Buntut Sang CicakZ Man
Hari itu 15 Desember 2004; Sahabat saya, sebut saja namanya; ‘X’ sedang menginap di rumah saya. Hari itu adalah hari ketiga dia menginap di rumah saya. Pagi itu, ketika kami sedang berada di ruang kerja ayah saya, X meminta saya untuk membantunya mengirim attachment per yahoo mail ke seorang temannya. Saya memang mengangguk menyanggupinya, tetapi saat itu saya sendiri sedang mengirim sebuah email ke seorang teman saya. X menunggu saya dengan tidak sabar, berdiri di samping saya, berjalan berputar-putar di dalam ruangan, ia memutar-mutar gunting di tangannya seperti badut yang sedang beratraksi, saya semakin tidak merasa nyaman di dalam ruangan kerja ayah saya di rumah saya sendiri. Ia tetap berdiri di dekatku, terus menanyakan dengan nada panic,“Kapan kau akan meng-attach photo yang hendak kukirim itu?” Sampai saya mengirimkan attachment photo per yahoo mail sesuai dengan permintaannya, setengah jam kemudian. Sudah direncanakan sebelumnya, saya mengajak X untuk pergi ke sebuah kafe di Kemang Untuk menemui Leonardo Rimba, rekan saya. Kami telah janjian untuk ketemu di kafe tersebut untuk selanjutnya kami bersama-sama akan pergi bersama dengan Eko teman saya yang lain, mampir ke rumah pamannya Eko yg punya hoby dan business membuat dan berdagang keris, pedang, ukir-ukiran dan lukisan. X sadar bahwa dirinya sedang tidak stabil sehingga suka marah-marah sendiri. X bilang ke saya bahwa ia tidak jadi ikut, meskipun meeting ini saya utamakan untuk kepentingan dia, bukan saya. X beralasan bahwa dirinya kecapaian karena ketika ia menginap di kamar saya, saya suka tidur malam setelah menulis di depan computer. X jadi susah tidur, malahan tidak bisa tidur samasekali. -------------------- Pk. 13.30 WIB saya sampai di kafe tersebut. Kepada Leonardo saya menceritakan sikap-sikap X yang cenderung semakin tidak stabil dalam tiga hari menginap di rumah saya. Soal main gunting di samping saya yg sedang ngetik di depan computer, seringnya mengerutu sendiri;mengeluarkan kata-kata kotor tanpa sebab yang jelas, bahkan di tempat umum sekalipun. Leonardo beranggapan bahwa pada dasarnya X mampu mengatasi permasalahannya sendiri, tetapi dia saja yang malas dan cenderung dimanja oleh mamanya. Permasalahan utama adalah soal niat dan kemauan. -------------------- Tidak lama saya menunggu, sampai Eko dan mbak Lea datang dengan mobil, setelah selesai rapat dengan rekan bussinessnya. Saya, Leonardo Rimba dan mbak Lea ikut mobil Eko, sedangkan mobil saya yang membawa saya ke kafe mengikuti di belakang. Kami menuju sebuah gallery di daerah Jeruk Purut. Saya membuka pintu pagar gallery yang tertutup, tetapi tidak dikunci, lalu mobil Eko parkir di dalam. Karena tempat parkir yang tersedia sangat minim, mobil saya parkir di luar. Kami disambut secara pribadi oleh pemilik gallery, Bp.Heriawan yng merupakan oom dari Eko sendiri. Pembicaraan yang terjadi, bukanlah di area yang saya mengerti. Si tuan rumah banyak berbicara soal ukiran patung dari kayu yang menjadi salah satu hal utama yang dijual di gallery-nya. Kami menikmati tour seperti tour museum selama lebih-kurang satu jam. Ketika kami berjalan kearah muka gallery, hendak pulang, saya baru mulai dapat masuk ke dalam perbincangan. Awalnya Pak Heriawan berbicara dengan mas Leonardo memberikan nasehat-nasehat yang berhubungan dengan karier mas Leonardo sebagai peramal tarot. Saya masuk ke pembicaraan ketika ia mulai berbicara soal pengalaman pak Heriawan belajar ilmu membengkokkan golok. Di tengah pembicaraan tiba-tiba.. Jatuh sesekor cicak, entah dari mana. Sang cicak jatuh di kira-kira 30cm sisi belakang-kiri dari tempat saya berdiri. Saya tidak menyentuhnya sehingga dia jatuh, dia jatuh sendiri dari dahan pohon yang memayungi halaman gallery itu. Cicak itu lalu memutuskan ekornya sendiri dan berjalan lewat di belakang saya lalu mengilang di semak-semak. Baik pak Heriawan, mas Leonardo Rimba, mas Eko dan mbak Lea memusatkan perhatian kearah saya. Saya jadi tidak enak ati, tetapi saya tahu saya tidak membuat cicak itu jatuh. Saya kembali melihat ke kiri belakang tempat cicak itu jatuh dan meninggalkan ekornya yang bergerak-gerak, seperti bulu yang ingin mengelitiki saya, membuat saya bergerak karena geli. Saya jadi ingat saat pagi tadi X memainkan gunting di kamar kerja saya saat saya sedang bekerja di depan computer, ia merasa geli menunggu saya. Saya masih diam sampai eko berkata;“Vincent, tidak diambil saja ekornya, siapa tahu itu jimat.” “Nanti coba pasang nomor buntut, pasti dapat. Buntut cicaknya nanti di rumah diformalin selama seminggu lalu dijemur. Setelah itu bisa dibawa di dompet. Anggap saja jimat.”Pak Heriawan menambahkan. “Ada plastic nga?”Saya bertanya. “Di mobil ada tissue khan? Dibungkus pakai tissue saja lalu nanti dirumah diformalin, atau bisa juga diair-garam tetapi harus kadar garamnya tinggi.”Kata Eko. Saya mengambil tissue dari mobil lalu mengangkat buntut cicak yang masih sedikit bergerak itu, membungkusnya dan memasukkannya ke kantong celana saya. “Beli formalinnya di mana? Saya tidak bawa banyak uang hari ini.”Tanya saya. “Di Apotek juga ada, nga mahal kok. Uangmu pasti cukup.” “Nanti mau kau apakan buntut cicak itu?”Tanya pak Heriawan. “Akan saya formalin, lalu saya pajang dilemari kaca di kamar saya.”Jawab saya. “Tidak kamu bawa di dompet jadi jimat?”Tanya pak Heriawan. “Tidak perlu, saya hanya untuk kenang-kenangan saja kok. Mengingat bagaimana hari pertama saya main ke rumah Oom. Dapat buntut cicak.”Jawab saya. “Repot-repot amat. Pakai bawa cicak dri rumah si oom segala. Tangkap aja cicakl di rumah, khan banyak, lalu cabut ekornya.”Kata Eko. “Lain donk. Ini khan ada unsure jodonya, kebetulan, saya nga sengaja ingin buntut cicak. Saya menghargai unsure kebetulannya.”Jawab saya. “Sudah buntut cicaknya dibuang saja. Oom kasih batu buat kenang-kenangan.”Kata pak Heriawan. “Saya menghargai kebetulannya.”Jawab saya lagi. “Ya sudah, nanti kamu main-main ke rumah oom yach. Nanti oom kasih batu.” Kata pak heriawan membalas. -------------------- Saya sampai di rumah ketika hari sudah malam. Dari rumah pak Heriawan tadi saya mampir dulu ke apotek untuk membeli formalin, lalu menjemput mama saya di kantor. Selama perjalanan sampai ke rumah sudah enam apotek yang saya kunjungi, tidak satupun menjual formalin. Selama perjalanan itu saya merasa buntut cicak itu langsung tidak langsung menjadi perantara untuk memberikan pesan-pesan kepada saya soal problem teman saya X. Maka, untuk mengucapkan rasa terimakasih, sebelum pulang ke rumah, saya sengaja mampir dulu ke pasar Kebayoran Lama untuk membeli kembang untuk mandi. Saya beli tiga bungkus kembang untuk mandi, tiap bungkusnya saya tambahkan satu kuntum bunga mawar dan tiga buah kantil. Saya menemui X yang malam itu masih menginap di rumah saya. Saya katakan kepadanya bahwa nanti tengah malam jam 00.00 WIB saya dan X akan berdoa bersama lalu dilanjutkan Jam 00.45 WIB mandi kembang. Setelah selesai masak-masak syukuran seadanya sebagai ungkapan rasa syukur. X menanyakan kepada saya tentang apa yang saya alami selama bepergian hari ini, dan saya menceritakannya. Pesan-pesan yang disampaikan melalui kejadian jatuhnya sang cicak disusul putusnya buntut sang cicak, pesan-pesan yang saya dapat di mobil.. -------------------- “Kira-kira jam 16.45 saya berangkat naik mobil bersama dengan supir saya dari gallery pak Heriawan menuju ke kantor mama saya. Kebetulan mama saya pulang malam jam 19.30 WIB karena ada acara perayaan natal di kantornya. Selama perjalanan saya sempat mampir ke enam apotek untuk mencari formalin, tetapi tidak di satu apotek-pun saya temukan.” “Sejak dari gallery pak Heriawan, tangan saya tidak berhenti bergetar. Saya tidak coba melawan reaksi itu karena rasa ingin thu saya untuk mengetahui apa maksut dari semua ini. Dua puluh menit dari rumah pak Heriawan saya merasakan sakit seperti ada yang menusuk di kaki kanan saya, dimana saya meletakkan buntut cicak itu di kantong celana kanan. Maka dari itu saya memindahkan buntut cicak yang dibungkus tissue itu ke kantong kemeja saya. Setelah memindahkan bungkusan ke kantong kemeja, paragraph demi paragraf kalimat saya rasakan menyapa seirama dengan getaran yang terjadi pada tangan saya;” ”Cicak rela kehilangan buntutnya hanya untuk tetap hidup, atau hanya untuk sekedar merasa memliki kemungkinan lebih untuk tetap hidup. Selama buntut baru belum tumbuh sang cicak tidak memiliki alat pertahanan diri berupa buntut yang dapat putus untuk mengecoh musuh yang dapat membahayakan jiwanya.” “Dalam waktu sepersekian detik saja cicak berani mengambil pilihan untuk kehilangan buntutnya dibanding resiko kehilangan nyawanya sendiri.” “X tidak berani. X tidak memiliki niat yang kuat untuk menahan diri meski hanya sekedar cuek untuk mendapat kesempatan-kesempatan dalam hidupnya sendiri. Ia tidak perlu mengorbankan salah satu anggota tubuhnya seperti cicak mengorbankan ekor.” “Si cicak saja mau mengorbankan ekornya untuk sekedar menyampaikan pesan ini untuk disampaikan ke X. Bagaimana X tidak mau berkorban yang lebih kecil bagi dirinya sendiri?” “Saya jadi ingat saat saya jadi tidak enak ati, tetapi saya tahu saya tidak membuat cicak itu jatuh. Saya kembali melihat ke kiri belakang tempat cicak itu jatuh dan meninggalkan ekornya yang bergerak-gerak, seperti bulu yang ingin mengelitiki saya, membuat saya bergerak karena geli. Saya jadi ingat saat pagi tadi X memainkan gunting di kamar kerja saya saat saya sedang bekerja di depan computer seakan ia merasa geli menunggu saya.” “Sedangkan si cicak meninggalkan ekornya yang bergerak-gerak membuat saya merasa geli, memusatkan perhatian pada ekor yang telah ditinggalkan untuk keselamatan dirinya sendiri. Meninggalkan ekor, meninggalkan geli.” “Ayah, Ibu dan saudara laki-laki X yang paling muda tinggal di sebuah rumah yang lebih menyerupai museum daripada sebuah rumah tinggal. Di depan rumahnya terdapat sebuah senjata pemusnah massa peninggalan jaman sejarah mengarah ke luar rumah. Tidak hanya di depan saja, di tengah taman, di samping kamar, di teras, di atap rumah, bahkan ada yang terkubur di bawah pohon cemaradi halaman depan rumahnya. Jumlahnya berpuluh-puluh. Semua senjata pemusnah massa dari jaman sejarah dari berbagai kubu dan lokasi berbeda terkumpul di sebuah rumah. Hawa perang dan kematian tetap terasa, sedih, dingin, marah, dendam terasa pekat. Rasanya, semangat mereka masih berperang.” “X dulu juga tinggal di sana, tetapi saat ini dia memilih menyewa sebuah kamar kos di daerah Menteng, Jakarta pusat. Di rumah itu hampir tidak ada pembantu yang dapat menetap lama. Pembantu yang baru masuk biasanya menampakkan wajah yang kosong, sering lupa, sering blank. Adik bungsu X, Anak paling muda yang tinggal di sana tampak tertutup dan kosong. Ibunya yang lulusan fakultas Hukum UI tidak diizinkan swaminya melanjutkan sekolah notaries. Hanya tinggal di rumah dan tidak bekerja. Sampai saat ini X tidak mau berkomunikasi lagi dengan ayahnya. Jika berkomunikasi mereka berdua pasti bertengkar.” “Saya ingat benar jika saya bepergian dengan X, selalu saja ada sesuatu yang tidak bisa saya definisikan yang membuat X secara tiba-tiba mengeluarkan kata-kata kotor, memaki, merasa sesuatu tersinggung, pada yang tidak jelas. Sebenarnya sifat dasar X baik… Jika tidak X, maka orang yang biasanya baik-baik saja itu yang bertingkah aneh.” -------------------- Masih di dalam mobil; Kalimat itu kembali mengema;”Meninggalkan ekor, meninggalkan geli.” Entahlah, saya yang membuat kesimpulan atau saya yang mendengar kesimpulan itu dengan perantaraan cicak. Seperti Newton yang melihat apel jatuh ke tanah lalu ia berbicara tentang teori Gravitasi. Apakah jatuhnya apel membuat pikiran Newton bekerja; Gravitasi. Atau Apel itu lah mandat JaPri(jalur pribadi) dari atas yang membuat Newton jadi nabi science untuk teori gravitasi. Sayangnya Newton tidak mengawetkan apel yang jatuh itu sehingga bisa jadi kenang-kenangan sampai saat ini. Sedangkan untuk kasus X dan buntut cicak saya berinisyatif akan mengawetkannya sebagai kenangan. Dalam kasus X dan buntut cicak sadar tidak sadar muncul sebuah kesimpulan yang keluar saja secara lancar; Ketika bertemu dengan orang lain, hawa negative yang terbawa dari alat pembunuh jaman sejarah yang tertimbun di rumahnya membuat X seperti orang yang dikelitiki sehingga geli. Hawa itu juga membawa dampak yang sama terhadap orang yang ditemuinya sehingga melakukan hal-hal kecil yang konyol, mengelikan yang tidak biasa dilakukannya sehingga X mudah untuk mengeluarkan sindiran sinisnya secara spontan. Sindiran tajam dalam yang spontan itu membawa kegagalan bagi hubungan X dengan orang yang baru dikenalnya. Hal ini berulang terus dalam hidup X sehingga timbul rasa malas untuk berusaha maju karena kegagalan dan kegagalan demi kegagalan yang terus terjadi akibat masalah yang tampaknya spele. Saya kira X perlu meninggalkan geli ini... Kata orang, hawa negative tidak dapat menyeberangi lautan. Ketika X sempat sekolah di luar negeri hawa negative dari barang-barang tersebut lambat laun hilang, sempat hilang total setelah dua tahun X menetap di luar negeri tanpa sekalipun pulang ke Indonesia. Tetapi ketika suatu ketika X pulang berlibur, lalu melanjutkan sekolah di luar negeri, hawa negative itu kembali mengikat X. Dalam dua bulan tinggal di luar negeri, tanpa sebab X dipukuli tanpa sebab di jalan. Trauma X saat itu bahkan lebih berat dari hawa negative yang pernah mengganggunya itu. Apakah ini kesalahan dari rumah yang diisi dengan barang-barang yang membawa hawa negative? Jika ini ditanyakan kepada ahli agama tentu jawabannya adalah barang-barang tersebut harus dibakar atas nama tuhan demi kebaikan manusia. Tetapi apakah semanja itukah manusia? Apakah manusia yang katanya diciptakan menurut rupa allah hanya bisa menyalahkan barang, benda yang merupakan ciptaan manusia juga? Apakah manusia yang katanya kuat itu hanya bisa bergantung pada api untuk memusnahkan benda mati jika tidak ia akan kalah, selemah itukah manusia? Apakah dengan barang-barang itu dibakar manusia bertambah sempurna, atau malah bertambah manja? Dan terakhir, Apakah semua benda sejarah harus dibakar atas nama agama demi kemanjaan manusia yang merasa suci demi memusnahkan yang dikambinghitamkan? Bukankah manusia yang kuat tidak akan dapat terpengaruh apalagi oleh benda mati dan hal-hal yang pada-dasarnya lebih rendah derajatnya oleh manusia. Manusia tetap kuat dengan dirinya sendiri dan tidak terpengaruh meskipun di tengah hal-hal negative itu. Maka dari itu saya memberikan sebuah tantangan kepada X; “Ada beberapa hal yang harus dilakukan dengan niat sendiri, dengan kepercayaan diri bahwa anda bisa atas permasalahan yang menghambat kemajuan anda ini.” “Pertama; Anda perlu menahan diri supaya meski hawa negative itu mengkelitiki anda dan orang yang anda temui sehingga melakukan hal-hal yang menggelikan anda tetap dapat tidak geli, menahan diri. Menahan diri pada hal kecil untuk kesuksesan di hal yng lebih besar.” “Kedua; Jika hawa negative itu tidak berhasil menggoda anda untuk geli dan lalu berlaku aneh sebagai respon, maka lambat laun si hawa negative akan bosan mengkelitiki anda dan orang yang anda temui karena anda tidak geli.” “Ketiga; Bila anda tidak lagi dikelitiki, tetapi keluarga anda yang tinggal di rumah tersebut tetap dikelitiki supaya bertengkar dengan anda maka anda harus membalas kegelian anggota keluarga anda itu, kemarahan mereka dengan senyum dan kebaikan sehingga mereka merasa ada yang aneh di diri mereka dan mereka tidak lagi mudah tergoda untuk bertengkar dengan anda.” “Keempat; Anda perbaiki hubungan dengan ayah, ibu dan saudara kandung anda supaya tidak ada karma negatif yang mengganggu keluarga anda kelak ketika anda sudah memiliki keluarga sendiri.” X bertanya kepada saya;”Apakah saya mampu, ini tidak ringan.” Saya jawab,”Anda mampu asal anda punya niat. Yang paling berat adalah ketika anda menghadapi masalah pertama. Ketika anda menghadapi masalah kedua sudah lebih ringn karena anda sudah punya modal yaitu lulus dari hal pertama. Begitu juga selanjutnya, akan semakin ringan.” -------------------- Malam itu juga saya membuka satu bungkusan kembang yang telah saya beli, saya letakkan di baskom berisi air, lalu sambil berdoa mengucapkan terimakasih kepada allah tertinggi dan kepada cicak yang dijadikan perantara untuk pesan tentang penyelesaian masalah teman saya X ini. Semoga buntut baru si cicak cepat tumbuh dan selama belum tumbuh mendapat perlindungan dari segala bahaya. Saya cuci ekor cicak itu di baskom berisi air bunga lalu saya masukkan ke botol berisi formalin bekas potongan dari operasi kuku jempol kaki saya yang juga saya awetkan dalam botol yang sama. Ketika mendekati jam 00.00 WIB di halaman belakang rumah, saya menjelaskan kepada X tatacara doa yang akan saya gunakan; Tiga hio pertama ditujukan sebagai doa, sembah hormat untuk Allah tertinggi (thian). Tiga hio kedua untuk menghormati, minta doa restu, minta sponsor, menghargai Tuhan Yesus, Bunda maria, Sang Budha, Kwanim, Daesanlauchin, Kwan Kong, Semua Dewa di mana saja mereka berada, Nabi Muhamad, dan nabi-nabi yang datang sebelumnya, Santo-Santa dan orang-orang suci atau yang disucikan. Saya juga menambahkan bahwa untuk tig hio kedua ini juga dapat ditujukan kepada orang-orang besar yang dikagumi tidak harus dari kebaikan hatinya saja. Seperti Kwan Kong yang ahli perang, George Bush yang melawan Teroris tidak lupa Bin Laden & Sadam Husein yang menjadi lawannya, Soekarno yang memproklamasikan kemerdekaan RI dan Soeharto yang menggantikannya, bisa siapa saja termasuk Sang CicakZ Man yang sebagai perantara mengorbankan buntutnya untuk menjadi pesan bagi si X. (Soal Bush, di Majalah Tempo edisi 22-28 November 2004 halaman 102, pada artikel berjudul: “Demi Mandat dari Langit” saya membaca photo poster pendukung Bush yang bertuliskan;”Finally, a Christian fight evil. Thank you, George Bush” Saya kira tidak baik menghormati satu tokoh saja. Semakin banyak tokoh yang sama sekali berbeda yang dihormati oleh orang yang sama maka dunia akan semakin damai.) Tiga hio ketiga untuk menghormati keberadaan dan peranserta semua Roh baik di dalam diri saya sendiri, di luar diri saya, baik yang berhubungan dengan saya maupun yang tidak berhubungan dengan saya; yang secara tulus ikhlas tanpa ada perjanjian-perjanjian sebelumnya. Dan tiga hio terakhir untuk menghormati nenek moyang dari diri sendiri. Untuk apa yang harus X doakan, saya tidak memberikan kurikulum yang pasti, saya hanya menyarankan kepadanya untuk mendoakan messages yang diterimanya melalui perantaraan saya dan si cicak; dia adalah dirinya sendiri, bukan saya; yang jelas bukan dia. Bersamaan dengan X menancapkan ke-12 hio itu di tanah. Saya mempersiapkan dua buah ember yang diisi dengan air hingga sepertiganya. Saya campurkan masing-masing satu bungkusan kembang ke setiap ember. Setelah itu memasak air di teko untuk dicampur supaya air tidak dingin. Saya dan X menunggu hio hingga habis (kira-kira empat puluh menit setelah dinyalakan), menuangkan air panas ke ember sampai cukup hangat untuk mandi, mengaduknya, lalu kami sama-sama mandi kembang bugil di halaman belakang rumah. Anggaplah membersihkan diri sebelum memulai perjalanan instropeksi diri setelah mendapat pesan melalui saya dan buntut cicak. Acara hari itu diakhiri dengan masak-masak, anggaplah sebuah syukuran. Untung-untung kami cukup sadar bahwa pencipta yang esa itu bukanlah pencipta yang kaku. Kalau mau; Minta. Pingin tahu; Nanya. Lage kesel; Ngambek. Pingin bukti; Minta Bukti. Mau disapa dengan nama apa; Terserah. Nga perlu tahu atas tatacara ribet untuk mencapainya, cari cara sendiri yang asik, diyakini sendiri, dijalani sendiri, jadi nya juga sendiri-sendiri. Toh nanti “Inna li’l-Lah-i wa inna ilay-hi raji’un” juga akhirnya. Nga perlu dikejar-kejar, Ngapain ambil pusing. (NOTE: Tulisan ini telah diedit dan disetujui oleh X sendiri untuk diposting sesuai dengan yang terlampir. NOTE: Balasan atas email ini harap di posting di maillist tempat anda membacanya dan harap di Forward ke [EMAIL PROTECTED] . If you are not a member please join klik:: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/join .) Vincent Liong 22 Desember 2004 IKLAN Meminta ILMU langsung dari Yang Maha Esa Terapi Psikologis langsung dari Yang Maha Esa Konsultasi Psikologis Plus! ala Vincent Liong & Partner Tanpa sarat, pantangan, ritual bisa di-design semau sendiri. Jika anda sudah mampu anda bebas memodifikasi sendiri dan juga dipasarkan sesuai harga yang anda patok sendiri. Kami melayani bimbingan tersebut di atas. Tariff ditentukan semaunya oleh masing-masing pembimbing. HUBUNGI Vincent Liong & Partner Vincent Liong ; Tlp&Fax / Hp: 021-5482193, 5348567, 5348546 / 08136795160. Jl.Ametis IV G-22 Permata hijau Jakarta Selatan 12210 - Indonesia :::Vincent Liong's Private BANK Account::: Bank Central Asia (BCA) KCP-Permata Hijau A/C: 1781179600 A/N: Liong Vincent Christian Leonardo Rimba ; Hp: 0818183615 email: [EMAIL PROTECTED] :::Leonardo Rimba’s Private BANK Account::: Bank Central Asia (BCA) A/C: 880-017-7716 A/N: L.J. Rimba Praktek hanya sesuai perjanjian. Harap membuat appointment sebelumnya. [NOTE: No Hp Vincent Liong yg Kartu Halo (Abonemen)0811919765 saat ini sedang tidak digunakan berhubung Vincent Liong yang boros sedang tidak ada uang. Biaya transfer ilmu untuk ilmu baru ini sampai hari ini belum Vincent Liong tentukan. Jika anda tertarik silahkan hubungi Vincent Liong per Tlp atau Hp, Vincent Liong tidak melayani sms karena sedang tidak ada pulsa. Vincent Liong libur sekolah hingga 24 Januari 2005, jadi banyak waktu di rumah.] :::::Another Service::::: Vincent Liong melayani transfer ilmu Kundalini; Rp.300.000,-/Person. Leonardo Rimba melayani Tarrot reading dan Tarrot course baik secara online di maillist [EMAIL PROTECTED] , secara group atau privat sesuai appointment sebelumnya. (Hp: 0818183615 Email: [EMAIL PROTECTED] ) This messages is fully sponsored by [EMAIL PROTECTED] http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/join Member at this time: 505 & 100% Pure UnModerated Find local movie times and trailers on Yahoo! Movies. http://au.movies.yahoo.com ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> $4.98 domain names from Yahoo!. Register anything. http://us.click.yahoo.com/Q7_YsB/neXJAA/yQLSAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Posting: ppiindia@yahoogroups.com 5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/