Dar all;

Saya kirimkan versi final puisi saya BANTUL 2006 yang kemarin malam saya bacakan dalam acara vigil dan doa yang diselenggarakan di KBRI, Washington DC.

Ikra.-
======


Ikranagara:
BANTUL 2006


tak ada lagi kata
tatkala mata kita menatap ke atas
langit merah membara
di atas puncak gunung merapi siap akan meletus
tiba-tiba kita berpaling ke arah bantul
tatkala bumi berguncang amatlah kerasnya
tak juga ada kata di sana

sungai opak yang gemetar
terperangah
karena horor
bisu
tatkala kekuatan guncangan bumi
dengan mudah meruntuhkan rumah-rumah
serentak
bergemuruh
sang maut merenggut nyawa korban demi korban
bergelimpangan

di gunungan puing-puing
di bantul, sleman, klaten, imogiri …
di panggungharjo,  trumulyo …
di yogya – o… yogyakarta kota kelahiran kedua
tak juga ada kata di sana
kecuali angka-angka
diguyur hujan tropis yang deras

angka-angka menghitung kehancuran dengan tenda pengungsian
angka-angka menghitung luka dengan kapas berlumur darah
angka-angka menghitung lapar dan dahaga dengan suara lirih
tapi ketika kita dengarkan
     dengan cermat mencari
          kata-kata yang manusiawi
               di dalam suara-suara lemah itu
akhirnya satu kata muncul
dari nafas mereka yang kehilangan harapan
: “tolong…”
bersahut-sahutan dari mulut ke mulut

: “tolong…”
menerobos batas kota demi kota
merambat dari satu negeri ke negeri berikutnya

: “tolong…”
menyusuri jaringan internet dunia maya komputer-komputer
seberang menyeberangi samodra & benua-benua

: “tolong…”
sebuah kata penuh hasrat untuk hidup
semestinyalah mampu mengembalikan kebersamaan kita
menjadikan kata-kata yang manusiawi tindakan nyata
bersumber dari khaszanah perasaan yang universal
dalam peradaban kita

mudah-mudahan begitulah

: “amien…”

                ***


kemudian tibalah saat berkontemplasi
tatkala usailah sudah bumi berguncang

kita menghitung kuburan para korban
dengan butir-butir air mata
butir-butir tasbih zikir
tak terbilang susunan kata-kata doa dikirimkan
untuk mereka yang telah mendahului kita
dalam kereta kencana masing-masing

: “amien…”

: “yaa siin…”

                ***


akhirnya inilah saatnya untuk bersunyi diri sejenak

memikirkan apa yang selanjutnya akan datang menyusul

: jika mata kita menatap ke atas kembali
  apakah langit masih juga tetap merah membara
  di atas puncak gunung merapi siap akan meletus?



                   twinbrook di tepi rock creek mei 2006



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]




SPONSORED LINKS
Cultural diversity Indonesian languages Indonesian language learn
Indonesian language course


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke