http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail&id=7436

Senin, 18 Sept 2006,



Akui Sulit Isi Daftar Kekayaan 


JAKARTA - Gerah namanya disebut sebagai pejabat yang belum melengkapi Laporan 
Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN), Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto 
berjanji secepatnya menyerahkan dokumen tersebut ke KPK.

Djoko yang ditemui usai menghadiri acara lomba lari dalam rangka Peringatan HUT 
TNI di Silang Monas, menolak anggapan dirinya tidak kooperatif dengan KPK 
(Komisi Pemberantasan Korupsi). Sebab, Februari lalu dia sudah mengisi dokumen 
tersebut.

"Saya kan sudah ngisi. Apa harus mengisi lagi? Intinya gitu. Tapi, kalau memang 
diinginkan (mengisi lagi), pasti saya penuhi," ungkapnya. 

Ketika dijelaskan bahwa yang menjadi permasalahan bukan karena dia lalai 
menyerahkan LHKPN, tapi perlu ada konfirmasi dari formulir LHKPN-nya, dia 
mengaku lega. Jenderal bintang empat kelahiran Madiun itu berdalih pengisian 
formulir LHKPN bukan hal mudah. 

Djoko mengaku kesulitan mengisi formulir, sama dengan yang dikeluhkan pejabat 
lain. "Menkeu (Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati) saja kesusahan, apalagi 
Panglima TNI," katanya lantas tertawa. 

Dalam konferensi pers pengumuman LHKPN pejabat negara Selasa (12/9) lalu, 
Direktur Pendaftaran dan Pemeriksaan LHKPN M. Sigit menyebutkan, LHKPN Djoko 
Suyanto dan Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh harus dikonfirmasi. "Kadangkala 
memang harus dikonfirmasi, misalnya pengodean," ungkapnya. 

Konfirmasi bukan berarti ada pemeriksaan dari KPK. Sangat mungkin Djoko hanya 
diharuskan menyesuaikan pengisian LHKPN dengan standar baku yang ditetapkan. 
"Ini hanya masalah administrasi," tambah Sigit.

Selain kedua pejabat negara itu, ada dua menteri yang sama sekali belum 
menyerahkan LHKPN setelah menjabat: Menkeu Sri Mulyani dan Menteri 
Perindustrian Fahmi Idris. 


Hak Pilih TNI

Di tempat yang sama Djoko Suyanto mengatakan, Markas Besar TNI mengambil 
langkah maju untuk menyelesaikan pro-kontra soal perlu tidaknya tentara ikut 
memilih dalam pemilu. Untuk merumuskan soal itu, Mabes TNI menggandeng beberapa 
akademisi dari beberapa universitas besar, seperti Universitas Indonesia dan 
Universitas Gadjah Mada. 

Djoko optimistis sebelum 2009, tim itu mampu menyelesaikan tugas. "Ilmuwan dan 
akademisi sangat diperlukan agar (keputusan memilih dalam pemilu) tidak 
tergesa-gesa dan objektif," ujarnya.

Sampai saat ini wacana hak pilih TNI masih menjadi perdebatan. Menteri 
Pertahanan Juwono Sudarsono, misalnya, pernah mengatakan, idealnya tentara baru 
boleh memilih pada 2014. 

Selain akademisi, Mabes TNI akan meminta pertimbangan kepada kalangan politisi. 
Sebab, mereka (politisi, Red) dapat memberikan pertimbangan berdasar kondisi 
aktual. "Kami gandeng semua untuk menentukan mana yang terbaik," ujar mantan 
KSAU tersebut.

Dari kalangan purnawirawan, Ketua Umum Pepabri Irjen Pol (pur) IGM Putra 
Astaman meminta militer yang masih aktif satu suara soal hak pilih. Ini penting 
untuk menjaga persatuan bangsa. "Karena anggota TNI banyak, kalau ditarik ke 
sana kemari oleh kepentingan politik, itu membahayakan," katanya saat dihubungi 
secara terpisah kemarin. 

Putra Astaman juga meminta pemerintah tegas. "Jangan ada kesan ragu-ragu, sebab 
prajurit di lapangan bergantung atasannya," katanya.

Pengamat militer Universitas Indonesia Andi Widjajanto mengaku siap memberikan 
data jika TNI membutuhkan. Saat ini dia baru dimintai pendapat dalam forum 
konsultasi informal. "Kalau TNI serius, sebaiknya dilakukan riset mendalam," 
katanya. (rdl/ein


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke