semoga peringatan ini membangkitkan kembali semangat kebersamaan seluruh 
masyarakat indonesia.... bahwa solidaritas bisa menyelesaikan banyak hal..
ibarat seperti mengangkat meja.... diangkat oleh 2 orang tentu lebih ringan 
dibanding diangkat 1 orang... apalagi jika banyak atau jutaan masayarakat 
peduli pada perjalanan bangsa ini...
juga semoga bisa menjadi semangat baru bagi para pemimpin bangsa....
maksudnya memperbarui semangat dalam diri mereka... sehingga berpikir dan 
bertindak sebagai negarawan.... tidak lagi berpikir dan bertindak sebagai 
pedagang.... tidak lagi berpikir dan bertindak sebagai artis.....
karena yang seperti itulah yang menyengsarakan dan merusak bangsa ini....
bagaimana tidak sengsara jika keputusan negara diambil agar mereka untung 
(maklum pedagang).... misal lapindo... keputusan diambil agar si pedagang tidak 
rugi... meski negara dan rakyat yang rugi...
yang paling mengerikan adalah potensi merusak... yakni merusak kepercayaan dan 
merusak kepribadian bangsa.... karena terus menerus demikian maka sekarang 
sudah mulai muncul apatisme.... anarkhisme.... dsb...
tidak lagi ada rasa kebersamaan.... 

Satrio Arismunandar <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Essay - SBY, Media TV, dan 
Kebangkitan Nasional�
�
Oleh Satrio Arismunandar
�
Untuk pertama kalinya sejak jatuhnya Soeharto, seluruh stasiun TV swasta yang 
bersiaran nasional, sejumlah TV lokal, plus TVRI, akan menyiarkan secara 
bersama-sama secara penuh, sebuah acara kolosal. Bahkan radio-radio swasta juga 
akan ikut menyiarkannya. Acara� itu adalah peringatan 100 Tahun Hari 
Kebangkitan Nasional, yang disiarkan langsung dari Gelora Bung Karno, Senayan, 
Jakarta.
�
Event yang akan diikuti oleh lebih dari 100.000 orang pengunjung dan pengisi 
acara itu diperkirakan akan memecahkan Rekor MURI, dan menjadi suatu perhelatan 
terbesar dalam sejarah di Indonesia. Jika dibandingkan dengan event di luar 
negeri, mungkin hanya kalah oleh acara pembukaan Olimpiade Sydney. 
�
Acara ini diharapkan bisa memberi dorongan semangat, dan membangkitkan rasa 
percaya diri bagi seluruh bangsa, untuk bangkit menghadapi tantangan-tantangan 
zamannya. Di tengah keterpurukan ekonomi, dan sebentar lagi akan terjadi 
kenaikan harga BBM dengan berbagai dampak susulannya, bangsa ini memang 
membutuhkan sesuatu untuk dibanggakan, sesuatu yang dianggap pantas disandang 
oleh sebuah bangsa yang besar. Bangsa yang jumlah penduduknya sudah 230 juta 
jiwa ini.
�
Demi menyiarkan acara ini, stasiun-stasiun TV swasta jelas telah berkorban, 
karena acara ini akan berlangsung pada prime time, sekitar pukul 19.00 sampai 
22.00 WIB, hari Selasa, 20 Mei 2008. Stasiun TV seperti RCTI dan SCTV 
mengorbankan tayangan sinetronnya, yang selama ini selalu mendulang rating. 
Trans TV mengorbankan program andalannya, Bioskop Trans TV. 
�
Scara teknis, perhelatan itu akan ditata sedemikian rupa, untuk menunjukkan 
bahwa orang Indonesiajuga sanggup mengemas sebuah pertunjukan yang canggih. 
Inilah salah satu yang dimaksud menjadi pembangkit rasa percaya diri bangsa itu.
�
Pada acara ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan memberi 
sambutannya. SBY pada acara ini berkesempatan bicara langsung ada rakyat 
Indonesia, melalui siaran langsung seluruh media TV dan radio tersebut. 
Bayangkan, hal semacam ini tak pernah terjadi sebelumnya pada presiden 
Indonesiayang mana pun sejak, jatuhnya Soeharto. 
�
Saya berharap, SBY tidak menyia-nyiakan peluang yang langka ini, untuk 
menyampaikan visi dan pandangannya tentang masa depan Indonesiapada rakyat, 
sehingga rakyat tahu, mau dikemanakan negara ini oleh para pemimpinnya. Dan, 
karena dalam waktu dekat akan ada kenaikan harga BBM, SBY juga harus 
menjelaskan, mengapa (sekali lagi dan sekali lagi) rakyat harus berkorban, demi 
penyelamatan anggaran negara, yang terancam akibat kenaikan harga minyak di 
pasar dunia. 
�
Untuk membangkitkan semangat rakyat, para pemimpin negara pertama-tama harus 
menunjukkan bahwa mereka punya semangat dan tekad serius, untuk berjuang dan 
membebaskan bangsa ini dari krisis berlarut-larut. Serta, dari cengkeraman, 
manipulasi, eksploitasi, dan penindasan oleh pihak manapun, baik dari dalam 
maupun dari luar negeri. Untuk meminta kesediaan rakyat berkorban, para 
pemimpin juga harus lebih dulu menunjukkan, bahwa mereka juga siap berkorban 
untuk kepentingan rakyat. 
�
Seperti apa kira-kira nanti, acara peringatan 100 Tahun Hari Kebangkitan 
Nasional tersebut? Saksikan saja di layar TV Anda, pada waktu yang telah 
disebutkan di atas. Sebagai orang yang kebetulan ditunjuk menjadi salah satu 
panitia di event besar ini, saya hanya bisa berdoa, agar acara ini sukes. 
Amin��.
�
�
Jakarta, 17 Mei 2008
�
Satrio Arismunandar
Protokoler Teras Pintu VIP Barat
Peringatan 100 Tahun Harkitnas
di Gelora Bung Karno
�
�
�===========================================
�
Satrio Arismunandar 
Executive Producer
News Division, Trans TV,�Lantai 3
Jl. Kapten P. Tendean Kav. 12 - 14 A, Jakarta 12790 
Phone: 7917-7000, 7918-4544�ext. 4023,� Fax: 79184558, 79184627
�
http://satrioarismunandar6.blogspot.com
http://satrioarismunandar.multiply.com��
�
"Perjuangan seorang mukmin sejati tidak akan berhenti, kecuali kedua telapak 
kakinya telah menginjak pintu surga." (Imam Ahmad bin Hanbal)



----- Original Message ----
From: Kukuh S Wibowo 

To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
Sent: Saturday, May 17, 2008 9:32:06 PM
Subject: [ajisaja] 75 Tahun Panyebar Semangat di Trans TV


100 Tahun Kebangkitan Nasional, 75 Tahun Panjebar Semangat


100 tahun Kebangkitan Nasional, 75 tahun usia majalah berbahasa Jawa, Panjebar 
Semangat (baca Penyebar Semangat). Panjebar Semangat tidak dapat dipisahkan 
dengan nama dr. Soetomo. Dialah yang menerbitkan majalah ini pada hari Sabtu, 2 
September 1933, atau 25 tahun setelah organisasi Boedi Oetomo dia bentuk 
bersama dr. Tjipto Mangoenkoesoemo. Kala itu tujuan menerbitkan Panjebar 
Semangat sebagai alat perjuangan melawan penjajahan Belanda. 


Soetomo memilih medium berbahasa Jawa lantaran banyak kaum pribumi yang buta 
dengan bahasa Melayu/ Indonesia. Sebenarnya selain Panjebar Semangat, Soetomo 
juga menerbitkan surat kabar berbahasa Indonesia yang diberi nama Soeara 
Oemoem. Tapi media ini tidak berumur panjang. Meski berita-berita di Panjebar 
Semangat cenderung menyerang Hindia Belanda, namun tidak pernah dibreidel. 
Panjebar Semangat baru dilarang terbit saat tentara Jepang tiba di Indonesia 
pada 1942.


Tak hanya dilarang terbit, semua mesin cetak milik Panjebar Semangat juga 
disita. Pemimpin Redaksi Panjebar Semangat saat itu, Imam Soepardi, harus 
berurusan dengan tentara Jepang. Sebagai hukuman dia �dibuang� ke Ngawi hingga 
Indonesia Merdeka. Setelah tujuh tahun �hilang�, tahun 1949 Imam Soepardi 
kembali memelopori terbitnya Panjebar Semangat secara mingguan. 


Sejak saat itu hingga tahun 2008 ini Panjebar Semangat selalu terbit rutin 
mingguan dan tidak pernah absen sekalipun! Mungkin inilah media massa tertua di 
Indonesia saat ini. Sebuah capaian yang luar biasa mengingat pembaca media ini 
sangat segmented. Hebatnya Panjebar Semangat masih sanggup hidup mandiri. Dua 
penerbitan berbahasa Jawa lain yang masih ada, Jaya Baya (Surabaya) dan Djala 
Lodang (Jogjakarta) sudah �diambil� oleh Jawa Pos dan Kedaulatan Rakyat.


Menurut penelitian Kepala Badan Informasi Publik Departemen Informasi dan 
Informatika Suprawoto, pada akhir 50 an � awal 60 an oplah Panjebar Semangat 
pernah mencapai 88 ribu eksempelar. Jumlah ini hanya bisa disaingi oleh �Star 
Weekly� milik Kompas. Tapi sejak akhir 80 an, jumlah oplah Panjebar Semangat 
yang hidup tanpa iklan ini makin menurun.


Presiden RI Soekarno pun sempat mengapresiasi majalah ini. Pada September 1953, 
tepat 20 tahun usia Panjebar Semangat, Bung Karno memberikan ucapan selamat di 
secarik kertas yang beliau tulis sendiri. Ucapan itu berbunyi: �Kabeh madjalah 
kang mbijantu marang perdjoangan nasional gedhe gunane. Ta�dongakake muga-muga 
Panjebar Semangat lestari mbijantu perdjoangan kita iki.� (Semua majalah yang 
membantu perjuangan nasional besar jasanya. Saya do�akan semoga Panjebar 
Semangat terus membantu pejuangan kita ini.). Ucapan selamat itu dititipkan 
Bung Karno kepada Darmosoegondo, reporter RRI yang menjadi koresponden majalah 
ini di Jakarta.


SK Trimurti, Harmoko dan Yudhoyono.


Dalam perjalanan selanjutnya, beberapa orang yang kelak menjadi tokoh nasional 
pernah menulis di Panjebar Semangat. Diantaranya ialah SK Trimurti, Harmoko dan 
Susilo Bambang Yudhoyono. Pada awal-awal terbitnya majalah ini, SK Trimurti 
adalah wartawati yang aktif mengirimkan tulisannya. Umumnya laporan Trimurti 
berkisar pada penyadaran kepada kaum pribumi akan pentingnya kemerdekaan dari 
Hindia Belanda.


Awal tahun 60 an muncul penulis/ koresponden baru yang sangat produktif. Dialah 
Harmoko, pemuda asal Nganjuk yang kelak menjadi Ketua PWI Pusat, Menteri 
Penerangan, Menteri Urusan Khusus dan Ketua MPR di era Orde Baru. Tak hanya 
lihai membuat liputan menarik, Harmoko muda juga piawai menggambar karikatur. 
Ciri karikatur Harmoko lebih banyak menyerang paham komunisme. Harmoko, yang 
tidak punya tempat tinggal tetap di Surabaya, sering tidur di kantor Panjebar 
Semangat di Jl. Bubutan, Surabaya. Dia tidur di lantai dan hanya beralaskan 
kertas koran. Makannya nasi liwet yang dia masak sendiri di kantor tersebut.


Pertengahan 60 an muncul penulis spesialis cerita remaja. Penulis itu berasal 
dari Pacitan. Namanya Susilo Bambang Yudhoyono (sekarang Presiden RI). Pertama 
kali mengirimkan tulisan ke Panjebar Semangat, Yudhoyono masih duduk di kelas 
III SMP. Karya pertamanya yang dimuat majalah ini berjudul �Kabungahan� 
(Kebahagiaan) . Tulisan itu mengisahkan seorang anak perempuan yatim yang baru 
lulus dari SMP. Nama anak itu Susi Yudhowati. Susi lulus dengan nilai terbaik 
atau rangking satu. Namun kebahagiaan Susi Yudhowati berubah menjadi kesedihan 
karena ibunya tidak memiliki uang untuk membiayai dirinya melanjutkan ke SMA. 
Mungkin ini gambaran kisah Pak Presiden sewaktu muda.


Kini setelah tiga perempat abad berselang, Panjebar Semangat tetap eksis meski 
tantangan yang dirasakan semakin berat. Majalah ini pernah nyaris tidak terbit 
saat krisis moneter karena harga kertas yang tak terjangkau. Kini majalah ini 
harus berhadapan dengan kenaikan harga BBM. Untunglah masih ada pelanggan setia 
yang menopang keberlangsungan hidup Panjebar Semangat. Tapi harus diakui bahwa 
regenerasi pembaca/ pelanggan seret. Regenerasi pembaca terputus karena setelah 
pelanggan tersebut meninggal dunia, anak cucunya enggan meneruskan.


Sekelumit kisah itu bisa disimak dalam acara �Good Morning� di Trans TV pada 
Selasa, 20 Mei 2008, pukul 08.30 � 09.30. Terima kasih kepada Trans TV yang 
masih peduli kepada surat kabar rakyat kecil. (*)

------------ --------- --------- ---
Yahoo! Toolbar kini dilengkapi dengan Search Assist. Download sekarang juga.

[Non-text portions of this message have been removed]

 


      

[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

Yahoo! Groups Links





       
---------------------------------
 Yahoo! Toolbar kini dilengkapi dengan Search Assist.   Download sekarang juga.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke