung pada amal
perbuatan. Maka hendaklah kita bersungguh-sungguh memohon ampunan, bertaubat
dan memperbaiki amal perbuatan.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

"Artinya : Dan musibah apa saja yang menimpamu, maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaaf-kan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahan)." [Asy-Syuraa: 30]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman.

"Artinya : Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zhalim itu
menjadi teman bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka
usahakan"[Al-An'aam: 129]

Apabila rakyat ingin selamat dari kezhaliman pemimpin mereka, hendaknya
mereka meninggalkan kezhaliman itu juga." [5]

Syaikh al-Albani rahimahulah berkata: "Penjelasan di atas sebagai jalan
selamat dari kezhaliman para penguasa yang 'warna kulit mereka sama dengan
kulit kita, berbicara sama dengan lisan kita' karena itu agar umat Islam
selamat:

[1]. Hendaklah kaum Muslimin bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala
[2]. Hendaklah mereka memperbaiki 'aqidah mereka.
[3]. Hendaklah mereka mendidik diri dan keluarganya di atas Islam yang benar
sebagai penerapan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Artinya : Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." [Ar-Ra'd: 11]

Ada seorang da'i berkata:

"Tegakkanlah negara Islam di dalam hatimu, niscaya akan tegak Islam di
negaramu."

Untuk menghindarkan diri dari kezhaliman penguasa bukan dengan cara menurut
sangkaan sebagian orang, yaitu dengan memberontak, mengangkat senjata
ataupun dengan cara kudeta, karena yang demikian itu termasuk bid'ah dan
menyalahi nash-nash syari'at yang memerintahkan untuk merubah diri kita
lebih dahulu. Karena itu harus ada perbaikan kaidah dalam pembinaan, dan
pasti Allah menolong hamba-Nya yang menolong agama-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

"Artinya : ... Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Maha Perkasa"[Al-Hajj: 40] [6]

Ahlus Sunnah wal Jama'ah menganjurkan agar menasihati ulil amri dengan cara
yang baik serta mendo'akan amir yang fasiq agar diberi petunjuk untuk
melaksanakan kebaikan dan istiqamah di atas kebaikan, karena baiknya mereka
bermanfaat untuk ia dan rakyatnya.

Imam al-Barbahari (wafat tahun 329 H) rahimahullah dalam kitabnya, Syarhus
Sunnah berkata: "Jika engkau melihat seseorang mendo'akan keburukan kepada
pemimpin, ketahuilah bahwa ia termasuk salah satu pengikut hawa nafsu, namun
jika engkau melihat seseorang mendo'akan kebaikan kepada seorang pemimpin,
ketahuilah bahwa ia termasuk Ahlus Sunnah, insya Allah."

Fudhail bin 'Iyadh rahimahullah berkata: "Jikalau aku mempunyai do'a yang
baik yang akan dikabulkan, maka semuanya akan aku tujukan bagi para
pemimpin." Ia ditanya: "Wahai Abu 'Ali jelaskan maksud ucapan tersebut?"
Beliau berkata: "Apabila do'a itu hanya aku tujukan bagi diriku, tidak lebih
hanya bermanfaat bagi diriku, namun apabila aku tujukan kepada pemimpin dan
ternyata para pemimpin berubah menjadi baik, maka semua orang dan negara
akan merasakan manfaat dan kebaikannya."

Kita diperintahkan untuk mendo'akan mereka dengan kebaikan bukan keburukan
meskipun ia seorang pemimpin yang zhalim lagi jahat karena kezhaliman dan
kejahatan akan kembali kepada diri mereka sendiri sementara apabila mereka
baik, maka mereka dan seluruh kaum Muslimin akan merasakan manfaat dari
do'anya." [6]

[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin
Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Imam ASy-Safi'i, Cetakan Ketiga. PO Box
7803/JACC 13340
__________
Foote Note
[1]. HR. Al-Bukhari (no. 4340, 7257), Muslim (no. 1840), Abu Dawud (no.
2625), an-Nasa'i (VII/159-160), Ahmad (I/94), dari Sahabat 'Ali Radhiyallahu
'anhu. Lihat Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (1/351 no. 181) oleh Syaikh
Al-Albani rahimahullah.
[2]. HR. Al-Bukhari (no. 2955, 7144), Muslim (no. 1839), at-Tirmidzi (no.
1707), Ibnu Majah (no. 2864), an-Nasa'i (VII/160), Ahmad (II/17, 142) dari
Sahabat Ibnu 'Umar Radhiyallahu anhuma. Lafazh ini adalah lafazh Muslim.
[3]. HR. Ahmad (IV/126,127, Abu Dawud (no. 4607) dan at-Tirmidzi (no. 2676),
ad-Darimi (I/44), al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (I/205) dan al-Hakim
(I/95-96), dari Sahabat 'Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu 'anhu. Dishahihkan
oleh al-Hakim dan disepakati oleh adz-Dzahabi. Lafazh ini milik al-Hakim.
[4]. HR. Al-Bukhari (no. 7137), Muslim (no. 1835 (33)), Ibnu Majah (no.
2859) dan an-Nasa'i (VII/154), Ahmad (II/252-253, 270, 313, 511), al-Baghawi
dalam Syarhus Sunnah (X/41, no. 2450-2451), dari Sahabat Abu Hurairah
Radhiyallahu 'anhu.
[5]. Lihat Syarhul 'Aqiidah ath-Thahaawiyyah (hal. 543) takhrij dan ta'liq
Syu'aib al-Arnauth dan 'Abdullah bin 'Abdul Muhsin at-Turki.
[6]. Lihat Syarhus Sunnah (no. 136), oleh Imam al-Barbahary.


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke