http://www.antara.co.id/arc/2007/3/28/dapatkah-pemanasan-global-mencairkan-seluruh-es-di-bumi/
   
  Dapatkah Pemanasan Global Mencairkan Seluruh Es di Bumi?
   
  Moskow (ANTARA News/Ria Novosti) - Jika suatu ketika lapisan es di bumi 
mencair maka ketinggian permukaan air laut dapat dipastikan naik hingga 64 
meter. 

Nikolai Osokin, pakar glaciologi pada Institut Geografi, Akademi Ilmu 
Pengetahuan Rusia, memperkirakan, kota-kota ditepi pantai kemudian tenggelam di 
bawah permukaan air, termasuk Belanda, yang sebagian besar wilayahnya notabene 
berada di bawah permukaan air laut. 

Bagaimanapun juga, baik Belanda maupun seisi planet bumi yakin bahwa kehancuran 
yang luar biasa dapat terjadi setiap saat dalam beberapa ribu tahun mendatang.

"Institut kami telah mempersiapkan atlas yang menggambarkan tempat-tempat 
dengan sumber es dan salju di seluruh dunia, bahkan kami juga telah menyiapkan 
model peta dunia dengan tanpa lapisan es," katanya.

Hal ini, bagaimanapun juga, hanyalah sebuah model, bukan ramalan. Akan tetapi, 
peringatan dari sebuah ramalan tetap saja ada jika pemanasan global yang telah 
terlihat pada akhir abad ke-20 ini berlanjut untuk beberapa dekade kedepan -- 
banyak es di samudra Artik akan mencair.

Ada sebuah prasyarat yang penting: Sekalipun es Artik harus mencair, ketinggian 
permukaan laut tidak akan berubah karena volume air yang dihasilkan oleh es 
yang mencair sama dengan volume air yang digantikan ketika es tersebut 
mengambang. 

Tingkat bahayanya berbeda: pemanasan dapat memicu pencairan pulau sebesar satu 
benua es. Saat ini, lapisan es terbesar menutupi Antartika, dimana 90 persen es 
dunia berada di sana dan Greenland. Cairnya lapisan es ini dipastikan dapat 
membawa kehancuran.

Lantas, adakah alasan untuk panik? Tingkat suhu yang naik antara 3-6 derajat 
celcius dalam beberapa abad ke depan diyakini tidak mempunyai pengaruh yang 
signifikan bagi Antartika, dimana suhu rata-rata di sana kurang dari 40 derajat 
di bawah nol.

Proses yang terjadi pada lapisan permafrost bahkan lebih rumit lagi bila 
dibandingkan dengan proses yang terjadi pada es itu sendiri. 

Musim dingin pada beberapa dekade terakhir sedikit tidak normal. Karena itu, 
lapisan permafrost yang tertutup es di wilayah Artik mulai berkurang dan 
mencair. Masa pemanasan sebenarnya dapat terlihat, bahkan semakin dekat. 

Proses paling alami di bumi adalah sebuah siklus, dengan ritme yang pendek atau 
panjang. Tetapi, apapun yang terlihat, kenaikan suhu tidak dapat dihindari akan 
diikuti oleh penurunan, dan sebaliknya.

Penelitian tentang inti es yang dilakukan oleh stasiun Antartik Vostok milik 
Rusia menunjukkan bahwa ini adalah apa yang telah terjadi di bumi untuk paling 
sedikit 400.000 tahun. 

Saat ini, para ilmuwan mengatakan bahwa mencairnya lapisan es mulai berhenti, 
yang telah dibuktikan dari data yang didapatkan oleh stasiun meteorologi di 
sepanjang pantai Artik Rusia.

"Kami saat ini sedang mempelajari pengaruh dari atmosfer dan lapisan salju yang 
menutupi lapisan permafrost," kata Osokin seperti dikutip Ria Novosti.

Di wilayah yang tertutupi lapisan permafrost, sebuah lapisan mencair pada musim 
panas, ketika suhu naik di atas nol. Namun demikian, pada musim dingin lapisan 
ini kembali membeku. Ini adalah proses yang normal: mencair, membeku. 

Akan tetapi, jika musim dingin secara tidak normal menjadi hangat, lapisan yang 
mencair tidak membeku kembali. Kemudian, lapisan yang disebut talik, dengan 
suhu sekitar nol, terbentuk. Ini adalah suatu hal yang cukup mengganggu bagi 
bangunan-bangunan dan pipa-pipa.

Terlihat jelas bahwa lapisan es seharusnya mencair jika suhu meningkat. Akan 
tetapi, banyak tempat yang menyaksikan hal berbeda. Suhu rata-rata tahunan 
bertambah tinggi, tetapi lapisan es tidak mencair, bahkan bertambah luas. 

Kenapa? Karena faktor yang paling penting adalah adanya lapisan salju. 
Pemanasan global mengurangi lapisan ini, yang pada akhirnya membentuk semacam 
penyumbat panas bagi lapisan es yang lebih tipis. Sehingga es yang paling lunak 
sekalipun dapat membekukan tanah di bawahnya.

Di banyak tempat, tanah yang membeku dalamnya sekitar 500-800 meter. Bahkan 
jika perkiraan pemanasan tertinggi menjadi kenyataan dan suhu naik dengan 3-6 
derajat, tidak lebih dari 20 meter tanah yang beku akan mencair. 

Beberapa orang takut bahwa lapisan es yang mencair akan mencemari udara dengan 
metana yang menguap. Akan tetapi, air yang membeku hanya membutuhkan 15 persen 
dari lapisan berkedalaman 20 meter, dan jumlah gas yang menguap tidak 
signifikan. Jadi, manusia hanya akan menerima dampak yang kurang menyenangkan 
ini dalam beberapa ratus tahun mendatang.

Saat ini, para ilmuwan tidak begitu mengkhawatirkan pemanasan global sebagai 
suatu perubahan dalam sirkulasi atmosfer. Dalam beberapa tahun belakangan ini, 
apa yang disebut dengan pergeseran barat telah mendominasi, yang berarti bahwa 
udara bergerak dari wilayah barat menuju timur. 

Sedikit sekali yang membicarakan mengenai pergeseran meridian, bergerak dari 
selatan ke utara dan sebaliknya. Sekarang, pergeseran meridian menjadi sering.

Jika angin bergerak menuju selatan, maka akan timbul udara dingin; jika 
bergerak ke utara, angin membawa udara hangat dan hujan pada musim dingin. 

Hal ini mengakibatkan meleleh dan bergeraknya salju es baik pada situasi biasa 
maupun dalam hujan salju yang lebat, mengakibatkan longsor dan Lumpur di 
pegunungan. 

Proses meridian telah menjadi suatu rutinitas akhir-akhir ini, yang menjanjikan 
sebuah perhitungan anomali udara yang berbeda; suhu yang tinggi dan rendah, 
hujan deras dan hujan salju serta banjir dalam waktu yang lama, yang pastinya 
akan membawa kepada kehancuran.(*)

   
   
   

 
---------------------------------
Be a PS3 game guru.
Get your game face on with the latest PS3 news and previews at Yahoo! Games.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke