----- Original Message ----- From: "syarif.syahrial" <[EMAIL PROTECTED]>
Dear All, Saya ingin membuka tulisan ini dengan kata manis yang ada di voucher isi ulang Telkomsel "What is popular, It's not always right. What is right, It's not always popular" Kata manis tersebut mungkin pas konteksnya dalam kaitannya dengan BBM tersebut. Kebijakan yang tidak populer dan belum tentu tidak benar tentunya. Saya mungkin tidak terlalu ahli dalam makroekonomi (mungkin bisa cross check ke Bang Yogi Vidyattama, tn3). Namun, seperti Bang Badruz TN4 saya ingin memberikan sedikit tanggapan. Ada beberapa point: 1) Dari hasil perhitungan, struktur biaya industri dari komponen bahan bakar sebagian besar kurang dari 10% karenanya secara matematis kenaikan harga input bahan bakar sangat kecil. Misalkan BBM naik 40%, maka harga produksi harusnya naik 4% saja. Namun, dari struktur bahan bakar, Solar adalah komponen terbesar padahal Solar dan Minyak tanah adalah jenis bahan bakar (besar komitmennya) ingin tetap dipertahankan subsidinya. karenanya, hubungan kenaikan BBM (let's say 40%) tidak selinier hitungan di atas. 2) Namun, menurut pendapat saya, industri selalu mencari akal tentunya untuk menaikkan tingkat harga apalagi untuk jenis barang yang tingkat substitusinya sangat rendah. Sekali lagi, secara perhitungan ekonomis matematis, kenaikan BBM tidak terlalu berpengaruh banyak terhadap biaya input produksi karena proporsi input bahan bakar kecil. Bandingkan saja dengan hasil penelitian yang dilakukan LPEM FEUI, besarnya pungutan yang harus ditanggung industri berkisar 9 -11% dari total biaya produksi. Nah, tentunya kalau ini yang dikurangi efek kenaikan BBM semakin tidak berpengaruh. Jadi kebijakan pengurangan pungli dan pemotongan jalur birokrasi perijinan menjadi penting 3) Dari sisi keuangan negara, APBN menanggung biaya subsidi yang sangat besar dari subsidi BBM ini. Bayangkan dengan asumsi harga minyak 22 - 25 dollar per barrel saja, subsidi BBM dalam RAPBN 2005, mencapai Rp 21 T. Bandingkan dengan subsidi pangan dan beras yang Rp 5,9T atau dengan listrik Rp 3,4T dan pupuk yang hanya Rp 1,3 T. Tentunya teman-teman tahu bahwa APBN Indonesia sangat terbatas dan hanya untuk survival saja. Hidup adalah pilihan, tentunya kita harus memilih untuk mengalokasikan sumber daya terbatas tersebut pada sektor-sektor yang penting atau dalam bahasa keren "Tepat Sasaran". Karenanya dalam melihat subsidi BBM kita harus berlapis menurut jenisnya dan memberikan keberpihakan kepada kelompok masyarakat terbesar yaitu orang miskin. 4) Kalangan menengah ke bawah, banyak mengkonsumsi minyak tanah dan sebagian lainnya menggunakan bahan bakar konvensional seperti kayu bakar. Konsumsi bahan bakar seperti Pertamax dan Pertamax Plus itu sebagian besar "menengah ke atas" dan relatif tidak perlu disubsidi. Karenanya subsidi ini harus dialihkan. As you know, pemerintah Indonesia memiliki sejumlah program sebagai kompensasi pengurangan subsidi BBM sejak zaman Mega. Hasil simulasi juga menunjukkan bahwa pengurangan subsidi BBM dan dengan kompensasi kebijakan raskin memberikan dampak yang lebih baik bagi pengurangan kemiskinan. 5) Terlepas dari kebijakan subsidi yang sering bocornya, dengan kepala dingin tentunya kita ingin tepat sasaran ketimbang kebijakan subsidi yang salah. Tapi, dari tadi saya selalu pake angka-angka. Bahkan, pernyataan bahwa subsidi BBM akan meningkatkan tingkat inflasi pun tidak terbukti dari angka inflasi yang ada di BPS. 6) Banyak temen yang skeptik dengan angka-angka pemerintah yang berasal dari BPS (Badan Pusat Statistik). Mungkin saya salah satu diantaranya namun kita tidak punya indikator makro lain. Sebuah joke pernah dilontarkan. "Kemana kita membeli barang yang murah..?" ke BPS jawabnya. karena disana lah indikator tingkat harga yang termurah. 7) Saya juga menyadari bahwa di kepala masyarakat Indonesia ada suatu sikap. Jika BBM naik, harga barang lain pasti akan naik lebih besar pula. Dari hasil perhitungan saya, tentunya tidak terjadi. Tapi itu sekedar angka-angka. Ada bagian ilmu sosial lain yang tidak dimasukkan ke dalam perhitungan ekonomi yaitu faktor antropologi dan sosiologi ekonomi masyarakat Indonesia. Masyarakat sudah berpendapat terlebih dahulu dan hal itu terus di blow up dengan demonstrasi mahasiswa, siaran di TV dan Radio dll 8) Hal ini dalam ilmu ekonomi dikenal sebagai ekspektasi. Terbentuk sikap di kepala masyarakat kita bahwa jika BBM naik harga barang lain pasti naik pula. Saya pernah mendatangi ketua BEM UI ketika mereka protes kenaikan BBM. Saya katakan "Demo Anda ini malah mengakibatkan harga barang naik beneran...". Begitulah ekspektasi seperti bola liar yang sulit dikendalikan. kebijakan ekonomi makro di beberapa belahan dunia sekarang mengarahkan bagaimana me manage ekspektasi. 9) Tapi, sikap tersebut menurut pendapat saya tentunya sudah menjadi "watak sosial" . Perubahannya memerlukan waktu yang sama. Jika seluruh masyarakat Indonesia memiliki rasionalitas yang sama tentang kenaikan BBM hanya kecil dari struktur input dan untuk jenis BBM tertentu dikonsumsi oleh orang kaya, serta tidak ada protes yang terus diblow up, tentunya dampak kenaikan harga tidak terlalu parah. Namun, perkembangan terakhir mikroekonomi menunjukkan bahwa pelaku ekonomi memiliki rasionalitas yang terbatas (bounded rationality). 10) Sorry kalo email nya kepanjangan dan tidak sistematis. Kesimpulan akhir saya, saya mendukung kebijakan SBY untuk menaikkan harga Pertamax dan Pertamax Plus. Meskipun tidak populer, saya pikir itu benar! Salam Syarif Syahrial ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar. Now with Pop-Up Blocker. Get it for free! http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Forum IT PPI-India: http://www.ppiindia.shyper.com/itforum/ 5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/