Sent: Friday, October 21, 2005 3:00 PM
Subject: FYI: JI PUNYA 500 CALON PENGEBOM


Sehubungan dengan diskusi tentang bom bunuh diri, di bawah ini ada petikan
wawancara Radio 68H dengan Jubir DI Al Chaidar, JFYR.

Salam,
Hilmy



Hot Spot: Kamis, 20 Oktober 2005

radio68h.com
[Wawancara]

"JI Punya 500 Calon  Pengebom"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kepala  Kepolisian  Sulawesi   Selatan  Irjen  (Pol) Drs Saleh Saaf, Selasa
(18/10),  menyebut  ada 30  orang calon pengebom bersembunyi di wilayahnya.
Mereka  merupakan  jaringan komplotan pengebom Jimbaran dan Kuta 1 Oktober.
Orang-orang itu  siap meledakkan diri dengan bom yang dibawa pada tubuhnya.
Aksi yang  sering disebut bom bunuh diri.

Juru  Bicara Darul Islam, Al  Chaidar, sempat menyebut sesungguhnya ada 400
hingga  500 orang di  Indonesia yang bersiap melakukan aksi seperti di Bali
(2002),  JW   Marriott (2003), Kedubes Australia di Jakarta (2004) dan Bali
(2005).  Keterangan itu sempat disiarkan dalam Saga (program narasi tentang
nama,   peristiwa dan pengalaman manusia). Acara Sarapan Pagi (Rabu, 19/10)
lantas mewawancarai kembali Al Chaidar. Wawancara dilakukan Alif Imam  dari
studio 68H:

Alif  Imam  (AI):  Angka  30  yang  di   Sulawesi  Selatan (seperti disebut
Kapolda)  itu  berarti  kecil  ya,   bila  menyimak pernyataan Anda kemarin
(dalam program Saga) bahwa masih  ada sekitar 400-an?

Al Chaidar (AC): Itu di Sektor 3, saya  kira.

AI: SulawesiSelatan Sektor 3, maksudnya?

AC: Ya.

AI: Sektor  1, 2-nya?

AC: Sumatera dan Jawa.

AI: Pengertian  sektor ini basis atau sasaran?

AC: Ini merupakan re-organisasi  terbaru dari strategi Jamaah Islamiyah.

AI:  Jadi  kalau  tadinya   disebut  mantiqi  dan  waqalah,  kalau sekarang
sektor-sektor?

AC: Ya.

AI: Di Indonesia ada  berapa sektor ?

AC: Di Indonesia ada  lima.

AI: Itu minus Sabah dan Filipina?

AC: Ya, sekarang lebih konsentrasi ke domestik  Indonesia

AI: Apa gerangan yang membuat perubahan ini ?

AC:  Perubahan  itu   biasanya  bersifat sangat situasional dan lebih mudah
terjadi  karena,   misalnya,  kondisi  di lapangan yang mengharuskan mereka
untuk  berubah.  Dan  kita  tahu  bahwa  organisasi  ini lebih adaptif dari
organisasi militer manapun.

AI:  Tapi Amir-nya --atau  yang disebut-sebut sebagai Amir Jamaah Islamiyah
(Abu  Bakar  Baasyir)--   sedang berada di penjara. Bagaimana keputusan ini
bisa diambil?

AC:  Sebenarnya  ada  proses  otomatisasi  dari   keputusan-keputusan  jika
terjadi  keadaan-keadaan  darurat   tertentu.  Kita  jangan memandang bahwa
seorang  pemimpin dapat memberi  komando secara reguler ataupun secara agak
mendadak.  Kalau  dalam   sistem  organisasi  yang  bersifat  gerilya  atau
teroris,  mereka mengambil  keputusan-keputusan yang sifatnya sudah syar'i.
Syar'i  di  sini  adalah   bahwa  -misalnya--  ketika pemimpinnya ditangkap
ataupun ketika pemimpinnya meninggal, dengan cepat terjadi proses peralihan
ke pemimpin-pemimpin lain yang sifatnya darurat atau alternatif.

AI: Kalau demikian siapa pemimpin tertinggi Jamaah Islamiyah saat ini

AC: Pemimpin tertinggi untuk Jamaah Islamiyah bisa jadi antara  dua (nama).
Antara Abu Fatih dan Zulkarnaen.(Zulkarnaen atau Aris  Sumarsono -red)

AI:  Abu  Fatih yang diduga terlibat bom Marriot  dan kini ada di Sumatera?
Dan  Zukarnaen  yang  disebut-sebut  sebagai Panglima laskar militer Jamaah
Islamiyah?

AC:   Ya.  Yang  pada tahun 2002-2003 menurut pihak berwenang katanya sudah
meninggal.

AI:  Tapi  keduanya  disebut-sebut  berbeda  pandangan  dalam aksi jihad di
Indonesia?

AC: Ya berbeda pandangan.

AI:  Apakah  keduanya  memimpin   masing-masing  faksi  JI, atau dalam soal
keamiran  ini, salah satunya  lebih dihormati ketimbang yang lain? Misalnya
mungkin Abu Fatih  menegasikan Zulkarnaen.

AC:  Mungkin  kalau  'menegasikan'  terlalu   kasar  bahasanya. Tapi, dalam
pengertian  bahwa  ada  beberapa   karakterisktik yang membedakan cara-cara
bertindak   mereka.  Kalau   Zukarnaen  itu  lebih  konservatif  dan  lebih
konvensional   cara-caranya.    Sedangkan   Abu   Fatih  dan  Imam  Samudra
sebagaimana pernah  berdialog dengan saya ketika di Malaysia,  mereka lebih
ilmiah dan lebih yakin dengan cara-cara yang disebut dengan  perfect crime.
Perfect  crime  yang  mereka  maksudkan  adalah  mata  manusia   itu  mudah
dikelabui  dan  kita  bisa  terus menerus belajar dari  kesalahan-kesalahan
aksi  yang  sebelumnya.  Jadi saya melihat bahwa  ternyata aksi bom Bali I,
misalnya, mereka menggunakan kendaraan. Kendaraan itu mudah  diidentifikasi
dan  dirunut  dan  kemudian  diketahui  siapa   pelakunya.  Mereka kemudian
mengubah  strategi  dan  sebagainya.  Nah   sekarang  yang bom bali II bisa
dilihat  dari wajah yang masih  utuh. Mungkin bisa jadi nanti bom Balijilid
III   ataupun   jilid   IV,   mereka  akan  meledakkannya  langsung  sambil
menghilangkan  sidik  jari  ataupun  wajah. Bomnya bisa jadi  diledakkan di
depan  dan  sebagainya.  Jadi  mereka  terus menerus melakukan  improvisasi
sehinggak  bisa  mengelabui  mata  manusia.  Dan  mereka yakin,  sebenarnya
secara  teoritis  kejahatan itu memang benar --seperti yang  tertulis di Al
Quran--  memang  benar tidak bisa disembunyikan dari mata  Tuhan. Tapi bisa
disembunyikan dari mata manusia.

AI:   Anda    mengindikasikan  mungkin  ada  bom  berikutnya.  Ini  berarti
tersangkut  dengan  siapnya  beberapa orang, anda sebut kemarin ada  400-an
sampai 500-an orang?

AC: Itu dari satu faksi  saja. Yaitu faksinya Zulkarnaen.

AI: Faksinya Abu Fatih  bagaimana ?

AC: Faksi Abu Fatih mungkin sekitar 100 atau 200  orang

AI: Besar sekali kalau ditotal. Artinya Abu Fatih juga  termasuk orang yang
merestui  berbagai  aksi  atau  mengambil  jalan yang  sama. Maka perbedaan
dengan Zukarnaen letaknya  dimana?

AC: Setahu saya kalau Zukarnaen tidak peduli apakah bisa  diidentifikasikan
ataupun  bisa  diikuti.  Yang  penting  bahwa aksi tersebut  sudah selesai,
paripurna.  Kalaupun  ada  yang  tertangkap ataupun ada yang  terpegang itu
sudah  nggak  menjadi  persoalan. Karena baginya itu  sudah merupakan janji
Tuhan  bahwa  jika tertangkap atau dikejar-kejar  atau kemudian dibunuh itu
nggak  jadi  soal.  Dan  paling  banter khan  terbunuh. Makanya mereka juga
melakukan   aksi-aksi   yang   sifatnya  'syahid'   itu  berimplikasi  pada
terbunuhnya  berapa  orang,  termasuk pelaku bom  sendiri. Dan mereka tidak
menyebutnya sebagai bom bunuh diri  karena itu adalah bom syahid. Kalau bom
bunuh  diri tujuannya untuk  membunuh diri sendiri. Kalau bom syahid adalah
bom  untuk  membunuh  orang   lain yang dianggap wakil ataupun representasi
dari  penduduk  suatu  negara   yang  dianggap  syaitan  ataupun musuh. Dan
konsekuensi dirinya ikut terbunuh.

AI: Basis dari calon-calon "martir" itu mungkin bisa  diketahui?

AC:   Sebenarnya   bisa   diketahui   kalau  kita  cukup  rajin   mengikuti
perkembangan mereka. Tidak begitu susah, kok. Dan  mereka tidak menggunakan
teknologi yang terlalu  canggih.

AI:  Artinya  di  mana  saja  Abu  Fatih  dan  Zulkarnaen  siap  sedia bisa
memanggil  orang-orang  itu.  Apakah  mereka  memang berbasis di  pesantren
seperti  disebut  (Wapres)  Jusuf  Kalla hari Sabtu  (15/10) kemarin. (Pada
saat  berbuka  puasa   dengan  Korps  Alumni Himpunan  Mahasiswa Islam/HMI,
Jusuf  Kalla menyatakan akan mengawasi  pesantren-pesantren untuk menangani
terorisme-red)  Atau  justru  mereka   bukan  orang-orang yang pernah punya
pendidikan pesantren?

AC:   Ya.  Itu  salah  satu  kesalahan  umum,  common  error,  dari pejabat
pemerintah.  Tapi  nggak  apa-apa. Karena memang dunia terorisme ini adalah
dunia  bawah tanah. Mereka tidak tahu sama sekali. Karena ini adalah  dunia
yang  terpisah  sama  sekali.  Dunia kaum teror dengan dunia kaum  duniawan
yaitu  orang-orang pemerintah, pejabat, para  koruptor-koruptor yang mulia,
dan  sebagainya.  Itu  dunia  yang  sama sekali  terpisah dengan dunia para
teroris yang sangat agamis, sangat ukhrowi,  sangat "akhirati".

AI:  Tapi ketika keduanya beraksi baik para  koruptor dan teroris sama-sama
publik umum (awam) yang menjadi  korban.

AC: Ya mereka yang menjadi korban. Itu yang kita  sayangkan, memang.

AI: Berarti di mana mereka?

AC:  Ya posisi-posisinyanya seperti yang sudah pernah saya sebutkan  (dalam
program  Saga-red)  bahwa mereka ada di berbagai lokasi yang  sebenarnya di
luar  pesantren.  Pesantren  itu  hanyalah basis-basis awal.  Misalnya kita
punya  rumah,  ya  rumah  itu  kita  pakai.  Tapi kalau  kemudian rumah itu
menjadi  tidak  aman  lagi,  tidak  akan dipakai  lagi. Jadi, pesantren itu
justru  sangat  jarang  dipakai.   Indoktrinasi lebih banyak berlangsung di
tempat-tempat  non-pesantren.   Dan  di  dalam ajaran Islam pun sebagaimana
mereka  pahami,  proses  transformasi keilmuwan dan keimanan itu terjadi di
rumah  "Arqam  bin  Abil  Arqam" (Nabi Muhammad SAW sering menyelenggarakan
pengajian  di  rumah  milik seorang kaya raya di Mekkah di dekat kaki Bukit
Syafaa, Arqam bin  Abil Arqam. Dari sini muncul istilah Darul Arqam - red).
Artinya   sistem  Arqamiyah  ini  yang  lebih membuat mereka tertarik untuk
melakukan  kegiatan-kegiatan  transformasi  ilmu dan transformasi keyakinan
terorisme.

AI:  Mereka  bisa  jadi  sekarang  masih  berlatih di  beberapa tempat yang
sering disebut. Mungkin di Mindanao dan  tempat lain?

AC:  Mindanao  justru  menjadi  tidak  lebih  aman  dari  Indonesia.  Malah
Indonesia  yang sangat aman karena kondisi-kondisi seperti luasnya wilayah,
system  keamanan  yang  rapuh,  pejabat  yang  korup,  dan  sebagainya. Itu
merupakan   lahan  yang sangat empuk untuk berimprovisasi, untuk bermain di
sini  ketimbang  di  wilayah  lain.  Mungkin Mindanao juga masih jadi salah
satu   wilayah   alternatif   karena  kondisi  sosial  politik  dan  budaya
birokrasinya  relatif  hampir  sama  dengan   Indonesia.   Tapi di Malaysia
mereka  sudah  sulit  bermain,  Singapura  juga sudah sulit  karena memakai
sistem-sistem  yang  lebih  ketat  yang  lebih  mirip barat.  Dan ruang itu
menjadi  tidak nyaman untuk bermain lagi. Kalau di Thailand Selatan mungkin
masih.

AI:  Kalau  dulu  ada   Afghanistan,   ada  Chechnya,  ada Kosovo, termasuk
Mindaao  sebagai  tempat  favorit  jihad.  Apakah  Thailand Selatan menjadi
tempat favorit  baru untuk  berjihad?

AC:  Ya,  kelihatannya akan terjadi peralihan dari  Afghanistan,  Chechnya,
Tajikistan  dan  wilayah-wilayah lain. Sebenarnya sudah diproklamirkan oleh
beberapa   eksponen Jamaah Islamiyah dan Darul Islam di Malaysia pada tahun
2003   yang  menyatakan bahwa Indonesia akan dijadikan hostile area ataupun
wilayah perang.

AI:   Kalau  mengawasi pesantren salah, barangkali ada saran untuk mencegah
aksi-aksi  selanjutnya? Pemerintah seharusnya mengawasi A, mengawasi B  dan
seterusnya, yang mana?

AC: Saya kira ini agak sulit  memang melawan terorisme. Karena dunia mereka
adalah dunia fatalisme.  Tapi satu hal yang harus diperhatikan bahwa mereka
adalah  orang yang  sangat komit dengan perjanjian. Dan mereka adalah orang
yang  sebenarnya   bukan  sulit  dikomunikasikan.  Memang  banyak aksi-aksi
mereka  tidak  terkomunikasikan. Tapi bisa sebenarnya kalau kita mau serius
untuk  mendekati  mereka  dengan banyak cara itu, akhirnya akan mudah untuk
berkomunikasi  dan  berhubungan  dengan mereka dan kemudian mengikat mereka
dengan sejumlah perjanjian- perjanjian yang sudah pasti tidak akan  satupun
mereka langgar. Dan lebih banyak pihak yang lain bahkan yang  melanggar isi
perjanjian itu.

AI: Anda menganjurkan  semacam nota kesepahaman seperti yang dibuat Jakarta
dan Aceh?

AC:  Ya  apa salahnya walaupun pihak Amerika mengatakan  tidak ada kompromi
dengan teroris. Kita jangan ambil jalan seperti  Amerika. Karena itu common
error yang lain, bahkan yang lebih  parah.

AI:  Kalaupun  iya,  kira-kira  apa  yang kemungkinan yang  dituntut. Suatu
wilayah  untuk  didirikan  semacam  qaidah  aminah, tempat di  mana syariat
Islam diberlakukan?

AC:  Qaidah   Aminah  itu  sendiri  sebenarnya  bukan  pemberian dari suatu
pemerintah.   Misalnya  seperti  diberikannya  Aceh  sebagai qaidah aminah.
Mereka  tidak  menganggap  Aceh  sebagai  qaidah  aminah.  Dan  bagi mereka
perubahan sistem itu jauh lebih besar dan mungkin juga tuntutan mereka juga
terlalu  besar  dan  terlalu  tidak  irasional bagi kaum duniawi di tingkat
pemerintahan.  Misalnya  mereka  menginginkan  terjadinya  dekrit  ke  arah
negara  Islam  ataupun  penerapan  syariat  Islam  secara  keseluruhan atau
secara nasional. Tapi yang paling penting bagaimana  mengetahui dan melihat
secara  langsung  keinginan dan maksud hati dari  mereka sendiri. Jadi kita
juga  nggak bisa memperkira-kirakan apa  keinginan mereka. Tapi secara umum
kira-kira  keinginan mereka ya seperti  itu. Tapi juga bisa dinegosiasikan.
Kalau itu terlalu besar, apa yang  kecilnya, dan apa yang mediumnya.

AI: Apa memang ada indikasi  bahwa mereka menuju ke arah sana?  Artinya mau
menegosiasikan tuntutan-tuntutannya?

AC:   Bahkan sebelum bom Balipertama banyak pihak yang kemudian pernah saya
temui  --termasuk  beberapa   orang  di  antara  mereka  yang  belum ketemu
kemudian   disebut  terlibat dalam kasus bom Balisatu-- sudah mendiskusikan
hal  ini  secara  serius.  Ketika  saya  pernah   menggulirkan  ide tentang
perjanjian Hudaibiyah. Yang kemudian banyak  dilecehkan oleh berbagai pihak
terutama  dari  pihak  pemerintah  dan pihak  pers. Tapi nggak apa-apa. Ini
kanide masa depan, jadi tidak dipahami oleh telinga-telinga masa  sekarang.

AI:  Kembali  ke soal 30 calon pengebom. Anda sebut itu  hanya di Sektor 3.
Siapa pimpinan sektor itu?

AC:  Saya  sendiri masih meraba-raba, atau diplomatisnya mungkin saya tidak
bisa   menyebutkan  karena  agak sensitif. Mungkin juga siaran ini didengar
oleh  mereka. Karena mereka lumayan well informed juga ya. Saya  kira untuk
etisnya tidak kita sebutkan saja.

AI:   Tapi mungkin mereka adalah tokoh dari salah satu elemen KPPSI (Komite
Persiapan Penegakkan Syariat Islam) di Sulawsei Selatan,  misalnya?

AC:   Waduh   saya   juga  tidak  bisa  menyebutkan  apakah  ada   hubungan
organisatoris  dan hubungan administratif yang langsung  dari KPPSI ataupun
KOMPAK  (Komite  Penanggulanangan  Krisis,  lembaga  yang   didirikan Dewan
Dakwah  Islamiyah   Indonesia  untuk  menggalang milisi-milisi ke Ambon dan
Poso -red). Karena kadang-kadang untuk menyebutkan koneksinya tidak  begitu
signifikan.

AI:  Kenapa?  Bukankah  hubungan  antar oganisasi  atau kekerabatan menjadi
ciri?

AC:   Iya.   Tapi   saya  lebih   menaruh  perhatian  pada  lembaga-lembaga
tradisional  mereka   sendiri.  Yaitu  ikatan-ikatan  yang  sifatnya sangat
kekeluargaan-lah, begitu.

[] http://www.radio68h.com/wawancara.php?id=11

--- End of Forwarded Message ---


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke