NAMANYA Qory. Bukan Qory Aquino, tetapi Qory Sandioriva. Wajahnya cantik,
tinggi semampai, dan cerdas. Maka pantaslah kalau dia dipuja banyak orang. Dan
pantas pulalah jika dia terpilih sebagai Putri Indonesia 2009. Dan kini, kabar
terakhir di SINI Qory 
Sandioriva akan melenggang ke Miss Universe. 

Hebat kan ???.

Di satu sisi iya. Tapi di sini lain belum tentu. Gadis
manis berdarah Aceh ini menurut salah satu portal di SINI disebutkan
tidak diakui di daerah asalnya. Sebagai putri Indonesia yang mewakili Aceh,
seperti dikutip di SINI,
disebutkan ia tidak memiliki KTP Aceh. 

Ada juga kabar di SINI yang
menyebutkan Qory benamkan syariat Islam di Aceh. 

Namun yang paling memiriskan,
seperti berita di SINI,
adalah foto-foto syur-nya yang beredar luas
di internet.

Ada 29 foto Qory Sandioriva dengan berbagai pose mulai
masa sekolah, menjadi paskibra, di pesta, dan pose syur. Foto tersebut
diposting orang berinisial  Andrew Doank, Senin (19/10).

Saat terpilih menjadi Putri Indonesia  pada
Pemilihan Puteri Indonesia (PPI) 2009 di TMII, Jakarta, Sabtu (10/10) sosok
Qory Sandioriva sudah menimbulkan kontroversi. 

Gadis kelahiran Jakarta, 17
Agustus 1991 yang  mewakili daerah Nanggroe Aceh Darussalam tidak memakai
jilbab. Bahkan ditentang Sekretaris Ulama Dayah Aceh (HUDA), Tgk. Faisal Aly.
Pihak Panitia Putri Indonesia (PPI) mengaku belum mengetahui peredaran
foto-foto Qory di dunia maya. “Saya tidak bisa memberi komentar. Soalnya belum
melihat foto itu langsung. 

Foto itu asli apa tidak dan apa tujuan yang
memposting foto Qory,” kata Mega Angkasa, Humas Yayasan Putri Indonesia (YPI),
seperti dikutip di SINI.

Meski foto-foto tersebut sudah beredar sebelum ajang
Putri Indonesia digelar, namun menjelang keikusertaan Qory di Miss Universe,
foto-foto tersebut tampaknya semakin meluas. 

Saat ini, apabila melakukan
pencarian melalui Google dengan kata kunci “foto syur Qory” maka ditemukan 
sekitar 37,300 hasil telusur. 

Apakah ini akan
mempengaruhi langkah Qory menuju ajang pamer kecantikan paling bergengsi dunia
tersebut ???
Tunggu saja tanggal mainnya…!!!!


*
Menuju Miss Universe, Foto
Syur Cory Makin Marak
http://hiburan.kompasiana.com/2009/11/28/qory-menuju-miss-unicerse-foto-syurr-nya-makin-marak/
 
*****
 
 

Samuel P. Huntington dalam “The Clash of Civilizations and The Remaking of 
World Order“ mengatakan bahwa peradaban adalah entitas paling luas dari budaya. 
Bangunan dasar bagi peradaban adalah agama, dimana agama juga sekaligus 
merupakan karakteristik utama yang mencirikan peradaban itu sendiri.
 
Selanjutnya dikatakannya bahwa agama Kristen tersebar melalui konversi, 
sedangkan Islam disamping melalui konversi juga melaluireproduksi.
 
Dalam soal reproduksi, Hutington mengatakan secara khusus bahwasanya stabilitas 
dan balance of power dalam konteks keseimbangan antar peradaban dunia akan 
menjadi terganggu, salah satunya oleh dampak pertumbuhan penduduk Muslim.
 
Pertumbuhan penduduk di Amerika Serikat rata-rata rendah dan di Eropa sebesar 0 
%. Sedangkan pertumbuhan penduduk yang spektakuler terjadi di belahan negeri 
Muslim dapat menggerakkan migrasi terbesar dalam sejarah ke pelbagai wilayah 
Muslim dan belahan dunia lainnya. Di sisi lainnya, pertumbuhan penduduk migran 
rata-rata tinggi, dan karenanya di masa yang akan datang dapat menjadi penduduk 
terbesar di negara-negara barat.
 
Sebagai hasilnya, menimbulkan phobia yang berakar dari pertumbuhan demografis 
yang relatif menurun.
 
Orang-orang barat merasa khawatir bahwa mereka kini sedang di invasi bukan oleh 
pasukan perang ataupun tank-tank, tapi oleh kaum imigran yang berbicara dengan 
bahasa yang berbeda, memuja Tuhan-Tuhan yang berbeda, memiliki kebudayaan 
mereka sendiri. Dan, dikhawatirkan akan merebut pekerjaan mereka, mendiami 
tanah mereka, meninggalkan sistem kesejahteraan, dan menindas pandangan hidup 
mereka. 
 
Berkait dengan pertumbuhan penduduk Muslim yang diresahkan oleh Huntington itu, 
bagaimanakah data terkini dari peta populasi penduduk dunia ?.
 
Baru-baru ini, ‘Pew Forum on Religion & Public Life’ merilis laporan studi 
demografi secara komprehensif yang berjudul “Mapping the Global Muslim 
Population”.
 
Laporan ini merupakan hasil sensus dan survey detail dengan cara mendatangi 
sekitar 232 negara yang tersebar diseluruh dunia. Proyek yang dikerjakan selama 
3 (tiga) tahun ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran terkini akan populasi 
Muslim yang ada di seluruh dunia.
 
Berkait dengan hasil sensus itu, para peneliti senior di Pew Forum merasa 
surprise dengan hasilnya. Ternyata jumlah penduduk Muslim itu lebih besar dari 
yang diperkirakan sebelumnya, 150% dari prediksi awalnya.
 
Jika berdasarkan perkiraan sebelumnya, jumlah Muslim di seluruh dunia 
diperkirakan hanya 1 miliar jiwa saja. Akan tetapi ternyata saat ini jumlah 
Muslim sebanyak 1.571.198.000 jiwa. Jumlah ini merepresentasikan sekitar 23 % 
dari keseluruhan populasi dunia yang mencapai 6,8 miliar jiwa.
 
Region Muslim Population
(million) Percentage
of
Population that is Muslim
(%) Percentage
Of
World Muslim Population
(%) 
Asia-Pacific 972.537.000 24,1 61.9 
Middle East-North Africa 315.322.000 91,2 20,1 
Sub-Saharan Africa 240.632.000 30,1 15,3 
Europe 38.112.000 5,2 2,4 
Americas 4.596.000 0,5 0,3 
World Total 1.571.198.000 22,9 100,0 
 
Berdasarkan table diatas, diketemukan bahwa penyebaran kaum Muslimin telah 
merambah di keseluruhan lima benua berpenduduk yang ada di dunia ini. Dari 
keseluruhan populasi Muslim di seluruh dunia, pola penyebarannya terbesar ada 
di region Asia-Pacific (61,9%) dan terkecil ada di region America (0,3%).
 
Walau begitu, region dengan mayoritas penduduknya adalah Muslim masih berada di 
Middle East-North Africa, dimana umat Muslim merupakan 91,2 % dari keseluruhan 
penduduknya. Sedangkan kaum Muslimin di Asia-Pacific yang berjumlah 972.537.000 
jiwa bukan merupakan mayoritas di region tersebut, hanya 24,1 % dari 
keseluruhan penduduknya. Dalam arti kata, dari setiap 4 orang di Asia-Pacific 
maka 1 orang merupakan Muslim.
 
Selanjutnya, region Asia-Pacific dibagi dalam 4 sub-region, yaitu Pacific, 
South Asia, South-East Asia, Central-Western Asia.
 
Di region ini, South Asia merupakan sub-region dengan populasi umat Muslim 
terbanyak, yaitu sekitar 484 juta jiwa, atau sekitar 50% dari populasi 
keseluruhan umat Muslim di region Asia-Pacific.
 
Menyusul kemudian sub-region South-East Asia dengan 253 juta jiwa, lalu 
Central-Western dengan 235 juta jiwa, di paling buncit adalah sub-region 
Pacific dengan 0,5 juta jiwa.  
 
Untuk region Asia-Pacific, Indonesia merupakan negara terbesar dalam 10 besar 
negara dengan popolusi Muslim terbesar. Selanjutnya ditempati oleh Pakistan, 
India, Bangladesh, Iran, Turki, Afghanistan, Uzbekistan, China, Malaysia.
 
Indonesia mempunyai populasi Muslim sebanyak 202.867.000 jiwa, yang juga 
berarti  20,9 % dari keseluruhan populasi umat Muslim di region ini. Lalu 
disusul Pakistan 17,9 %, India 16,5 %, Bangladesh 14,9 %, Iran 7,6 %, Turki 7,6 
%, Afghanistan 2,9%, Uzbekistan 2,7 %, China 2,2 %, Malaysia 1,7 %.
 
Kesepuluh negara ini adalah inti dari negara berpenduduk muslim di region 
Asia-Pasific, karena di kesepuluh negara ini jumlah Muslimnya 94,9 % dari 
keseluruhan penduduk Muslim di region Asia-Pasific yang berjumlah 972.537.000 
jiwa.
 
Countries Muslim Population
(million) Percentage
of
Population that is Muslim
(%) Percentage
Of
Region Muslim Population
 (%) Percentage
Of
World Muslim Population
(%) 
Indonesia 202.867.000 88,2 20,9 12,9 
Pakistan 174.082.000 96,3 17,9 11,1 
India 160.945.000 13,4 16,5 10,3 
Bangladesh 145.312.000 89,6 14,9 9,3 
Iran 73.777.000 99,4 7,6 4,7 
Turkey 73.619.000 98,0 7,6 4,7 
Afghanistan 28.072.000 99,7 2,9 1,8 
Uzbekistan 26.469.000 96,3 2,7 1,7 
China 21.667.000 1,6 2,2 1,4 
Malaysia 16.581.000 60,4 1,7 1,1 
Rest of Region 49.148.000 - 5,1 3,1 
Regional Total 972.537.000 24,1 100,0 61,9 
 
Jika berbicara dalam konteks kekuatan Muslim dunia, sesungguhnya Indonesia 
merupakan negara yang sangat penting.
 
Disamping merupakan negara berpenduduk mayoritas Muslim, juga merupakan negara 
dengan populasi Muslim terbesar di region Asia-Pacific, ditambah pula merupakan 
negara dengan populasi Muslim terbesar di seluruh dunia. Masih ditambah lagi 
bahwa populasi kaum Muslim di Indonesia juga merupakan penduduk mayoritas di 
negara yang bersangkutan, dimana umat Muslim 88,2%  dari keseluruhan penduduk 
negara ini.
 
Indonesia menempati rangking satu dari 10 negara dengan populasi Muslim 
terbesar di seluruh dunia. Urutan selanjutnya adalah Pakistan, India, 
Bangladesh, Mesir, Nigeria, Iran, Turki, Algeria, Maroko.
 
Populasi umat Islam Indonesia yang sebanyak 202.867.000 jiwa itu merupakan 
12,9% dari keseluruhan populasi Muslim seluruh dunia. Lalu Pakistan 11,1 %, 
India 10,3 %, Bangladesh 9,3 %, Mesir 5,0 %, Nigeria 5,0 %, Iran, 4,7 %, Turki 
4,7 %, Algeria 2,2 %, Maroko 4,7 %.
 
Kesepuluh negara ini adalah inti dari negara berpenduduk muslim dunia, karena 
jumlah Muslimnya 1.053.363.000 jiwa, atau 67,2 % dari keseluruhan penduduk 
Muslim dunia yang berjumlah 1.571.198.000 jiwa.
 
Countries Muslim Population
(million) Percentage
of
Population that is Muslim
(%) Percentage
Of
World Muslim Population
(%) 
Indonesia 202.867.000 88,2 12,9 
Pakistan 174.082.000 96,3 11,1 
India 160.945.000 13,4 10,3 
Bangladesh 145.312.000 89,6 9,3 
Egypt 78.513.000 94,6 5,0 
Nigeria 78.056.000 50,4 5,0 
Iran 73.777.000 99,4 4,7 
Turkey 73.619.000 98,0 4,7 
Algeria 34.199.000 98.0 2,2 
Morocco 31.993.000 99,0 2,0 
Rest of World 517.835.000 - 32,8 
World Total 1.571.198.000 22,9 100,0        
 
Dari data mapping dan jumlah populasi hasil survey diatas jika dikaitkan dengan 
keresahan Huntington terhadap kemungkinan benturan peradaban akibat 
terganggunya instabilitas dan balance of power antar peradaban dunia, maka 
semua pihak seharusnya menjadi mahfum apabila salah satu cara paling logis 
untuk menjaga stabilitas dan balance of power itu adalah dengan mengendalikan 
reproduksi di kalangan umat Islam.
 
Pengendalian reproduksi ini tentu dampak lanjutannya akan menurunkan lajunya 
tingkat pertumbuhan penduduk Muslim. Sayangnya cara tersebut telah terbukti 
relatif kurang efektif.
 
Program pengendalian laju pertumbuhan penduduk telah dimulai dari jauh-jauh 
hari sebelum hal itu diresahkan oleh Huntington. Akan tetapi hasilnya jumlah 
penduduk Muslim terus bertambah. Sampai saat ini, usaha untuk mengarahkan 
pertumbuhan penduduk ke zero growth, hasilnya kurang menggembirakan, masih jauh 
dari target tingkat pertumbuhan yang diinginkan. 
 
Indonesia sebagai salah satu misalnya, laju pertambahan penduduknya masih jauh 
diatas target zero growth. Demikian pula dengan Pakistan, India, Bangladesh, 
yang bersama Indonesia, merupakan 4 besar di 10 negara berpenduduk Muslim 
terbesar di region Asia-Pacific, juga 4 besar di 10 negara berpenduduk Muslim 
terbesar di dunia.
 
Hal itu dikarenakan masih adanya hambatan dari sebagian kalangan ulama ortodoks 
di internal kaum Muslimin, berkait dengan cara pandang teologisnya. Penggunaan 
alat kontrasepsi untuk menjarangkan jarak antar kelahiran memang relatif sudah 
bisa diterima, dan dapat dicarikan dasar fiqih syari’ sebagai pendukung 
argumentasinya.
 
Namun pembatasan jumlah anak masih merupakan masalah. Hal ini, selain 
dikarenakan masih ada penentangan dari sebagian ulama untuk menerima dasar 
fiqih syari’ dari pembatasan jumlah anak, juga kemungkinan besar tak terlepas 
dengan masih belum dapat dipupusnya praktek poligami.
 
Pembatasan praktek poligami dengan barier regulasi, apalagi regulasi untuk 
penghapusan dan pelarangan, jelas masih merupakan masalah besar yang harus 
dicarikan jalan masuk yang paling tepat.
 
Ini pekerjaan rumah besar bagi para ulama moderat agar dapat dicarikan dasar 
fiqih syari’ sebagai sebagai pendukung argumentasi pelarangannya.
 
Mengingat soal pelarangan praktek poligami ini merupakan hal yang paling keras 
ditentang oleh kalangan ulama-ulama ortodoks. 
 
Selain pengendalian laju pertumbuhan populasi, ada cara lain untuk 
meminimalisir potensi benturan peradaban.
 
Benturan peradaban selain bisa disebabkan oleh timbulnya gangguan terhadap 
stabilitas dan balance of power antar peradaban dunia yang dikarenakan dampak 
pertumbuhan penduduk Muslim, juga bisa disebabkan oleh jurang sosial dan jurang 
kultural di antara berbagai peradaban yang berbeda-beda di dunia ini.
 
Berkait dengan itu jurang social dan jurang cultural ini, ada penelitian yang 
hasilnya di rilis jurnal ilmiah Comparative Sociology dengan judul “Islamic 
Culture and Democracy : Testing the ‘Clash of Civilizations’ Thesis”.
 
Penelitian yang dilakukan selama 6 tahun dengan melibatkan ¼ juta responden di 
75 negara yang tersebar di 5 benua, mendapatkan kesimpulan bahwa akar perbedaan 
kedua peradaban, antara peradaban Barat dengan peradaban Islam adalah disoal 
adanya perbedaan besar di ranah kultural.
 
Perbedaan besar di ranah kultural itu berkait erat dengan perbedaan budaya 
antara peradaban Barat dan peradaban Islam terutama di cara pandang dalam nilai 
persamaan gender dan kebebasan seks.
 
Apakah karena itu pula, karena Indonesia adalah negara paling penting dalam 
komunitas Muslim di dunia karena merupakan negara terbesar penduduk Muslimnya 
di region Asia-Pacific dan di seluruh dunia, maka tentu merupakan negara di 
rangking pertama di urutan prioritas utama yang harus dimasukkan ke dalam 
program untuk mendekatkan kultur antara dua peradaban tersebut ?.
 
Jika benar begitu, maka seharusnya kita tidak perlu heran apabila Miss Aceh 
sangat berpotensi dijadikan maskot dalam program pendekatan kultur budaya 
antara peradaban Barat dengan peradaban Islam.
 
Miss Aceh, sebagai representatifnya komunitas wanita Aceh yang wilayahnya 
terkenal dengan sebutan ‘Serambi Mekkah’, dimana saat ini lagi menanjak ghiroh 
dan semangat masyarakatnya dalam penerapan formalisasi nilai-nilai Islam, 
merupakan pilot project paling tepat untuk pendekatan kultur budaya dari jilbab 
ke bikini two piece.
 
Sungguh maskot yang nyaris sempurna, bagi sebuah upaya public relation yang 
nyaris sempurna, untuk mendukung usaha merekatkan celah perbedaan cultural 
antara peradaban Barat dengan peradaban Islam.
 
Betapa sempurnanya, maskot yang berasal dari Aceh, Serambi Mekkah, yang 
merupakan wilayah kantung Muslim nomer satu terbesar di Indonesia. Dimana 
Indonesia merupakan negara nomer satu terbesar populasi Muslimnya di region 
Asia-Pasific, dan sekaligus nomer satu terbesar dari keseluruhan populasi 
Muslim dunia.  
 
Maskot yang akan sangat cepat menduplikasikan diri menjadi ikon bagi upaya 
harmonisasi antara jilbab dengan bikini two piece ini. Ikon yang sangat bisa 
jadi akan segera menjadi kiblat dan ilham serta inspirasi bagi wanita Muslim 
Indonesia, bahkan dunia. Bahwa sejatinya jilbab pun dapat berkompromi dengan 
bikini two piece, demi sebuah cita-cita mulia, mengharumkan nama bangsa dan 
Negara serta mengangkat harkat martabatnya wanita Muslim Indonesia.
 
Bahkan semangatnya akan menjiwai perubahan sebuah kultur budaya dan way of life 
para Muslimah yang tersebar di seluruh pelosok dunia. Sekaligus juga menjadi 
pertanda dikibarkannya bendera start, Muslimah telah tampil ke garda paling 
depan, siap menyambut kemajuan zaman beserta denga konsekuensi adanya 
harmonisasi kultur dan budaya antara peradaban Barat dengan peradaban Islam.
 
Akankah Miss Aceh yang telah menjadi Putri Indonesia 2009 selanjutnya akan 
menjadi pemenang Miss Universe 2010 ?.
   
Semoga saja Putri Indonesia 2009 menjadi pemenang Miss Universe 2010, melalui 
kompetisi dimana milyaran pemirsa di seluruh pelosok dunia akan menyaksikan 
Miss ‘Serambi Mekkah’ yang berjilbab itu tak sungkan melenggak-lenggok di 
catwalk memamerkan rambut indah sebagai mahkota wanita dan tubuh indah dalam 
balutan bikini two piece.
 
Tidakkah mustahil menyandingkan ikon busana jilbab dengan bikini two piece ?.
 
Tidak ada sesuatu hal yang mustahil jika dilandasi oleh nawaitu yang luhur dan 
dilaksanakan dengan sepenuh hati dan segenap jiwa raga untuk menggapai 
cita-cita tujuan yang mulia.
 
Jika jilbab dapat dikompromikan untuk sebuah kepentingan nasional yang 
menyangkut kepentingan kesejahteraan peri kehidupannya ratusan juta jiwa, maka 
mengapa tidak mungkin dikompromikan untuk sebuah kepentingan internasional yang 
menyangkut sejumlah milyaran jiwa ?.
 
Semoga saja begitu. Betapa indahnya, jika itu bisa mewujud menjadi kenyataan, 
maka di soal jurang kultural yang merupakan salah satu titik api benturan 
peradaban antara peradaban Barat dengan peradaban Islam dapat diminimalisir 
secara efektif dan optimal.
 
Itu akan menjadi sebuah prestasi yang mendunia. Dimana hal ini bisa menjadi 
sebuah legenda yang legendaris, yang akan dikenangsepanjang zaman dan sepanjang 
masa sampai dunia ini tiada.
 
Prestasi legendaris yang bukan hanya majalah Time saja yang akan menobatkannya 
sebagai prestasi kelas dunia. Bahkan lembaran sejarah dunia pun tentu serta 
merta akan mencatatnya dengan tinta emas.
 
Bahwasanya pada kurun waktu sekarang ini, bangsa Indonesia, pemerintahnya 
beserta segenap komponen anak bangsa, telah mampumemberdayakan dan 
mengedepankan peranan kaum wanita sebagai perekat kultural antar peradaban 
dunia, wabil khususnya antara peradaban Barat dengan peradaban Islam.
 
Akhirulkalam, sebuah prestasi legendaris tentu akan menjadi kiblat dan ilham 
serta inspirasi untuk dilanjutkan secara estafet dari generasi ke generasi 
berikutnya oleh para penerusnya. 
 
Wallahualambishshawab.
 
*
Referensi Sumber Bacaan :
        * ‘Miss Aceh, Dari Jilbab ke Bikini’, klik disini
        * ‘Kontroversi Qory Sandrioriva’ klik disini
        * ‘Miss Universe Laksana Sapi Perah ?’ klik disini
        * ‘Seperempat Penduduk Dunia Orang Muslim’, klik disini
        * ‘Populasi Muslim Global sebanyak 1,57 Miliar Jiwa’, klik disini
        * ‘Satu dari Empat Penduduk Dunia Muslim’, klik disini
        * ‘10 Negara dengan Jumlah Muslim Terbanyak’, klik disini
        * ‘Indonesia Negara Muslim Terbesar di Dunia’, klik disini
        * ‘Mapping the Global Muslim Population’, klik disini
        * ‘Ronald F. Inglehart’s Publications’, klik disini
        * ‘Islamic Culture : Testing the Clash of Civilizations’, klik disini
        * ‘Sex Objects : Pictures Shift Men’s View of Women’, klik disini
        * ‘Woman as Sex Objects’, klik disini
        * ‘Neoliberalisasi Jilbab’, klik disini
        * ‘Population Control : a Weapon of The West’, klik disini
        * ‘Politik Pertumbuhan Penduduk’, klik disini
        * ‘Upaya Kontrol Populasi’, klik disini
*
Miss ‘Serambi Mekkah’ sebagai Maskot Perekat Kultural antar Peradaban Dunia
http://sosbud.kompasiana.com/2009/10/12/miss-‘serambi-mekkah’-sebagai-maskot-perekat-kultural-antar-peradaban-dunia/
http://politikana.com/baca/2009/10/12/miss-serambi-mekkah-maskot-perekat-kultur-antar-peradaban-dunia.html
*


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to