Jawa Pos
[ Selasa, 13 Oktober 2009 ] 

Fungsionaris DPP Partai Golkar Era Aburizal Bakrie Lebih Gemuk 


JAKARTA - Jumlah fungsionaris DPP Partai Golkar di bawah kepemimpinan Aburizal 
Bakrie alias Ical lebih gemuk daripada kabinet Jusuf Kalla. Selain bertambahnya 
kursi wakil ketua umum dan wakil sekretaris jenderal, Ical menambah sejumlah 
ketua pemenangan pemilu untuk beberapa pulau besar. Anggota Dewan Formatur DPP 
Partai Golkar Ridwan Bae menuturkan, penambahan personel itu merespons kondisi 
Golkar yang kini tak lagi menguasai lini pemerintahan mulai pusat hingga 
kelurahan seperti era Orde Baru. Sehingga, Golkar harus mempertajam konsolidasi 
pengurus di tingkat kabupaten/kota yang dibina langsung oleh DPP. 

"Karena itu, kepengurusan harus gemuk. Dulu bidang pemenangan pemilu hanya ada 
satu, sekarang dipecah menjadi lima sehingga mempermudah konsolidasi dan 
mobilisasi aktivitas. Struktur tersebut jauh lebih efisien daripada sekarang," 
terang dia. 

Salah satu tugas ketua-ketua bidang pemenangan pemilu adalah merealisasikan 
janji Ical untuk menguningkan Indonesia, yakni menambah jumlah bupati, wali 
kota, gubernur, dan pimpinan DPRD dari Golkar. Saat ini ada sekitar 250 
gubernur/bupati/wali kota yang dicalonkan oleh Golkar. 

"Sesuai dengan arahan ketua umum, tidak harus kader Golkar yang dicalonkan di 
pilkada, melainkan calon yang paling berpotensi menang yang akan didukung 
Golkar," ungkap dia. 

Ketua DPP Golkar Bidang Mahasiswa dan LSM Fadel Muhammad menambahkan, daftar 
pengurus harian hasil munas dilengkapi dengan ketua-ketua departemen yang akan 
diumumkan dalam resepsi HUT Golkar 20 Oktober mendatang. 

Saat ini, terang Fadel, Dewan Formatur terus mematangkan nama-nama pengurus 
pleno DPP Golkar. "Masih akan ada evaluasi dan penambahan nama-nama hingga 
diumumkan pada 20 Oktober," imbuh dia. 

Fadel menjelaskan, ada sejumlah nama kader potensial yang tidak masuk dalam 
kepengurusan lagi, seperti Ferry Mursyidan Baldan yang dikenal piawai dalam 
bidang legislasi. 

"Orang-orang potensial itu tidak dibuang, tapi bisa saja nanti masuk dalam 
kegiatan DPP Golkar, seperti kelompok-kelompok kerja. Jadi, kaderisasi tidak 
harus menjadi pengurus, bisa saja cukup masuk dalam kegiatan partai," ungkap 
dia. 

Ridwan menambahkan, saat ini memang ada ketidakpuasan di kalangan kader Golkar 
terhadap kepengurusan hasil munas. Namun, dia menilai hal tersebut wajar. 
Sebab, hanya 90 di antara 500 pimpinan Golkar yang diambil sebagai pengurus 
harian dan pleno. "Orang yang ingin masuk 500, yang terpilih seratus, pasti 
yang 400 kecewa," ucap dia. 

Terkait dengan batalnya nama Khofifah Indar Parawansa yang sebelumnya tercantum 
sebagai ketua DPP Golkar bidang pendidikan dan kebudayaan, Ridwan menjelaskan 
bahwa Khofifah sebanding dengan Hajrianto Y. Thohari. "Dia kader Golkar dan 
kapasitasnya tidak kalah dengan Khofifah. Tentu kami memilih kader sendiri," 
tegasnya. (noe/tof)



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke