Subject:  [mediacare] Kontroversi "Da Vinci Code"
From:  [EMAIL PROTECTED]
Date:  Thu, November 9, 2006 5:35 pm







Dan Brown: "Agama punya satu musuh --yaitu kelesuan
iman-- dan debat adalah obatnya... Harapan saya, novel ini,
selain menghibur pembaca, juga membuka kesadaran
memulai menjelajah dan menyalakan imannya kembali...."

Marthin Luther: “Kita tidak bisa melarang burung
beterbangan di atas kepala kita, tetapi kita bisa
mencegahnya agar tidak bersarang di kepala kita!”


--------------------------------------------------------

"Da Vinci Code."

Novel yang sekitar 4 tahun paling menggemparkan dunia!
Sebuah fiksi yang dgn sangat pandai dikemas oleh pengarangnya,
menjadi sebuah kisah yang seolah-olah nyata.
Apalagi pengarangnya, Dan Brown menulis sebuah
catatan pendek di awal novelnya itu, bahwa kisah
petualangnya memang fiksi, tetapi fakta2,
organisasi2 rahasia, lokasi2, karya seni,
dan sebagainya yang disebut di dalamnya adalah nyata
dan merupakan fakta sejarah.

Intinya, sebenarnya dia mau mengatakan bahwa
walaupun cerita tsb, termasuk tokoh2 utamanya
adalah fiksi, tetapi latar belakang kejadiannya adalah
fakta sejarah. Atau dia mau mengatakan bahwa
novelnya itu merupakan sebuah novel berlatar
belakang sejarah nyata. Jadi, bahwa Yesus sebenarnya
diam2 telah melakukan hubungan intim dgn Maria Magdalena,
mempunyai anak, dan keturunananya sampai sekarang!
Bahwa Injil yg dikenal sekarang sebenarnya sebuah
rekayasa masa dahsyat hasil konspirasi Kaisar
Romawi Konstantinus Agung dgn para Uskup sedunia
di Nicea pada tahun 325, Yesus tidak lebih dari
manusia biasa, Yesus tidak pernah bangkit,
apalagi naik ke sorga, dan seterusnya.
Merupakan fakta sejarah, dan ada bukti2 historisnya.
"Fakta sejarah" dan "bukti-bukti historis" inilah yg
kemudian dikemas olehnya dalam novel "Da Vinci Code"
dgn tokoh utamanya Robert Langdon itu.

Substansinya adalah bahwa apabila apa yg diakui oleh
Dan Brown itu betul2 merupakan fakta tak terbantahkan,
maka seluruh fandasi ke-Kristen-an runtuh!
Kristen tidak lebih dari omong kosong terdahsyat
sepanjang sejarah umat manusia. Kristen musnah dari
muka bumi! Karena fandasi, intisari Kristologi adalah
bahwa Yesus adalah Tuhan, Penebus Dosa Manusia,
Bangkit dari Kematian-Nya untuk menebus dosa umat
manusia, pada hari ketiga naik ke sorga. Semuanya itu
menurut Dan Brown adalah bohong besar.
Suatu kebohongan yg selama hampir 2000 tahun
ditutup rapat-rapat oleh Vatikan, dan bagi siapa saja
yang mengetahuinya haruslah dibinasakan. Kalau tidak,
ke-Kristen-an lah yang binasa.

Salah satu sifat universal manusia adalah selalu
tertarik dgn hal-hal yg mengandung misteri,
rahasia besar, kejutan, kontroversial, dst-nya.
Oleh karena itu ketika Brown datang dgn "rahasia2"
dan "misteri2"-nya itu, jutaan orang pun tertarik.
Setelah membaca novelnya, orang pun berkata-kata
dalam hati: Siapa tau memang begitu kejadiannya?

Pertanyaannya sekarang, apakah memang begitu?

***

Secara teologis, cerita tersebut jelas merupakan suatu
hujatan paling hebat bagi agama Kristen.

Katholik, Vatikan, dan Paus di dalam novel
"The Da Vinci Code", -- juga pada novel lainnya,
"Angels and Demons," --  digambarkan hakikinya
merupakan suatu organisasi kejahatan terbesar di
dunia yg berbajukan agama, dan dikamuflase oleh
ritual-ritual agung, dan wajah-wajah alim di Vatikan.
Nama Katholik, Vatikan, dan Paus betul2 dirusak
Dan Brown di dalam kedua novelnya tsb.

Tetapi reaksi orang Kristen dan para tokohnya tidak
diimplemnetasikan dgn kekerasan. Tidak juga dgn
seruan pemboikotan terhadap novel dan filmnya.
Kalau pun ada hanya segelintir saja. Secara umum, tidak.
Opini dibalas opini, analisa dibalas analisa,
argumen dibalas argumen, buku dibalas dgn buku!
Sudah puluhan buku, yg ditulis oleh para pakar teologi,
para pakar sejarah agama, membantah apa yg disebut
Dan Brown sbg fakta sejarah tsb.
Misalnya, The Da Vinci Code: Fact or Fiction,
Truth and Fiction in The Da Vinci Code:
A Historian Reveals What We Really Known about Jesus,
Maria Magdalene, and Constantine,
Cracking Da Vinci's Code: You've Read the Fiction,
Now Read the Fact, dan masih banyak lagi.
Di Indonesia kira2 sudah ada 10 buku terjemahannya,
dan beberapa hasil karya orang Indonesia sendiri.

Sikap umum orang-orang Kristen terhadap hujatan
"Da Vinci Code" tsb membuktikan kedewasaan berpikir,
obyektif, kritis dan percaya bahwa keimanan Kristen
adalah benar, dan tak akan tergoyahkan dgn berbagai
hujatan bagaimana pun canggihnya. Tuhan juga tidak
perlu dibela, karena hanya "Tuhan yang lemah" sajalah
yang perlu dibela oleh manusia. Hanya Kebenaran yang tak
mutlak sajalah yg harus dibela dengan kekerasan agar
jangan terungkap kelemahannya.

Sikap orang Kristen sedemikian merupakan wujud nyata
dari implementasi iman yang diajar oleh Yesus sendiri:
"Janganlah membalas kejahatan dgn kejahatan;
lakukan yg baik bagi semua orang, sedapat-dapatnya kalau
hal itu tergantung padamu. Hiduplah dalam perdamaian
dengan semua orang. Pembalasan adalah hakKu."

***

Sudah banyak buku, seminar, diskusi, artikel,
termasuk film2 educational yg dibuat yg membantah klaim
Dan Brown tsb. Bahwa ternyata banyak sekali apa yg
disebut fakta sejarah, karya seni, dll yg diklaim sebagai
kebaran itu, sebenarnya (sangat) tidak akurat.

Ben Witherington III dalam ‘Gospel Code’ mengatakan
bahwa paling sedikit ada 150 ‘historical errors’ di dalam
novel Dan Brown tsb. Witherington III adalah profesor
Perjanjian Baru di Asbury Theological Seminary di Wilmore,
Kentucky, AS Ia dikenal sebagai peneliti dan penulis
buku-buku mengenai sejarah mula-mula Injil/Perjanjian Baru..

Pada buku "Da Vinci Code" terjemahan bahasa Indonesia
oleh penerbitnya (Serambi) ditambah keterangan bahwa
buku tersebut "Telah mengguncang Iman." Tentu saja yg
dimaksud adalah menguncang iman orang2 Kristen.

Pertanyaan lagi: Apakah betul demikian? Seberapa jauh
dan seberapa siginifikan umat Kristen sedunia telah
terguncang imannya dan lebih percaya Dan Brown
ketimbang Injil?

Dari fakta yg kasat mata, sampai sekarang kita masih
melihat bahwa umat Kristen yg datang ke gereja2,
dan acara2 peribadatan lainnya, sejenis KKR, dll, tidak menyusut.
Sebaliknya, semakin banyak.
Namun demikian, lepas dari penghujatan atau bukan,
kontroversi "Da Vinci Code" pada sisi lainnya,
sebenarnya bermanfaat juga bagi umat Kristiani --
dan sebenarnya juga sebagian pihak lain non-Kristen yg
berpandangan obyektif. Karena dgn munculnya kontroversi
ini, orang (Kristen) merasa terusik dan tertarik untuk
membaca Alkitab yg selama ini mungkin sudah dilupakan
dan tersimpan di dalam lemari yg berdebu selama bertahun-tahun.
Banyak orang pun tertarik mempelajari dan mendalami Kristenitias,
sejarahnya, arkeologisnya, dan pengimanannya.

***

Dalam "Da Vinci Code", Dan Brown mengatakan bahwa
pada Konsili Nicea tahun 325, Kaisar Konstantinus Agung
yang melihat Kristen semakin kuat, mengumpulkan para
uskup dari seluruh Kerajaan Romawi, untuk melakukan
konspirasi rekayasa terhadap konsep-konsep dasar
Kristenitas sebagaimana disebutkan di  atas.
Motivasinya adalah Kaisar menghendaki imbalan berupa
dukungan politik yang kuat dari para uskup (Kristen).
Rekayasa terhadap konsep-konsep  dasar Kristen tersebut,
menurut Brown, intinya adalah mengrekayasa Keilahian Yesus,
termasuk penulisan ulang (memalsukan) Injil/Perjanjian Baru,
kemudian memusnahkan semua yang asli.

Dan Brown mengatakan, dalam Konsili Nicea pada tahun
325 itu dipimpin oleh Konstantinus Agung ditulis,
kembali Injil dan bagian Perjanjian Baru lainnya,
dengan mempertuhankan Yesus, menghilangkan peran
Maria Magdalanea, dll.  Padahal aslinya, Injil itu tidak
mengatakan Yesus itu Tuhan, dan sebenarnya Yesus itu
kawin dengan Maria Magdalena, serta mewariskan
ajarannya kepada wanita itu, dst-nya.

Semua sumber yang dapat mengungkapkan keaslian
kejadian yang sebenarnya dibungkamkan,  termasuk dan
terutama membinasakan Kelompok Ksatria Templar pada
zaman itu, dan Priory of Zion yang masih ada sampai hari ini,
agar suatu rahasia besar itu jangan sampai terungkapkan.
Anggota-anggota perserikatan rahasia itu antara lain Isaac
Newton dan Leonardo Da Vinci.

Menurut Brown sejak hampir 2000 tahun lalu sampai sekarang,
pihak Kristen/Vatikan/Paus telah memerintah membunuh
ribuan orang dan masih terus mengejar anggota2 rahasia
yg yang masih ada sampai sekarang, yakni
"The Priory of Zion" yg mengetahui dan menyimpan
rapat-rapat rahasia besar itu,  yaitu bahwa Yesus adalah
manusia biasa, yg mempunyai isteri bernama Maria Magdalena,
Yesus mewariskan ajaran dan kepimpinannya kepada
Maria Magdalena (bukan kepada Petrus dan para
murid-Nya yang lain), mempunyai keturunan
turun-temurun sampai dengan hari ini. Bahwa Injil
merupakan penggelapan dari "kejadian yg sebenarnya" itu.
Bahkan tulang-belulang dari Maria Magdalena itu beserta
bukti2-nya,  masih disembunyikan oleh para anggota
rahasia tsb sampai sekarang (di novel tsb diceritakan.
ternyata disembunyikan di bawah tanah persis di bawah
piramid Museum Louvre, Paris, Perancis).  Oleh karena itu
Vatikan dgn meminjam tangan anggota Opus Dei,
masih terus memburu dan membunuh mereka untuk
menutup mulut dan menghancurkan bukti2 tsb.

Apakah memang betul pada Konsili Nicea di  tahun 325
tersebut begitu kejadiannya?

***

Nicea adalah nama sebuah kota kuno di masa Kekaisaran Romawi,
sekarang bernama Iznik, bagian dari Turki.

"Rahasia Maha Besar" yang disebut Brown dalam novelnya
itu salah satunya adalah pengingkaran terhadap Keilahian Yesus.

Sebenarnya pengingkaran terhadap Keilahian Yesus tsb
baru mulai berkembang sekitar tahun 319 di Aleksandria,
Mesir. Jadi, sekitar 300 tahun setelah Kristen lahir dan berkembang.
Pelopornya adalah seorang penatua dari Libya bernama Arius.
Arius mengajarkan doktrin baru yang bertentangan
dengan kepercayaan ortodoks tentang trinitas (hubungan
antara Allah, Yesus, dan Roh Kudus).  Arius mengajarkan:
"Jika Bapa memperanakkan Putra, maka Dia yang
diperanakkan memiliki suatu permulaan dalam keberadaan-Nya,
dan itu berarti bahwa ada suatu waktu ketika Putra tidak ada."
Allah menciptakan Yesus dari tidak ada menjadi ada,
sebagimana ciptaan-Nya yang lain. Dengan kata lain,
Arius menolak keilahian Yesus.

Di  era itu doktrin Arius cukup berkembang sehingga sering
terjadi bentrokan, termasuk bentrokan fisik yang berdarah
di  antara penganut masing-masing. Fenomena ini
merupakan bibit-bibit perpecahan di dalam kerajaan.
Para uskup di Timur -- kawasan paling berkembangnya
paham Ariusme, kemudian meminta pertolongan kepada
Kaisar untuk dapat mengatasinya.

Kaisar Konstatinus Agung akhirnya menanggapi krisis Arian
dengan mengadakan konsili di Nicea pada tahun 325 itu,
dengan mengundang seluruh uskup dari Kerajaan Romawi.
Hampir semua uskup dari seluruh kerajaan memenuhi
undangan Sang Kaisar. Konsili juga mengundang Arius
untuk didengar pendapatnya.

Ketika Arius diberi kesempatan memberi penjelasan
tentang ajarannya itu, dia menyanyikan sebuah lagu
tentang ajarannya diikuti oleh para pengikutnya yang ikut
hadir pada Konsili tsb. Dalam nyanyian tsb, terdapat frase:
"Putra tidak setara dengan Bapa."  Yang menyebabkan
kegemparan besar di antara para uskup.

Semua uskup yg hadir mempunyai paham yg bertentangan
dgn Arius. Arius kalah dalam kesepakatan pemahaman
Kristenitas di konsili tsb. Para uskup sepakat untuk
mengambil solusi untuk terjadinya kata sepakat berupa
pernyataan iman, yang dikenal dgn sebutan "Syahadat Nicea,"
untuk menjelaskan paham keimanan hubungan antara
Allah-Yesus-Roh Kudus. Yang sampai hari ini selalu
diucapkan bersama-sama oleh pendeta dan umat Kristen
dalam setiap peribadatan di gereja-gereja Katholik dan
Kristen Protestan. Di Indonesia dikenal dengan sebutan
"Pengakuan Iman Rasuli"


Versi Katolik
Versi Protestan


Aku percaya akan satu Allah, Bapa yang Maha Kuasa           Aku percaya
kepada satu Allah, Bapa yang Maha Kuasa
Pencipta langit dan bumi dan segala sesuatu yang                 Pencipta
langit dan bumi, segala sesuatu yang kelihatan dan
kelihatan dan tak kelihatan.
yang tidak kelihatan.

Dan akan Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang                  Dan kepada
satu Tuhan, Yesus Kristus, Anak Allah yang Tunggal,
Tunggal,

Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad. Allah dari                 yang
lahir dari Sang Bapa sebelum ada segala zaman. Allah dari
Allah, terang dari terang.
Allah, terang dari terang.

Allah benar dari Allah benar. Ia dilahirkan, bukan                Allah
yang sejati dari Allah yang sejati, diperanakkan, bukan
dijadikan, sehakekat dengan Bapa
dibuat, sehakekat dengan Sang Bapa,

segala sesuatu dijadikan olehnya.
yang dengan perantaraan-Nya, segala sesuatu dibuat;

Ia turun dari sorga untuk kita manusia, dan untuk                yang telah
turun dari sorga untuk kita manusia, dan untuk
 keselamatan kita.
keselamatan kita,

dan Ia menjadi daging oleh Roh Kudus                                    dan
menjadi daging oleh Roh Kudus

 dari Perawan Maria  dan menjadi manusia.                           dari
anak dara Maria, dan menjadi manusia.

 Ia pun disalibkan untuk kita waktu Pontius Pilatus              yang
disalibkan bagi kita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus,


Ia wafat kesengsaraan dan dimakamkan.
menderita dan dikuburkan;

Pada hari ketiga Ia bangkit, menurut Kitab Suci.                   yang
bangkit pada hari ketiga, sesuai dengan isi Kitab-kitab,

Ia naik ke sorga, duduk di sisi kanan Bapa
dan naik ke sorga; yang duduk di sebelah kanan Sang Bapa

Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang            dan akan
datang kembali dengan kemuliaan untuk menghakimi
 hidup dan yang mati;
orang yang hidup dan yang mati;

KerajaanNya takkan berakhir.
yang Kerajaan-Nya takkan berakhir.

Aku percaya akan Roh Kudus, Ia Tuhan yang                        Aku
percaya kepada Roh Kudus, yang menjadi Tuhan dan yang
 menghidupkan;
menghidupkan

Ia berasal dari Bapa (dan Putra)¹
yang keluar dari Sang Bapa dan (Sang Anak)¹,

Yang serta Bapa dan Putra, disembah dan dimuliakan.          yang
bersama-sama dengan Sang Bapa dan Sang Anak disembah dan
dimuliakan,

Ia bersabda dengan perantaraan para nabi                             yang
telah berfirman dengan perantaraan para nabi.

Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik²            Aku percaya
satu Gereja yang kudus dan am² dan rasuli.
dan apostolik.

Aku mengakui satu pembaptisan akan                                     Aku
mengaku satu baptisan untuk pengampunan dosa
penghapusan dosa.

Aku menantikan kebangkitan orang mati,                               Aku
menantikan kebangkitan orang mati
dan kehidupan di akhirat. Amin.
dan kehidupan di zaman yang akan datang. Amin.



***

Jadi,  sebenarnya Konsili Nocea di tahun 325 itu sama
sekali tidak menulis ulang ajaran Kristenitas.  Sangat keliru
jika dikatakan bahwa Konstantinus Agung-lah yang
memerintahkan penulisan suatu Injil baru,
dgn memusnahkan semua yg asli yg menulis fakta tiadanya
Keilahian Yesus (tentang kemanusiaan Yesus saja),
diganti dgn Injil "versi "Konsili Nicea" yang merekayasa
Keilahian Yesus.

Keilahian Yesus sudah diakui jauh sebelum Konstatinus
hidup dan Konsili Nicea diadakan. Keyakinan bahwa Yesus
adalah Tuhan sudah ada sejak Kristen mula-mula,
sebagaimana dapat ditemukan di beberapa bagian nats
keempat Injil, dan juga surat-surat Paulus.
Keakuratan historis yg didukung dgn penemuan2
arkeologis tentang Injil2 dan surat2 Paulus tsb dapat
ditelusiri sampai dengan masa tahun 40-an. Ratusan tahun
sebelum tahun 325.

Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes yg isinya persis
dgn Injil yg kita kenal saat ini, sudah ada jauh lebih awal
daripada masa hidupnya Konstatinus. Kanon Muratorian
(tahun 190), memuat 29 kitab dan surat dalam Perjanjian Baru.
Dua puluh tujuh di antaranya sama persis dgn Perjanjian
Baru yang sekarang. Dua lainnya adalah kitab Wahyu
kepada Petrus, dan kitab Hikmah Salomo.
Dalam perkembangannya pihak gereja kemudian
mengeluarkan kedua kitab tsb dari kanon Perjanjian Baru,
karena dianggap isinya tidak setara dgn kitab2 lainnya.

Bukti sejarah lain di luar sumber Alkitab/Injil dapat disebut
antara lain tulisan Didache, yg ditulis sebelum tahun 100,
yg antara lain berisi tulisan ttg pokok2 praktek peribadatan
Kristen dgn dasar iman Yesus adalah Tuhan.
Uskup Irenaeus (tahun 175-195), menulis: "Namun bagi
kita hanya ada satu Allah, yakni Bapa yg daripadaNya
berasal segala sesuatu dan untuk Dia kita hidup, dan satu
Tuhan saja, yakni Yesus Kristus.

Jadi, Konsili Nicea itu tidak diadakan untuk menyusun suatu
"Injil Baru." Di konsili tsb, hal ini sama sekali tidak dibahas.
Konsili diadakan untuk mempertemukan antara dua paham
yg berlawanan. Di mana salah satu pihaknya adalah Arius
dan para pengikutnya, yang memunculkan paham lain
daripada yang lain dari paham mula-mula dalam Kristenitas.
Paham Arius boleh dikatakan merupakan salah satu bidah
di era itu. Bidah2 seperti ini juga berkembang dalam
paham2 gnostikisme.

Di era modern sekarang pun masih muncul aliran2 bidah
dalam sejarah Kristen modern, termasuk di dalamnya
adalah Saksi Yehovah. Mungkin seperti aliran Ahmadiyah
dalam Islam.

Konsili juga memperdebatkan beberapa keabsahan yang
telah ada dalam kanon Perjanjian Baru. terutama Ibrani
dan Wahyu, karena tidak mencantumkan nama
pengarangnya secara eksplisit seperti kitab2 lainnya.

Kanon PB secara formal dibentuk seperti dikenal sekarang
adalah pada tahun 367.

***

Mungkin ada sebagian orang nonKristen yg menyambut
gembira "The Da Vinci Code" karena menganggap bahwa
Dan Brown telah berjasa, berhasil membongkar habis
rahasia maha besar kebohongan Kristen. Kalau bisa
Dan Brown akan diberi penghargaan olehnya, dan dielu-elukan.
Itu kalau ybs belum pernah membaca novelnya,
dan memahami isinya. Kalau sudah, dia, sebagai umat beragama,
agama apa saja, pasti akan ikut mengecam Brown.
Betapa tidak lewat novelnya tsb, Brown juga secara tersirat
hendak menyampaikan pesan kepada pembacanya bahwa
hubungan yg tepat dan benar2 dapat "melihat Allah" adalah
lewat hubungan sek bebas antara pria dengan wanita.
Yang dilakukan lewat  ritual "keagamaan" tertentu yg
menurut sejarah telah dilakukan oleh kelompok
The Priory of Zion selama berabad-abad.

Menurut Brown, ritual seks merupakan salah satu bagian
ritual agama yg benar, merupakan cara yg dikehendaki
Allah untuk dapat "bertemu dgn Allah." Ritual seks tsb
dapat dilakukan oleh setiap pria dan wanita di dalam ritual
keagamaan untuk dapat mencapai tingkat tertinggi
"merasakan kehadiran Allah."

Novel tsb menyatakan, menurut sejarah ritual seks dalam
upacara "keagamaan" seperti itu sudah sejak berabad-abad
lalu dilakukan oleh kelompok The Priory of Zion.
Jacques Sauniere, pimpinan The Priory of Zion, kakek dari
Sophie Neveu, yang diceritakan dibunuh pada awal novel
ini oleh Silas, pengikut Opus Dei, biasa melakukan ritual
seks tersebut di ruang bawah tanah rumahnya bersama
anggota Prory of Zion lainnya.

Sepintas kelihatannya upacara ritual seks guna dapat
merasakan kehadiran Allah ini mirip dgn kelompok yg
menamakan diri dgn sebutan "Children of God" yg sekitar
tahun 1980-an pernah menghebohkan dunia, termasuk di
Indonesia. Children of God juga dalam setiap
"peribadatannya" selalu mengada sesi ritual hubungan seks
antara pria dengan wanita sesama anggota Children of God.
Alasan dan dasar pemahaman kelompok sesat ini
mirip-mirip dgn apa yg dituturkan oleh Brown, yakni lewat
ritual seksa tsb, manusia dapat merasakan kehadiran Allah
sesungguhnya.

Apakah ada kaitannya antara keduanya?

***


Di  berbagai buku dan seminar yang membahas buku tsb,
banyak diungkapkan tentang kekeliruan2 yg diklaim
Dan Brown sebagai fakta sejarah, termasuk kode2 rahasia
yg katanya disembunyikan di dalam banyak lukisan2,
dan artefak2 lainnya. Termasuk pada lukisan Monalisa.


Misalnya, pada novel dan filmnya, diceritakan melalui
penuturan Sir Leigh Teabing, bahwa terdapat kode rahasia
pada lukisan "The Last Supper", yakni yg digambarkan oleh
Leonardo,  orang yg duduk di sebelah kanan Yesus,
sebenarnya adalah Maria Magdalena, bukan Yohanes,
sebagaimana diyakini selama ini. Buktinya, menurut novel tsb,
wajah orang yg dipercayai selama ini sebagai Yohanes
bukan wajah seorang laki2, tetapi wajah seorang perempuan!


Kita yg belum pernah membaca dan mengetahui riwayat
dan sifat2 Leonardo pasti akan terpengaruh karenanya.
Karena ketika kita simak, ternyata benar adanya bahwa
 wajah orang yg duduk di sebelah kanan Yesus itu adalah
wajah seorang perempuan yg halus. Tetapi, benarkah itu
wajah seorang perempuan? Kalau pun benar,
lalu di manakah Yohanes dlm lukisan tsb?


Salah satu lukisan yg paling terkenal di seluruh dunia itu
adalah pesanan gereja kepada Leonardo Da Vinci untuk
menggambarkannya di dinding Gereja Marie delle Grazie
di Milan, Itali. Apakah masuk akal kalau Leonardo berani
menggambar seorang perempuan di situ, tanpa diketahui
pihak gereja yg pada masa 500 tahun yg lalu itu terkenal keras?
Tidak masuk akal kalau gereja tidak menyadari bahwa
lukisan itu adalah gambar dari seorang perempuan.


Kembali pada pertanyaan di atas, apa betul itu gambar
seorang perempuan?


Leonardo merupakan salah satu pelukis pada waktu itu yg
mempunyai pandangan bahwa seorang laki2 yg sempurna
adalah seseorang yg berwajah halus seperti perempuan.
Pelukis terkenal lainnya yg mempunyai perpesktif yg sama
adalah Sandro Filipepi Botticelli. Maka, tidak heran,
kalau di dalam lukisan2 Leonardo, terdapat beberapa
lukisan yg menggambarkan laki2 yg berwajah mirip perempuan.
karena sosok seperti itu dianggap yg paling ideal.
Salah satu bukti yg berbicara ttg itu adalah sebuah lukisan
lain karya Leonardo, yg disebut "Malaikat Jasmani."
Di mana digambarkan sosok seorang malaikat yg berjenis
kelamin pria (lengkap dgn alat kelaminnya), tetapi dgn
wajah seperti perempuan (lihat attachment).


Masih banyak lukisan-lukisan yg berasal dari era tsb yg
menggambarkan laki-laki yg ideal yg berwajah halus mirip
perempuan. Karena pandangan umum yg berkembang di
abad pertengahan tsb, sosok pria yg idel adalah yg berwajah
seperti perempuan. Halus wajahnya, halus budi pekertinya.


***

Karena karya Dan Brown, baik novel, maupun filmnya yang
diproduser oleh Ron Howard  yang mengaku sebagai
seorang atheis, merupakan suatu hujatan terhadap ke-Kristen-an,
apakah sikap dari umat Kristen itu sendiri? Apakah boleh membaca,
dan menonton filmnya? Selanjutnya bagaimana?

Pada zaman Kristus, Yesus telah dijual oleh Yudas dgn uang
30 keping perak. Pada zaman moderen, sekarang ini,
Yesus juga telah dijual oleh Dan Brown dgn jutaan dollar Amerika.
Diikuti oleh Sony Pictures, dgn filmnya.

Ada orang yg bersikap terlalu "liberal" dgn berkomentar:
"Itu 'kan cuma novel, cuma cerita fiksi, Kalau tidak benar,
kenapa orang Kristen bereaksi secara berlebihan?

Saya akan menjawab, memang betul ini hanya cerita fiksi,
hasil khayalan dari seorang Dan Brown, tetapi apakah
orang yg berpendapat seperti itu, bersedia bila saya
membuat sebuah novel, di mana saya menggunakan nama
orangtuanya dan anggota keluarganya yg lain,
sebagai tokoh2 dalam cerita saya tsb. Di mana dalam novel
saya itu, saya menceritakan bahwa orangtua dan
keluarganya itu sebenarnya adalah bagian dari suatu
organisasi kejahatan internasional turun temurun yg
mengornasiri perdagangan budak, narkoba, pelacuran,
kudeta di berbagai negara, terorisme, dll? Saya akan
membuat novel saya itu dgn mengaitkannya dgn bukti2
historis yg bisa saja saya kait-kaitan sehingga seolah-olah
benar2 cocok, dan dapat mempengaruhi opini orang yg membcanya.
Apabila orang tersebut konsekuen, seharusnya tidak boleh marah,
tidak boleh bereaksi secara berlebihan seperti yg dia katakan,
karena toh ini hanya cerita, fiksi?

Ketika banyak bidat2 dari gereja, tokoh reformasi Kristen Protestan,
Marthin Luther berujar: “Kita tidak bisa melarang burung
beterbangan di atas kepala kita, tetapi kita bisa
mencegahnya agar tidak bersarang di kepala kita!”

Kita tidak perlu, dan tidak bisa melarang Dan Brown,
atau siapapun menulis novel/buku sejenis ini, tetapi kita
perlu dan bisa untuk mencegah agar kita dan sesama umat
Kristen lainnya jangan sampai terjebak dan terperosok oleh
penghujat-penghujat dengan karya2 tulis, termasuk karya2
 sinema mereka.

Reaksi tentu saja harus ada. Tetapi harus tetap dalam
koridor intelektualime yang bersadarkan pada faktor2
teologis dan kajian sejarah teologis yg kita yakini sesuai dgn
kemampuan yg ada pada diri masing2.
Untuk itu kita yg awam ini, mengharapkan para tokoh
agama Kristen, para sejarahwan agama yg betul2 obyektif
dapat memberi pencerahan2 bagi kita semua.

Dr. Darrell L. Bock, professor Perjanjian Baru di
Dallas Theological Seminary, misalnya, tidak dapat
menyembunyikan reaksinya, setelah membaca novel
The Da Vinci Code. Dia berkomentar soal novel populer
karya Brown itu, "No longer is The Da Vinci Code a mere
piece of fiction. It is a novel clothed in claims of historical truth,
critical of institutions and beliefs held by millions of people
around the world." Jadi, kata professor ini, Da Vinci Code
memang bukan sekedar novel fiksi biasa, tetapi sebuah
novel yang diselubungi dengan klaim kebenaran historis
dan kritik terhadap institusi dan kepercayaan agama Kristen.

Maka, Bock mengerahkan kemampuannya untuk menulis
bantahan terhadap novel ini. Melalui bukunya,
Breaking the Da Vinci Code (Nashville: Nelson Books, 2004).
Bock melakukan kajian historis untuk mengritik berbagai
fakta sejarah yang disajikan dalam novel "The Da Vinci Code".
Bock hanyalah satu dari puluhan teolog Kristen yang
tersengat dengan "The Da Vinci Code" . Di toko-toko buku
internasional, kini berjejer puluhan buku yang memberikan
kritik terhadap novel Brown.


Namun demikian juga, menurut saya, kita tidak boleh
terlalu idealis dan tertutup menghadapi fenomena semacam ini.
Sebelumnya, kita tahu kontroversi novel tsb  dari berita
dan orang2 yg telah membacanya. Yang memberi banyak
komentar dan pendapatnya. Kita tidak boleh ikut-ikutan,
ikut arus secara membabi buta berdasarkan idealisme sempit,
mengemukakan pendapat bahwa benar itu hujatan
terhadap Kristen, dan jangan sekali-kali membaca novel
dan menonton filmnya. Tanpa mengetahui sendiri apa
sebenarnya isi dari cerita tsb. Kita harus membacanya sendiri,
dan dari sini barulah kita dianggap valid untuk
mengemukakan pendapat dan sikap kita sendiri.
Bagaimana bisa kita berkomentar, memberi penilaian yg obyektif,
tanpa mengetahui apa yg sebenarnya isi dari ceritanya?

Kalau setelah membacanya, menurut penilaian kita,
benar ini suatu hujatan. Lalu, bagaimana, sikap kita selanjutnya?

Demikian juga dgn penyebaran buku, dan filmnya.
Termasuk VCD/DVD-nya. tidak perlu dilarang.  Kalau toh,
ke-Kristen-an yakin seyakin-yakinnya akan kebenaran Injil,
maka sedahsyat apapun hujatan, tidak akan menguncang
iman ke-Kristen-an. Biarlah semua orang mengetahui apa
isi dari hujatan tsb. Dan marilah, kita buktikan bersama
dalam proses sejarah manusia, siapakah yg benar,
dan siapakah yg salah. Kebenaran akan selalu menang.
Lawan darinya akan habis termakan waktu.



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke