CATATAN SEORANG KLAYABAN:

PERS YANG KELIRU ATAUKAH KESIMPANGSIURAN DISENGAJA? 


Setelah kemarin [09 Desember 2004] media massa cetak dan elektronik secara luas 
menyiarkan berita tentang penolakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono [SBY] 
tentang pembentukan Tim Investigasi Independen tentang kasus kematian Munir, 
melalui Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, hari ini Presiden SBY mengeluar 
bantahannya. Bantahan ini pun dilakukan melalui orang yang sama, yaitu Sudi 
Silalahi. Menurut Harian Kompas, Jakarta, 10 Desember 2004, Sudi  mengatakan:

"Subuh tadi, setelah shalat subuh, Presiden menelepon saya. Presiden menanyakan 
kapan dan di mana Presiden menolak pembentukan tim investigasi itu? Pertanyaan 
Presiden itu mengenai berita tadi (kemarin-Red) pagi yang menyebutkan 
seolah-olah Presiden telah menolak membentuk tim investigasi untuk kasus Munir. 
Padahal, saat ini Presiden masih menunggu proses dan hasil komunikasi Polri dan 
kejaksaan dengan istri almarhum," kata Sudi mengulang pernyataan Presiden 
Yudhoyono".


Masih menurut Harian Kompas, Jakarta, "Oleh sebab itu, demikian Sudi, dalam 
pemberitaan pers dinilainya terjadi kesalahan. "Misinformation itu terjadi 
karena hal tersebut tidak sesuai dengan fakta kronologi yang ada, di mana 
saksinya adalah saya sendiri, Andi Mallarangeng, dan Dino Pati Djalal (keduanya 
juru bicara presiden) yang mendampingi Presiden Yudhoyono ketika bertemu dengan 
Suciwati sampai dengan sidang kabinet terbatas," katanya.

Menanggapi bantahan dari Kantor Kepresidenan, Direktur Eksekutif Imparsial 
Rachland Nashidik mengatakan pihaknya tetap berpendapat bahwa Presiden menolak 
untuk membentuk tim sebelum Presiden membuktikan sebaliknya dengan membentuk 
tim investigasi tersebut [Harian Kompas, 10 Desember 2004].

Sebelumnya, Rachland mengaku berbicara dengan Juru Bicara Presiden Andi 
Mallarangeng. Dalam pembicaraan melalui telepon itu Andi mengatakan usulan tim 
investigasi presiden itu tak diperlukan. "Katanya, biarlah polisi yang 
menyelidiki kasus itu" (Kompas, 8/12). Mereaksi "penolakan" Presiden SBY, 
Suciwati kemarin menyatakan bahwa Presiden SBY "pura-pura" dan "berbohong" atau 
jika menggunakan kata-kata Sudi Silalahi "Presiden tidak pernah basa-basi atau 
hanya lip service dalam menangani kasus Munir". "Lip service" atau 
tidak,jawabannya  akan dijelaskan oleh kenyataan. Kalau kenyataan berbeda 
dengan janji maka kenyataan akan membuktikan "lip service" yang benar.  Hal 
lain yang menimbulkan pertanyaan adalah pernyataan Sudi Silalahi  dan Andi 
Mallarangeng yang boleh dibilang tidak sama. Mengandung perbedaan bukan hanya 
dalam susunan kalimat tapi terutama dalam isinya.

Andi Mallarangeng, sebagai salah seorang jubir Presiden  mengatakan "..., 
biarlah polisi yang menyelidiki kasus itu". Tidakkah kalimat Andi ini berarti 
bahwa Tim Investigasi Independen tidak diperlukan karena  "biarlah polisi yang 
menyelidiki kasus itu" [baca: kasus kematian Munir --JJK]. Tapi di pihak lain 
Sudi Silalahi memang mengakui bahwa "Memang untuk membentuk tim investigasi itu 
tidak mudah". Karena "tidak mudah" maka tangguhkan atau tidak diperlukan jika 
menurut pernyataan Andi. [Nampak pernyataan Sudi sendiri bersifat kontradiktif 
sehingga ide inti tersamar]. Cukup dengan tim kepolisian saja. Padalah tim 
penyelidikan pihak kepolisian dan Tim Investigasi Independen yang diusulkan 
Imparsial dan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan 
(Kontras)sesungguhnya tidak bertentangan seperti yang dinyatakan oleh aktivis 
hak asasi manusia (HAM) yang diusulkan menjadi salah satu anggota Komite 
Pengarah Tim Investigasi Kasus Pembunuhan Munir, Todung Mulya Lubis:

"Konsep tim investigasi yang diusulkan ke Presiden tidak mengambil alih tugas 
kepolisian, tetapi akan saling melengkapi. Kewenangan penyidikan tetap ada pada 
Polri. Tim akan berupaya mempercepat penyelidikan supaya kasus ini dapat dibawa 
ke pengadilan sesegera mungkin. Saya kecewa jika tim ini tidak jadi dibentuk," 
ujar Mulya Lubis sebelum bertemu dengan Presiden Yudhoyono bersama sejumlah 
aktivis antikorupsi di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Kamis.

Pentingnya Tim Investigasi Independen ini juga ditunjukkan oleh Ketua Umum 
Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif mengatakan dirinya masih akan 
mendengar alasan Presiden Yudhoyono jika memang Presiden menolak pembentukan 
tim investigasi dimaksud.

Syafii memandang penting dibentuknya tim independen terhadap kasus Munir. 
"Karena polisi kita belum tentu profesional," ujarnya, kemarin.[Harian Kompas, 
Jakarta, 10 Desember 2004].

Membaca pernyataan Sudi dan Andi di atas yang bermaksud menyampaikan bantahan 
Presiden SBY, yang tertinggal adalah kesimpangsiuran dan pertanyaan: Apakah 
Sudi dan Andi sadar dengan isi pernyataan-pernyataan mereka yang justru tidak 
menjernihkan masalah tapi membuat  masalah jadi simpangsiur, samar ataukah 
media massa cetak dan elektronik yang keliru atau salah? 

Di luar pertanyaan-pertanyaan ini, yang jelas sampai sekarang Tim Investigasi 
Independen itu masih belum dibentuk dan masih kita tunggu apakah ia akan 
dibentuk atau tidak ataukah "biarlah polisi yang menyelidiki kasus itu" karena 
"Memang untuk membentuk tim investigasi itu tidak mudah". Pernyataan Sudi dan 
Andi Mallarangeng sama sekali tidak menjernihkan dan tidak menjelaskan niat dan 
tekad Presiden SBY sesungguhnya. Keduanya menempatkan niat dan tekad Presiden 
SBY dalam samar kabut. Padahal seperti dikatakan juga oleh  Humphrey R. Djemat, 
SH., LLM, Advokat dan Ketua DPC Asosiasi Advokat Indonesia DKI Jakarta:  

"Sekali lagi digarisbawahi, kematian pendiri Komisi Orang Hilang dan Tindak 
Kekerasan (Kontras) dan Imparsial ini bukan akibat tindak kriminal biasa, sebab 
almarhum dikenal sebagai sosok yang tidak punya musuh pribadi. Munir dibunuh 
dengan motif politik (political assassination) yang dilakukan secara terencana 
oleh orang-orang profesional.Siapa otak di balik skenario ”pembunuhan” terhadap 
Munir dan apa motif sejatinya dari pelaku pembunuhan? Harapan besar kita 
lambungkan kepada Polri untuk menemukan jawaban atas tanda tanya ini secara 
profesional! [Harian Sinar Harapan, Jakarta, 09 Desember 2004]. 

Penuntasan penelitian independen dan transparan kasus kematian Munir  merupakan 
batu ujian pertama bagi pemerintah SBY dalam menegakkan masalah HAM di negeri 
ini. Apakah pemerintah SBY pemerintah "lip service" atau tidak? Mengusut tuntas 
secara transparan kasus ini hanya menguntungkan pemerintah SBY dan SBY pribadi 
serta mayoritas penduduk negeri dan bangsa serta Republik.

Dalam dunia militer dan kehidupan, kesamaran, melakukan kamuflase memang sering 
digunakan. Jika kasus Munir dipandang sebagai suatu medan pertempuran, ia 
adalah pertempuran strategis yang bisa berdampak strategis bukan hanya taktis. 
Penyamaran yang berbentuk kesimpangsiuaran dilakukan untuk memenangkan 
pertempuran stragis seperti pertempuran Stalingrad merupakan titik balik 
perlawanan terhadap fasis Hitler, yang menentukan perkembangan perang. Dari 
segi politik, ilmu militer, imbangan kekuatan, keadaan medan, kiranya 
penyamaran yang dilakukan [paling tidak] oleh Sudi Silalahi  dan Andi 
Mallarangeng -- barangkali karena ketidaktelitian berbahasa Indonesia --  
begini bukan kebetulan. Apalagi jika Sudi dan Andi sadar akan kalimat-kalimat 
pernyataan mereka. Bahwa kesalahan tafsir bisa terjadi pada media massa, tidak 
juga dibantah. Jika terjadi kesalahan dari pihak media massa, maka selayaknya 
media massa yang sungguh-sungguh bertanggungjawab segera membetulkan 
kesalahannya jika tidak ingin menjadi sekutu kekuasaan dan penyebar kebohongan. 
Entah kalau media massa juga berkepentingan menegakkan kebohongan di negeri 
ini. ***

Paris, Desember 2004.

JJ.KUSNI




[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
$4.98 domain names from Yahoo!. Register anything.
http://us.click.yahoo.com/Q7_YsB/neXJAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke