***********************
No virus was detected in the attachment no filename

Your mail has been scanned by InterScan.
***********-***********


"...Tanpa membedakan agama dan kepercayaan yang mereka anut, mereka hidup
saling membantu..."
"...Bagi penduduk Dusun Susuru, hidup berdampingan dan bertetangga dengan
pemeluk agama yang berbeda, bukanlah sesuatu yang luar biasa. Bahkan mereka
bisa menerima anggota keluarganya yang berasal dari pemeluk agama yang
berbeda dengan orangtuanya..."

Seandainya di seluruh Indonesia tercipta kerukunan spt ini, alangkah indah
dan tentramnya negeri ini..... :o)

--------------------
Damai di Dusun Susuru

JARAK antara Masjid Jami Susuru dengan tempat penyelenggaraan sarasehan
penganut kepercayaan, hanya sekitar 20 meter. Keduanya hanya dibatasi jalan
desa selebar empat meter. Sekitar 50 meter ke arah utara dari kedua tempat
beribadah tersebut, berdiri bangunan Gereja Katolik Santo Simon yang
dibangun tidak jauh dari Madrasah Tsanawiyah Al Ikhlas Persatuan Ummat
Islam
(PUI) Dusun Susuru.
DUSUN dalam hierarki administrasi pemerintahan di Jawa Barat, sama atau
setingkat dengan rukun kampung (RK) atau rukun warga (RW) di kota-kota
besar. Sebuah dusun biasanya terdiri dari beberapa rukun tetangga (RT) dan
sebuah desa biasanya terdiri dari beberapa dusun.
Setiap dusun dipimpin oleh kepala dusun yang dipilih oleh masyarakat
setempat.

Dusun Susuru merupakan satu dari tujuh dusun di Desa Kertayasa, Kecamatan
Panawangan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Enam dusun lainnya adalah
Sunggugu, Cilumpang, Cibariwal, Mekarmulya, Dayeuhlandeuh, dan Cirukem.
Tetapi, dibanding dusun-dusun lainnya di Desa Kertayasa, Dusun Susuru
termasuk daerah yang letaknya agak terpencil.

"Daerahnya dulu bekas kontrak Ciembe," kata Rahmat, Kepala Urusan
Pemerintahan Desa Kertayasa.

Kontrak menurut istilah penduduk setempat adalah perkebunan. Entah apa
sebabnya disebut seperti itu. Menurut dia, daerah yang kini disebut Susuru
tersebut, dulunya merupakan emplasemen perkebunan karet dan cokelat.
Tetapi,
setelah ditinggalkan pemiliknya karena kembali ke Negeri Belanda, tanah di
daerah itu digarap masyarakat.

Susuru berada pada satu daerah yang rata-rata berketinggian 500 meter di
atas permukaan laut. Jarak ke balaidesa sekitar lima kilometer melalui
jalan
berkelok-kelok dan turun-naik bukit. Sedangkan jarak ke Panawangan sebagai
ibu kota kecamatan, sekitar lima kilometer melalui jalan yang sebagian
besar
aspalnya sudah hampir amburadul. Panawangan terletak pada ruas jalan yang
menghubungkan Ciamis dengan Cirebon lewat Kuningan.

Sepanjang jalan menuju dusun tersebut, hanya dijumpai hutan rakyat yang
ditumbuhi pohon albasia. "Sebagian besar penduduk di sini hidup sebagai
petani dengan menanam albasia dan beternak ayam," Dede Kusnadi, staf Desa
Kertayasa mengungkapkan kehidupan masyarakat di desanya.

***

DARI segi mata pencaharian, sekitar 65 persen penduduk Kertayasa hidup
sebagai petani. "Namun, sebagian besar di antara mereka hanya petani
penggarap," katanya. Sekitar 10 persen di antaranya menjadi pedagang dan
sisanya, 25 persen lagi hidup sebagai peternak dan industri rumah.

Berkembangnya usaha peternakan telah menempatkan desa ini dikenal sebagai
salah satu daerah pemasok ayam potong potensial. "Di seluruh desa terdapat
sekitar 350 kandang. Sekitar 120 kandang di antaranya terdapat di Dusun
Dayeuhlandeuh," ujarnya. Dengan isi setiap kandang menampung sekitar 2.500
ekor-3.000 ekor ayam, maka populasi ayam potong di desa itu, sekitar satu
juta ekor.

Akan tetapi, berbeda dengan desa-desa di sekitarnya di daerah Priangan
Timur
yang meliputi Kabupaten Ciamis, Kabupaten/Kota Tasikmalaya, dan Kabupaten
Garut, dari sekitar 3.972 jiwa penduduk Desa Kertayasa itu (2.001 wanita
dan
1.971 laki-laki), agama dan kepercayaannya tergolong beragam. Dari data
statistik desa tahun 2000 tercatat, 218 orang di antaranya beragama Katolik
dan 107 orang menganut aliran kepercayaan. Sisanya sebanyak 3.647 jiwa
beragama Islam.

Sebagian besar penganut agama Katolik dan aliran kepercayaan di desa
tersebut, terkonsentrasi di Dusun Susuru. Karena itu jangan kaget jika di
dusun terpencil itu, terdapat tiga tempat beribadah yang berbeda. Selain
memiliki tiga masjid jami, di dusun tersebut masih terdapat sebuah gereja
dan satu tempat pengikut aliran kepercayaan menyelenggarakan sarasehan.

Sarasehan penganut aliran kepercayaan diselenggarakan tiap hari Minggu.
Sedangkan misa kudus bagi umat Katolik diselenggarakan tiap hari Kamis.
"Pastornya, pastor Rutten OSc datang seminggu sekali dari Cigugur,
Kuningan," kata seorang warga.

Ketiga tempat beribadat tersebut letaknya hampir berdekatan. Masjid Jami
Susuru letaknya berhadap-hadapan dengan tempat sarasehan penganut aliran
kepercayaan. Hanya sekitar 50 meter dari kedua tempat beribadat itu,
terletak Gereja Katolik Santo Simon. Sedangkan gereja tersebut letaknya
berdekatan dengan Madrasah Tsanawiyah Al Ikhlas Persatuan Ummat Islam (PUI)
Susuru.

Oleh karena letaknya saling berdekatan, para penganutnya tinggal dalam satu
lokasi yang saling berdekatan. Salah satu rumah Kurdi Sopandi SAg, tokoh
masyarakat Islam yang menjadi Ketua Kantor Urusan Agama Kecamatan
Jatinagara, Ciamis, hanya terhalang jalan desa dengan rumah Supardi (70)
salah seorang penganut aliran kepercayaan Paguyuban Adat Cara Karuhun
Urang.

Bagai penduduk Dusun Susuru, hidup berdampingan dan bertetangga dengan
pemeluk agama yang berbeda, bukanlah sesuatu yang luar biasa. Bahkan mereka
bisa menerima anggota keluarganya yang berasal dari pemeluk agama yang
berbeda dengan orangtuanya. Yosef Natasasmita (70) dan istrinya Maria Minah
(68) yang beragama Katolik, empat anaknya menganut agama yang berbeda.

Anak sulung, Ny Titi, masuk agama Kristen Protestan sedangkan anaknya yang
kedua, Ny Amah, memeluk agama Islam karena keduanya ikut agama suami
masing-masing. "Saya tidak keberatan mereka ikut agama suaminya," kata sang
ayah. Anaknya yang ketiga dan keempat, Anang Suryana dan Ny Cicih Mintarsih
beragama Katolik.

Sikap semacam itu dianut pula oleh Supardi yang memiliki lima anak. Namun,
tiga anak-anaknya, masing-masing anak pertama (Suryo), kedua (Suryaman),
dan
kelima Suparjo menjadi pemeluk Katolik. Hanya seorang, yakni anak ketiga
(Suryati) yang mengikuti kepercayaan yang dianut orangtuanya sebagai
penganut aliran kepercayaan. Sedangkan anaknya yang keempat, Marka Mulyana,
masuk Islam karena kawin dengan orang Garut.

***

SIKAP semacam itu ternyata bukan hanya tercermin kepada anggota keluarga.
Dalam pergaulan sosial dan kehidupan sehari-hari, sikap toleransi tampak
lebih menonjol. Tanpa membedakan agama dan kepercayaan yang mereka anut,
mereka hidup saling membantu. "Masyarakat di sini sudah terbiasa hidup
saling tolong-menolong," kata Kurdi.

Oleh karena itu, umat Islam Dusun Susuru tidak segan membantu umat Katolik,
tidak hanya sebatas membangun rumah tempat tinggal, tetapi juga ketika akan
membangun tempat ibadatnya. Begitu juga umat Katolik dan penganut aliran
kepercayaan, ketika umat Islam akan membangun masjid atau mushalla. Mereka
membantu bukan hanya berbentuk tenaga seperti bekerja secara gotong royong.
"Tidak jarang sumbangan diberikan dalam bentuk uang, barang dan bahkan
makanan serta minuman yang disumbangkan secara sukarela," katanya.

"Saya membangun rumah ukuran 3 meter x 6 meter untuk salah seorang wanita
jompo, cukup dengan modal Rp 75.000," kata Kurdi.

Menurut Ipin Arifin (25), salah seorang pemuda Islam setempat, sikap
kerukunan tersebut terlihat pula tatkala mereka merayakan hari raya, baik
hari Idul Fitri maupun Natal. "Begitu selesai shalat Idul Fitri, mereka
yang
beragama Katolik dan penganut aliran kepercayaan datang bersilaturahmi,"
katanya.

"Sebaliknya ketika umat Katolik merayakan Natal, tetangga dan kenalannya
yang beragama Islam datang menyampaikan ucapan selamat Natal," kata Yosep
Natasasmita. Bahkan keluarga Katolik tersebut, sekali waktu menampung
tenaga
penyuluh pertanian lapangan (PPL). "Kebetulan pada saat itu bulan Puasa dan
petugas pertaniannya beragama Islam," ujarnya. Selama sebulan penuh,
istrinya, Ny Maria Minah dengan senang hati menyediakan makan sahur.

***

HUBUNGAN yang rukun antara sesama warga dialami hampir pada semua aktivitas
sosial, misalnya, ketika salah seorang warganya meninggal.
Tanpa melihat agama atau kepercayaan yang dianutnya, warga Susuru akan
berdatangan menyampaikan bela sungkawa dan membantu warga yang sedang
mengalami musibah. "Kalau tahlilan kami juga ikut, tetapi kami berdoa
menurut kepercayaan kami," kata Yosef Natasasmita.

Menurut dia, tidak ada salahnya umat yang berlainan agama mendoakan warga
lainnya yang tidak sama agamanya. "Agama tidak melarang seseorang berdoa
untuk orang lain hanya karena agamanya berbeda," katanya.

Oleh karena itu, ketika dimakamkan, kuburan warga Dusun Susuru berada pada
satu lokasi yang sama, tanpa dibeda-bedakan agamanya. Yang membedakan
hanyalah ketika akan dikuburkan. "Jika umat Katolik atau penganut aliran
kepercayaan meninggal, jenazahnya dimasukkan ke dalam peti. Dan di atas
kuburan umat Katolik biasanya dipasangi salib," ujarnya. Sedangkan kuburan
umat Islam dan penganut aliran kepercayaan, ditandai dengan nisan.

Bahwa kerukunan tersebut sudah berlangsung lama, dibuktikan dengan tidak
pernah terjadi pertentangan yang bersumber dari perbedaan agama. "Pada
dasarnya kita saling menghargai agama dan kepercayaan masing-masing," kata
Kurdi Sopandi. Tetapi, Kurdi dan sejumlah pemuka masyarakat lainnya, tidak
mengetahui persis mengapa hal itu bisa terbentuk di Dusun Susuru. "Salah
satu sebabnya karena masyarakat Susuru menghayati Pasal 29 UUD 1945," kata
Kepala KUA Jatinagara tersebut.

Akan tetapi, menurut warga lainnya, sebelum pemerintah Orde Baru
melaksanakan penataran P4 dan bahkan selama Orde Lama sekalipun, kerukunan
antar-umat beragama dan penganut aliran kepercayaan di Dusun Susuru sudah
kuat. "Dari dulu, kami selalu saling menghormati. Begitulah kenyataannya,"
ujar Supardi singkat.

***

SUSURU, dusun kecil dan terpencil sangat boleh jadi merupakan contoh kecil
bagaimana mereka saling menghargai keberagaman, baik yang menyangkut agama
atau keyakinan lainnya. Namun, pada awalnya, dusun yang sebagian besar
wilayahnya bekas emplasemen perkebunan itu, sebelumnya masyarakatnya
menganut agama Islam. Tetapi, dalam perjalanan selanjutnya, ke daerah
tersebut masuk pengaruh aliran kepercayaan "Paguyuban Adat Cara Karuhun
Urang". Masyarakat setempat menyebutnya Agama Djawa-Sunda (ADS) yang sumber
ajarannya disebarkan oleh Madrais di Cigugur, Kuningan.

"Saya juga sebelumnya menganut agama Jawa-Sunda. Tetapi, tahun 1965 pindah
masuk Katolik," kata Yosef Natasasmita.

Menurut dia, setelah ADS dilarang, sebagian lainnya masuk Islam. Namun, ada
yang masih bertahan menjadi penghayat aliran kepercayaan hingga kini.

Bahwa ketiga penganut agama dan penghayat aliran kepercayaan tersebut bisa
bersatu padu, tak seorang pun bisa menjawab secara pasti mengapa hal itu
bisa terjadi di Dusun Susuru. "Duka atuh," kata Natasasmita seraya
menggoyangkan kepalanya, mengapa Dusun Susuru selalu damai, padahal di sana
terdapat dua penganut agama yang berbeda dan penghayat aliran kepercayaan.

Akan tetapi selama ini, prinsip yang mereka anut adalah: "MENGHINA AGAMA
ATAU KEPERCAYAAN ORANG LAIN, SAMA DENGAN MENGHINA DIRI KITA SENDIRI," kata
warga lainnya.

Keyakinan tersebut diperkuat lagi karena hubungan kekeluargaan mereka
antara
keluarga yang satu dengan keluarga lainnya masih sangat dekat.
Bahwa di antara mereka, terdapat anggota keluarganya yang beragama Islam
membangun rumah tangga dengan anggota keluarga yang beragama Katolik atau
penghayat aliran kepercayaan, bukanlah sesuatu yang luar biasa.

Hubungan itu begitu dekat sehingga, orangtua tidak akan banyak mempengaruhi
kepercayaan yang dipilih anaknya. Mereka memberi keleluasaan, misalnya,
jika
anaknya yang perempuan mau masuk Islam, karena suaminya beragama Islam.

"Semuanya terserah saja," kata Natasasmita. (Her Suganda)

Sumber: Kompas - Rabu, 12 Desember 2001






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar.
Now with Pop-Up Blocker. Get it for free!
http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih 
Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke