http://www.bangkapos.com/detail.php?section=1&category=9&subcat=36&id=10288

Derita Istri karena Perilaku Seks Suami 
Bangkapos.com - Sejak awal hingga perkawinan berlangsung selama 16 tahun, ia 
tak pernah orgasme. la sampaikan masalah ini kepada suami, tapi tak 
dipedulikan. Hubungan seks akhirnya berubah menjadi menakutkan dan menyakitkan 
baginya. Masalahnya, suami tak mau menceraikannya. Apa yang harus dilakukan 
istri malang ini?

"Saya berusia 40 tahun dan suami 45 tahun. Usia pernikahan kami 16 tahun. Anak 
pertama 15 tahun dan anak kedua 9 tahun. Sejak menikah, saya punya masalah 
dalam hubungan suami istri. Saya hampir tidak pernah orgasme karena suami sudah 
selesai lebih dulu.

Kondisi ini membuat saya tidak mau dirangsang, baik dengan ciuman atau lainnya. 
Saya lebih suka langsung dan segera selesai. Jadi, saya melakukannya sekadar 
menjalankan kewajiban, tanpa perasaan.

Saya tidak merasa nyaman atau bahagia ketika melakukannya. Ketika berhubungan, 
saya merasakan sakit dan pedih, kadang berdarah. Kalau saya bilang kepada 
suami, responsnya tidak membuat saya ikhlas dengan rasa sakit itu, justru ia 
makin menunjukkan kurang perhatian.

Malam-malam hidup saya jadi sangat menakutkan. Saya sampai takut ke kamar mandi 
atau sekadar minum. Saya bisa tidur nyenyak hanya setelah melayani suami karena 
tidak takut dibangunkan suami untuk berhubungan. Saya tidur dengan anak-anak 
sejak punya anak pertama.

Tiga bulan lalu saya mengalami erosi porsio menurut dokter kandungan, infeksi 
akibat peradangan, dan diberi pengobatan lima kali. Saya juga mengalami 
penurunan vagina atau kendur. Maaf, ada tonjolan di lubang vagina. Jika banyak 
kerja, tonjolan itu muncul, rasanya sakit.

Dokter apakah vagina kendur ada efek sampingnya pada kesehatan bila tetap 
melakukan hubungan seksual? Bagaimana agar tidak merasa sakit saat berhubungan 
(untuk masuk saja sudah sangat sakit)? Terus terang, saya sudah tidak punya 
rasa cinta karena sejak awal saya merasa kami punya perbedaan dalam banyak hal.

Kami juga jarang berkomunikasi (cerita), apalagi bercengkerama. Tapi, karena 
suami tidak mau menceraikan, saya harus tetap menjalankan kewajiban. Saya mohon 
nasihat."
L, Kudus 

Terlalu lama dibiarkan
Sayang sekali masalah seksual yang Anda alami dibiarkan terlalu lama sampai 
menimbulkan akibat buruk bagi hubungan pribadi dengan suami. Tidak sedikit 
istri yang mengalami masalah seperti Anda, yaitu tidak pernah merasakan 
orgasme, tapi tidak membiarkannya berlarut-larut sampai menimbulkan akibat 
buruk. Memang sebagian lain juga membiarkan seperti Anda dan berdampak buruk 
bagi kehidupan perkawinannya.

Sebenarnya masalah Anda sangat jelas sesuai dengan pengakuan Anda. Hambatan 
orgasme disebabkan suami sudah mencapai orgasme dan ejakulasi sehingga hubungan 
seksual tidak berlanjut lagi.

Pada waktu itu sebenarnya masalah ini harus segera diatasi, tapi karena 
dibiarkan dan berlangsung terus, akibatnya Anda merasa malas melakukan hubungan 
seksual. Anda menjadi tidak mau dirangsang karena merasa percuma, setelah 
terangsang dan berhubungan seksual, akan berakhir tidak menyenangkan.

Anda melakukan hubungan seksual hanya untuk melayani suami dan ingin agar 
hubungan seksual cepat berakhir. Akibat selanjutnya dapat dimengerti. Rasa 
sakit yang terjadi waktu melakukan hubungan seksual disebabkan Anda tidak 
terangsang. Perdarahan yang terjadi juga mudah dimengerti. Sayang sekali, 
ketika Anda menceritakan kepada suami, dia tidak memberikan reaksi yang baik.

Mestinya pada saat itu suami mengantar Anda untuk berkonsultasi dan mendapat 
pemeriksaan tenaga ahli. Pada saat itu, meskipun agak terlambat, Anda 
seharusnya segera mendapat pemeriksaan dan pengobatan. Tanpa dukungan suami, 
wajar kalau Anda membiarkan saja masalah itu berlangsung.

Perasaan takut yang Anda alami pada malam hari juga sangat mudah dimengerti. 
Rasa sakit, pendarahan, dan ketidaknyamanan melakukan hubungan seksual pantas 
membuat Anda ketakutan. Wajar juga kalau Anda tidur berpisah dengan suami. 

Tiadanya cinta
Saya pikir masalah Anda sudah cukup berat karena sudah merusak hubungan 
pribadi. Bahkan, untuk berkomunikasi atau berbagi cerita saja, Anda dan suami 
sudah tidak melakukannya lagi. Tampaknya ada masalah yang lebih mendasar, yaitu 
tiadanya rasa cinta sejak awal yang disebabkan perbedaan dalam banyak hal. 

Kalau itu masalah dasarnya, tidak aneh kalau kini muncul keadaan yang sulit 
seperti ini. Sayangnya, kalau sejak awal Anda tidak mencintai suami, mengapa 
perkawinan mesti dilakukan?

Keadaan ini kemudian dipersulit oleh gangguan yang Anda alami. Erosi pada mulut 
rahim memang bukan gangguan yang aneh, tapi kalau dibiarkan juga akan 
mengganggu Anda. Demikian juga tonjolan di vagina yang mungkin penurunan rahim 
(prolaps), yang pasti mengganggu kehidupan Anda sehari-hari. Apalagi, kalau 
kemudian sampai keluar dari lubang vagina.

Kesulitan ini tampaknya membuat Anda ingin bercerai dari suami meski suami 
tidak mengabulkan. Saya pikir, perceraian harus dipertimbangkan dengan matang 
sebagai jalan terakhir kalau tidak ada jalan keluar yang baik.

Masalahnya, mengapa Anda dan suami tidak berupaya mengatasi masalah ini sejak 
dulu. Apakah karena pada dasarnya Anda tidak mencintai suami? Ataukah karena 
suami tidak memerhatikan Anda dalam hal ini? Ataukah karena ada hal lain yang 
menghambat Anda untuk berkonsultasi lebih awal sebelum menjadi seperti sekarang?

Segera periksakan diri ke dokter untuk mengatasi masalah rahim. Mungkin 
diperlukan tindakan operasi untuk mengembalikan posisi rahim ke letak normalnya.


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke