Catatan Seorang Klayaban:

SANJAK TERINDAH DAN LEBIH INDAH MASIH PATUT DITULIS. 
[Melepas Adian Silalahi, Dubes RI Untuk Perancis & Andora]


Sanjak sederhana di bawah ini, kalau masih memenuhi standar puisi sehingga bisa 
disebut puisi, adalah sanjak yang dibacakan oleh S. Soejoso, salah seorang 
penanggungjawab Koperasi Restoran Indonesia di Paris pada tanggal 30 Juli 2004 di 
Malam Perpisahan  antara Masyarakat Indonesia dengan Duta Besar RI Adian Silalahi 
untuk Perancis & Andora dan Dubes RI untuk UNESCO, Bambang Suhendro, yang telah 
mengakhiri masa tugas. 

Malam perpisahan yang  diselenggarakan di ruang pertemuan Sasana Budaya  KBRI itu, 
dihadiri oleh kurang lebih 200 orang dari berbagai kelompok masayarakat Indonesia di 
Paris berdasarkan undangan.  Untuk pertama kalinya, kelompok masyarakat di sekitar 
Restoran Indonesia disebut secara terbuka dalam pertemuan resmi KBRI seperti itu, baik 
dalam pidato Pembukaan dari Kepala Bagian Penerangan, maupun Pidato Kuasa Usaha 
Sementara dan dalam Pidato  Dubes Silalahi sendiri. Undangan resmi ini sekaligus 
menegaskan pengakuan KBRI Paris terhadap Keluarga Besar Koperasi Restoran Indonesia 
sebagai  bagian dari komunitas masyarakat Indonesia di Perancis. 

 

MENEGASKAN MAKNA INDONESIA

[Kepada Adian Silalahi, Dubes RI di Perancis & Andora]. 



kabut di atas sungai
di dua tebing penduduk sekampung terberai


dari tebalnya lumut 
orang tahu lamanya perpisahan


lantas kau tiba membangun titian
tanganmu membidas jalan 
membangun titian sepaha 
masih sepaha saja memang
kerna kau memang hanya seorang adian


di ujung titian di mana lama kami menunggu
mata kita menyala menyaingi matahari  dan bulan langit
nyala ini diam-diam tanpa predikat 
kita ketahui bernama cinta bangsa dan negeri tak pernah binasa 
dan bukan pula monopoli  
bersarang di hati kita 
bedanya kau sanggup memelukku mengucapkannya tanpa malu
seine dan vaugirard tahu makna pelukanmu
seperti kau pun paham makna wedang jahe 
kami hidangkan mengganti champagne menyambutmu


indonesia memang milik kita
milikmu
milikmu 
milikmu
tapi juga milikku
milik kita


masing-masing mengucapkan janji setia kepadanya
kau pun paham tanpa kau ucapkan
kami pun paham 
seine dan vaugirard mencatat merekam selamanya
kendati waktu sering memaksa kita bicara dengan bahasa tangan seribu tanda


ini malam kita berjumpa tidak untuk berpisah
tapi untuk selamanya bersatu di negeri milik bersama
di mana kita berlomba dalam mencintai 
kerna sama-sama setuju 
sama-sama  anak bangsa putera-puteri negeri 
kerna kita sama-sama di atasnya membangun harapan 
mengalahkan keterlontaan
maka pertikaian patut diselesaikan


kau bangun sudah sebuah titian
titian sepaha menyambung dua tebing
siapa gerangan pernah berani merangkul orang-orang terbuang 
sementara tank dan meriam belum ditarik dari tebing basah darah
kaulah yang gagah berkata: 
"stop pertempuran!"
lalu hangat merangkulku 


vaugirard
seine
hatiku
mungkin juga hatimu
mungkin juga hati orang-orang 
yang lapang seluas padang 
seluas langit dan cakrawala
mencatat cinta ini
sedangkan esok
senantiasa halaman putih
masih patut ditulis
dan malam ini kuterakan tandatanya


ini malam kita berjumpa tidak untuk berpisah
tapi menegaskan janji 
indonesia milik kita
rumah bersama
di mana kita pulang
dan hidup membangun harapan
di mana pertikaian kita tuntas usaikan 


ini malam kita tegaskan 
makna indonesia 
arti keindonesiaan
kernanya pintuku
pintu kami 
tak pernah terpalang, adian


Paris, Juli 2004.
----------------
JJ. KUSNI


Suasana hening, penuh perhatian ingin mendengarkan apa yang disampaikan oleh Soejoso, 
meliputi seluruh ruangan yang penuh sesak begitu MC [Master of Ceremony, pimpinan 
acara] mengumumkan bahwa "sekarang tiba gilirannya Restoran Indonesia, Paris, 
memberikan sumbangan acara".Acara yang berbeda dari acara-acara lainnya.Bukan tari, 
bukan nyanyi, tetapi pembacaan sanjak. "Kalau politik itu kotor maka kekotoran 
tersebut malam ini dibasuh oleh puisi", tambah MC mempersilahkan S.Soejoso mengisi 
acara ke-11 yang unik pada "malam perpisahan".   

Keheningan, kesungguhan ini barangkali terutama  bermula dari rasa ingin tahu akan apa 
yang ingin disampaikan oleh Soejoso sebagai wakil dari Keluarga Besar Koperasi 
Restoran Indonesia, Paris, yang selama Orde Baru berkuasa dikucilkan, dijadikan 
sasaran ancaman dan tekanan, sampai-sampai kepada ancaman teror walaupun masih dalam 
bentuk verbal. 

Selama Orde Baru berkuasa, para diplomat, mahasiswa, dan orang-orang Indonesia 
dilarang datang makan ke Restoran. Restoran Indonesia dipandang oleh "KBRI Orba" Paris 
seperti duri di mata. Restoran Indonesia dianggap sebagai pusat kegiatan politik anti 
Orba. Oleh adanya ancaman teror verbal dari yang meyebut diri sebagai "Komando Jihad", 
maka Kementerian Luar Negeri Perancis segera mengambil langkah-langkah pencegahan dan 
menempatkan Restoran di bawah "lampu merah" yang berarti peringatan: "Jangan jamah!". 
Selama Orba berkuasa, KBRI merupakan wilayah Indonesia di Paris yang tidak pernah 
didatangi oleh  warga Restoran. 

Ketegangan hubungan antara KBRI Orba dengan Keluarga Besar Koperasi Restoran Indonesia 
ini juga tercermin dalam polemik di koran-koran utama Indonesia seperti di Kompas dan 
Sinar Harapan menyusul tulisan Arief Budiman yang menyebut Koperasi Indonesia sebagai 
"duta bangsa".

Hubungan antara KBRI Paris dan Keluarga Besar Koperasi Restoran Indonesia berobah 180 
derajad, begitu Gus Dur terpilih menjadi Presiden RI. Sebelum menjadi orang pertama di 
RI, Gus Dur memang adalah sahabat dekat  Keluarga Besar Restoran Indonesia. 

Ketika melakukan kunjungan resmi ke Paris sebagai Presiden, Gus Dur tidak lupa pada 
sahabat-sahabat lamanya di Restoran yang selalu ia kunjungi saban ke Paris, dan 
menyediakan waktu untuk bertemu. Selaku Presiden RI, Gus secara khusus menerima 
wakil-wakil dari Keluarga Besar Koperasi Restoran Indonesia. Sejak itulah hubungan 
antara KBRI dan Restoran Indonesia berkembang baik dan hangat. Hubungan yang 
dikonsolidasi dan dikembangkan oleh Dubes Adian Silalahi berserta timnya. Dalam hal 
ini nama-nama seperti Yuli Mumpuni [mantan Atase Pers], Andreas Sitepu [bagian 
prokotol KBRI], Munir [bagian politik], dan lain-lain nama, merupakan 
diplomat-diplomat yang berpikiran cerah berjasa besar dalam mencairkan kebekuan 
hubungan dan menciptakan suasana baru dalam hubungan antara KBRI dengan masyarakat 
Indonesia di Paris, khususnya. 

Selama Adian Silalahi menjadi Dubes, nampak benar bahwa KBRI merupakan sekeping 
wilayah negeri di mana para warga Republik melepaskan rindu-kampung dan Adian Silalahi 
beserta istri dan diplomat-diplomat Indonesia lainnya di manapun bertemu senantiasa 
terlebih dahulu ramah menyapa siapa saja. Kedubes sejak itu selalu mengirimkan 
orang-orang Indonesia untuk makan ke Restoran, buletin resmi KBRI bahkan menyiarkan 
ucapan resmi "Selamat Ulang tahun"  kepada Restoran ketika Restoran berulangtahun, 
adanya Restoran pun dimuat di dalam website KBRI. Adian Silalahi dan diplomat-diplomat 
Indonesia sendiri berkali-kali datang. Masih tercatat di "buku tamu" Restoran,  bahwa 
diplomat-diplomat di bawah pimpinan Adian Silalahi menyebut Koperasi Restoran 
Indonesia sebagai "duta bangsa", istilah yang puluhan tahun lalu telah digunakan oleh 
Arief Budiman, dan mengucapkan "terima kasih atas segala yang telah dilakukan oleh 
Keluarga Besar Koperasi Restoran Indonesia untuk tanahair dan bangsa". 

Sebaliknya, sejak Adian Silalahi menjadi Dubes, hampir semua kegiatan yang 
diselenggarakan oleh KBRI tidak pernah tidak dihadiri oleh anggota-anggota Keluarga 
Besar Restoran. KBRI menjadi salah satu tempat bermain anak-anak dari Keluarga Besar 
Restoran. Perkembangan positif ini tidak bisa dilepaskan dari peranan aktif subyektif 
Dubes dan timnya. 

Setelah mendengar berita bahwa Dubes Adian akan segera mengakhiri masa tugasnya, 
Keluarga Besar Restoran mulai dijalari oleh rasa kehilangan seperti halnya mereka pun 
merasa kehilangan ketika Yuli Mumpuni [yang di Restoran biasa dipanggil dengan Mbak 
Mumpuni] meninggalkan pos Atase Persnya kembali ke Jakarta. Keluarga Restoran sangat 
menghargai dan menghormati prakarsa dan langkah-langkah yang telah dibidas oleh Dubes 
Adrian Silalahi berserta timnya, akan selalu mengenang mereka. Rasanya tidak 
berkelebihan bahwa apa yang dilakukan oleh Dubes Adian Silalahi dan timnya merupakan 
pelaksanaan nyata dari ide rekonsiliasi nasional."Akankah Dubes  yang baru nanti 
meneruskan apa yang sudah dirintis oleh Dubes Adian dan timnya?", pertanyaan ini 
mengisi benak Keluarga Besar Restoran disertai kesiapan pikiran menghadapi kenyataan 
berbeda dari harapan. 

Dengan latarbelakang demikian maka tidak mengherankan jika saat S.Soejoso naik ke 
pentas ia menjadi pusat perhatian, ruangan menjadi hening.       

Ketika Soejoso menguraikan secara singkat riwayat Koperasi Restoran Indonesia, sebelum 
membacakan sanjak di atas, terdengar suara dari hadirin: "Sudah cukup lama usia 
Restoran, ya. Saya khoq baru ini mendengarnya", celetukan yang berarti dan melukiskan 
banyak hal dan keadaan. Undangan resmi dari KBRI kepada Keluarga Besar Restoran 
Indonesia kali ini merupakan  undangan resmi pertama yang diberikan untuk turut 
melepaskan seorang dubes. Undangan resmi yang dengan bahasa isyarat diplomasi seakan 
mengucapkan  bahwa anggota keluarga yang bertikai sekarang saling berpelukan 
mengungkapkan kerukunan tanpa menggunakan kata-kata, isyarat dari Dubes bahwa anggota 
Keluarga Besar Restoran Indonesia adalah tidak lain dari anak-anak bangsa dan negeri 
juga, uluran tangan kepada "anak yang hilang" untuk kembali pulang. 

Apakah pengakuan di tingkat Kedubes ini akan dikonfirmasi oleh pemegang kekuasaan 
tertinggi di Jakarta sehingga terbuka  jalan kembali bagi "orang-orang klayaban dan 
terhalang pulang",jika menggunakan istilah Gus Dur, mencari serta memanggil pulang "si 
anak hilang" kalau menggunakan istilah sastrawan Perancis Andre Gide? Dubes Adian 
Silalahi di lingkup kekuasaan dan kemungkinan yang dimilikinya sebagai Dubes 
Indonesia, bukan dubes Orba, telah melakukan apa yang dia bisa. Prakarsa dan 
keberanian ini akan tercatat selamanya di hati masyarakat Indonesia di Paris yang 
merasakan kelegaan berindonesia di masa jabatan Dubes Adian. 

Begitu usai membacakan sanjak sederhana di atas,  Dubes Adian Silalahi bergegas naik 
ke pentas dan memeluk hangat Soejoso. Soejoso merasakan apa yang menggelora di hati 
Adian, terukir di wajahnya, pertama-tama tidak sebagai pejabat yang mewakili Republik, 
tapi sebagai anak manusia dan sesama anak negeri serta bangsa. Keharuan mengisi 
seluruh ruangan. Hanya masing-masing hadirin sajalah yang tahu persis apa yang mereka 
rasakan. Apakah tepuk tangan gemuruh yang menyertai  keharuan ini, pertanda bahwa rasa 
keindonesiaan itu masih ada dan tanda kebanggaan serta solidaritas antar sesama anak 
bangsa dan negeri itu masih tersisa sekalipun atau justru karena tahu bangsa dan 
tanahair berada di tengah kemelut dahsyat yang mencemaskan?! Apakah suasana haru ini 
merupakan pernyataan ke Jakarta bahwa diplomat tipe Adian, Mumpuni, Andreas Sitepu, 
Munir  dan lain-lain .. merupakan corak diplomat yang diperlukan Indonesia?

Dalam laporannya kepada seluruh Keluarga Besar Koperasi Restoran Indonesia, S.Soejoso 
menulis: 

"Dalam menutup acara pembacaan puisi tsb, pengacara menggaris bawahi agar kita 
mengakhiri pertikaian untuk kepentingan  membangun Indonesia -- menyitir dua baris 
terakhir dari salah satu bait puisi tsb". 

Bahasa isyarat diplomatik lainnya, diperlihatkan oleh KBRI dengan meminta  istri Umar 
Said*],untuk menyerahkan serangkum bunga kepada Dubes Silalahi. Bahasa diplomasi 
adalah bahasa lambang. Kiranya meminta Ny. Umar Said menyerahkan karangan bunga kepada 
Ny. Dubes Indonesia untuk Unesco, tidak lepas dari lambang juga adanya. Tidak 
terbayangkan kejadian begini akan terjadi di KBRI Orba dulu. Kalau ia terujud di Malam 
Perpisahan ini, kejadian ini kubaca terutama sebagai dinamika perjalanan sejarah dan 
hukum Sang Batara Kala. 

Pagi ini jam 11.00, 31 Juli, Adian dan keluarga terbang kembali ke Jakarta. Vaugirard 
dan Seine yang membelah Paris mencatat nama Adian Silalahi dan timnya. Pesan Adian 
ketika memeluk Bung Umar menjelang meninggalkan KBRI malam itu agar "Restoran 
Indonesia harus tetap hidup dan dipertahankan" dan "sukses selalu", pernyataan Kuasa 
Usaha kepada seluruh Keluarga Besar Koperasi Restoran Indonesia untuk " sering2 datang 
ke KBRI ya....., sekarang situasinya sudah lain" masih mengiang.

Di bawah Jembatan Sembilan [Le Pont Neuf],   Seine mengalir, cinta dan keindonesiaan 
kita pun mengalir mencari muara. Ketika memandang camar-camar putih yang terbang 
perkasa di atas sungai, kulihat gambaran anak-anak bangsa dan kita mengepakkan 
sayap-sayap tak kenal lelah mengarungi langit harapan tak berbatas. Yang berharap tak 
pernah takut sergapan badai mengintai di balik awan hitam kelabu. Sanjak terindah dan 
lebih indah masih patut kita tulis.

Paris, 31 Juli 2004.
------------------
JJ.KUSNI


Catatan:
*] Umar Said, salah seorang pendiri Koperasi Restoran Indonesia

Keterangan Foto:

Dubes RI di Paris, Adian Silalahi usai mengucapkan selamat kepada rombongan pementas 
wayang pada tanggal 22 April 2004, di Gedung Unesco, Paris, yang digelarkan oleh 
Dalang Manteb Soedarsono dari Jawa Tengah. [Dari Dokumen Jelitheng].




[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar.
Now with Pop-Up Blocker. Get it for free!
http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih 
Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi.4t.com
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Reply via email to