yang logical dan yang instinctual, ternyata pasti klop

Umar Alhabsyi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: To: <[EMAIL PROTECTED]>,
 <[EMAIL PROTECTED]>
From: "Umar Alhabsyi" <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Tue, 10 Oct 2006 12:52:31 +0700
Subject: [islamalternatif] Fw:Bahan Bacaan dan Cernaan otak Kiri dan Kanan

          Assalamu alaikum Wr.Wb.
 Di bawah ada sebuah cerita menarik mengenai  pengalaman spritual seseorang 
dalam proses melakukan ibadah Umroh. Semoga  bermanfaat.
  
 Wassalam,
  
 <<Umar.A>>
  
  
 Bahan  bacaan dan cernaan otak kiri dan kanan. 


-------Original  Message-------
From: Dian Yudiana


1.Latar Belakang 

Prinsip  utama saya sejak beranjak dewasa sampai sebelum perjalanan umroh ini 
adalah :  "Tak ada keajaiban".  

Segala sesuatu harus masuk logika, masuk  akal, dan jauh dari hal-hal yg tak 
masuk akal. Segala sesuatu mesti ada  penjelasan ilmiahnya. 

Oleh karena itu pandangan saya selalu mengacu  kepada konsep hukum-hukum 
fisika, sosial, dan hukum psikologi. Tak ada kejadian  yg pernah bisa melanggar 
hukum alam. Setiap pohon pisang akan berbuah pisang,  setiap mahluk hidup 
mempunyai siklus biologi sesuai spesisnya, setiap apapun  didunia ini tidak ada 
yg bisa lepas dari hukum absolut alam semesta. 
Takkan  pernah ada cimpedak berbuah nangka kecuali dalam sajak. Takkan pernah 
ada orang  kebal peluru. Takkan pernah ada keajaiban, keanehan, atau anomali 
hukum alam.  

Sebelumnya saya hanya tertawa mendengar cerita-cerita keajaiban ataupun  
kejadian luar biasa yg kerap terjadi pada orang yg melakukan ibadah haji atau  
umroh di tanah suci. Mungkin itu hanya kebetulan, atau mungkin itu hanya bohong 
 belaka. 

Sehingga kajian saya mengenai telaah agama islam, selalu mengacu  kepada 
analisa, sentesa, konseptual, dan hipotesa.  

Pendeknya, tak  ada alat yg saya miliki untuk telaah tsb selain metode ilmiah, 
sampai saya  dipaksa harus menyadari instrumen lain yg sesungguhnya ada dan tak 
pernah saya  gunakan. 

2. Perjalanan I : Jkt-Jeddah 

Saya berangkat dengan apa  adanya menuju Jeddah. Instruksi saya kepada 
secretaries yg membooking perjalanan  untuk mengambil paket yg paling murah, 
paling singkat, dan paling efisien.  

Boleh dikata niat saya bukan untuk ibadah, tapi untuk sebuah hipotesa.  

Diperjalanan, saya bertemu dengan seorang Haji yg telah beberapa kali  berhaji 
dan berumroh, Bp H Tabrani (63), mantan walikota Jakarta Timur,  
kelahiran Aceh. 

Kamipun terlibat diskusi dipesawat. Saya katakan  bahwa saya datang ke Mekkah 
bukan untuk cari umur panjang, rejeki, kemakmuran,  kekayaan, dsb. 
Saya katakana saya hanya ingin mencari petunjuk, hidayah  bahwa Al-Qur'an 
adalah memang benar datangnya dari Allah dan bukan konsepnya  Muhammad . 
Saya ingin tahu hipotesa saya benar atau salah. 

H.Tabrani  berkata, " Insya Allah you akan dapat semua itu. Namun semua akan 
tergantung  dari cara you memandangnya, apakah fenomena itu adalah sebuah 
petunjuk, atau  hanya sebuah kebetulan ". 

2.1 Kejadian 1 

Beberapa saat setelah  beliau bicara, tiba-tiba mesin pesawat mati satu. 
Penumpang pun diharap  kembali ketempat duduk masing-masing dan memasang sabuk 
pengaman.  

Penerbangan baru berlangsung 45 menit. 5 menit kemudian kedua mesin  Boeing 747 
disayap kiri mati. 

Pilot pun memberitahukan bahwa pesawat  harus kembali ke Airport Soekarno 
Hatta. 

Kemudian pesawat mengalami  turbulens yg menyeramkan disertai jeritan 
penumpang, sementara saya melihat  kejendela pembuangan bahan bakar mulai 
dilakukan. 

Ini merupakan  pemandangan yg sama sekali tidak menyenangkan. 

Saat itu saya mulai takut  dan berfikir tentang kematian. Berkali-kali saya 
terbang, baru kali ini  mengalami kejadian yg demikian. 

Apakah tempat yg saya tuju memang luar  biasa ? Ataukah ini hanya kebetulan 
saja ? 

Dengan sisa mesin dan  kekuatan yg ada, pesawat terbang miring dan mendongak, 
sementara yg saya lihat  dibawah hanya lautan lepas. 

Namun akhirnya pesawat dapat mendarat di  Soekarno Hatta dengan selamat, 
diiringi beberapa mobil pemadam yg siap siaga.  

Kami semua di inapkan di Horison Hotel-Ancol. 
Di Hotel diskusi saya  dengan Bp H Tabrani berlanjut. 
Saya tanya ; Aca :" Pak Haji, kok susah bener  ya mau ke Mekkah aja ?" 
" Baru kali ini saya saya naik pesawat kayak begini"  
H Tabrani : " You kurang niat kali... ini khan bukan perjalanan biasa".  
Aca : Apanya yg luar biasa. Secara teknis tetap sama" 
H Tabrani : "  Wah...you boleh pilih, melihat ini sebagai sebuah Kebetulan, 
atau sebuah  kebesaran Allah ! " 
Aca : " Tapi Pak, kenapa kalau Allah mau kasih pelajaran  Semua satu pesawat 
terkena getahnya, padahal khan Ada penumpang lain seperti  Bapak yg sudah 
berniat bulat umroh tetapi juga batal ". 

H Tabrani : "  Andry...you khan tahu tidak semua penduduk Indonesia bobrok 
mentalnya, tetapi,  jika Allah mau kasih pelajaran khusus - hampir 
seluruh rakyat Indonesia  terkena dampaknya". " Bisa jadi karena you dengan 
niat hipotesa atheis itu -  kita semua satu pesawat terkena 
akibatnya". "Coba dech.. you pikirin ! "  

Akhirnya saya mulai tafakur, mencoba untuk merendahkan hati, sholat  isya' - 
dan membaca niat untuk umroh. 

Saya mulai membuka-buka buku-buku  petunjuk menjalankan umroh. Walau saya 
jarang (hampir tidak pernah) berdo'a,  saya baca-baca do'a nya. 

2.2 Kejadian 2 

Esoknya kami berangkat  dengan pesawat lain. Dan ketika itu saya melonjak 
kegirangan, karena saya di  up-grade ke first class. 

Waduh, enak juga, 10 jam terbang tanpa harus  berdesakan dengan fasilitas 
lainnya yg tidak sama dengan economi. 
Tiba-tiba  H Tabrani datang, " Wah you koq disini ? 
" Aca : " Alhamdulillah saya di  up-grade Pak " 
H Tabrani : " Waduh...enak benerrrr, you udah niat umroh ? "  
Aca : " Udah Pak, semalam saya tafakur, berdo'a dan membaca niat " 
H  Tabrani : "Bagus kalau begitu. You sekarang melihat kan Allah bisa 
memberikan  imbalan kenikmatan secara Langsung " 
Aca : "Loh tapi Pak Haji, ini khan  petugas maskapai yg Ngatur!?" 
H Tabrani : " Bukan ! ini Allah yg ngatur,  melalui tangan petugas" 
Aca : " Wah ini mungkin hanya kebetulan saja Pak !"  " Nggak masuk akal kalo 
Cuma karena niat, saya langsung diberi kenikmatan oleh  Allah ". 
H Tabrani : " OK... khan saya sudah bilang dari kemarin, semua  Terserah you 
saja, apakah you mau melihat dengan kacamata Kebetulan, atau  kacamata iman !" 

H Tabrani pun mulai sewot dengan saya. Entah karena  nggak di up-grade atau 
karena sikap saya yg dianggapnya wangkeng. 

2.3  Kejadian 3 

Dipesawat, saya dikenalkan oleh pramugari kepada 2 orang  penumpang yg menekuni 
manajemen pikiran. 

Dian, pramugari yg sebelumnya  terlibat diskusi agama dengan saya dan H 
Tabrani, menyarankan agar masalah saya  diungkapkan kepada mereka. Kamipun 
berkenalan, seorang bernama Nur Cahyo,  seorang lagi bernama Kartiko (mungkin 
muridnya). 

Saya jelaskan  permasalahan utama saya. Akhirnya ia menjelaskan, " Sdr Andry, 
selama ini saya  tahu anda telah banyak berupaya, namun upaya itu belum 
optimum. Apa sebab -  karena sdr hanya menggunakan sebahagian yakni bagian kiri 
saja dari otak sdr ".  

"Karena otak, mempunyai 2 belahan, belahan kiri yg fungsinya untuk  
menganalisa, kalkulasi, logika, konsentrasi, hipotesa, dsb, dan belahan  
kanan yg berfungsi mencerna keindahan, emosi, seni (spt musik), euphoria,  
keimanan, dsb. Kedua belahan otak tsb harus sdr gunakan. 

Wajar kalau  saudara hanya mengandalkan analisa dan mendewakan sirkuit logika". 

"Ada  daerah kekuasaan Tuhan yg tidak dapat dianalisa dan didiskusikan. 
Daerah tsb  hanya dapat dicerna oleh perasaan yg kita sebut iman". 

"Loh...itu khan  basic prinsip Quantum Learning, saya tahu benar itu ", kilah 
saya.  
"Betul...bagus kalau anda tahu - tapi pernahkah anda terapkan dalam  pencarian 
ini ?". 

Saya mulai bingung dengan pertanyaan Kartiko. 
Saya  tahu benar ilmu itu, karena saya sering jadi pembicara tentang metode 
belajar  dan bekerja menggunakan keseimbangan otak kiri - kanan. 

Kepala saya  seperti dipentung oleh senjata saya sendiri. 

Kartiko melanjutkan, "Jika  yg sdr cari adalah petunjuk, ia dapat berupa ilham, 
mimpi, atau fenomena dan  kejadian-kejadian yg tak masuk akal. 
Sdr tak akan bisa menelaah semua itu  nanti di perjalanan dengan otak kiri 
(analisa) saja. 

Hasilnya akan sdr  pisah-pisah dan terlihat tidak berkaitan satu sama lain. 

Namun apabila  sdr gunakan juga otak kanan (intuisi/rasa/ iman), hasilnya akan 
sangat  menakjubkan" . 

H Tabrani pun ikut terlibat diskusi, dan ia banyak  membenarkan perkataan 
Kartiko. 
Sebelum Kartiko kembali ke kursi duduknya,  saya bertanya kepadanya, "Anda 
kuliah dimana ?". 

Kartikopun menjawab  "Politeknik Mekanik Swiss". 

"Astaga, angkatan berapa ?". 
"Angkatan  88", jawabnya. 

Akhirnya, kami pun bertambah mesra. 

Saya mulai  menarik hipotesa dengan kedua belahan otak saya ; 

1. Apakah instrumen  ini berguna (telaah menggunakan kedua belahan otak)untuk 
pencarian saya ? 
2.  Kenapa saya tak pernah menggunakannya, padahal saya tahu dan gandrung 
dengan  ilmu itu ? 
3. Apakah ia hanya seorang kenalan di pesawat, atau kah sebuah  petunjuk agar 
saya menggunakan instrumen itu dalam perjalanan sekarang dan nanti  ? 
4. Apakah pertemuan kami ini hanya sebuah kebetulan ? 
5. Apakah  Kartiko juga seorang yg kebetulan berlatar belakang pendidikan sama 
dengan saya  sehingga jalan berfikir kami sepertinya klop !? 

Saya kembali membahas  ini dengan H Tabrani. 
Beliau seperti biasa sambil sewot, " Terserah...you  mau lihat dari kacamata 
kebetulan atau kacamata kebesaran Allah !".  

Sayapun mulai tak percaya dengan diri saya. 
Saya mulai goyah dengan  pandangan saya selama ini. 

2.4 Kejadian 4 

Akhirnya kami pun tiba  di Jeddah, yg kemudian perjalanan disambung ke Madinah. 
Malam hari kita  berangkat sholat Isya' ke Masjid Nabawi. Disini Rasululloh 
dimakamkan, jelas H  Tabrani. 
"Kok kuburan di Masjid Pak Haji, nggak bener itu !" 
"Wah you  ini mau sholat apa nggak !". "You khan bisa sholat karena orang yg 
dimakamkan  disini !". 
Tanpa banyak bantah saya ikuti ajakannya sholat diluar (halaman)  Masjid 
(karena larut, pintu masuk sudah ditutup). 
Saya sholat tepat  disamping pintu makam Rasululloh, sedang H Tabrani sholat 5 
meter didepan saya.  

Tiba-tiba, baru saja saya takbiratul ihrom, pintu disamping saya  berdebum. 
Sayup-sayup berdebum. Seperti suara orang kerja. Tapi lebih mirip  suara orang 
marah-marah membanting meja atau kursi. 

Tiba-tiba perasaan  takut saya datang. 
Akhirnya saya batalkan sholat saya, pindah menjauhi makam  Rasululloh. 
Makam orang yg saya pikir pembuat Al-Qur'an. Dan saya mulai  dihantui pemikiran 
tersebut. Sholat saya sudah nggak bisa khusuk lagi.  

"Andry...kamu kenapa pindah sholatnya ?", tanya H Tabrani. 
"Nggak  tahu tuh Pak, ada suara berisik dipintu, sepertinya pintu itu mau 
dibuka orang  ", jawab saya. 
"Suara berisik apa ". 
"Loh Pak Haji nggak denger barusan  " 
"Enggak ah..., Iqbal...kamu dengar suara ?" "Enggak Pak..."  

Perasaan saya mulai nggak karuan. Rasa takut dicampur rasa bersalah.  

Saya coba analisa pakai belahan kiri, bahwa mungkin posisi saya yg tegak  lurus 
dengan pintu menyebabkan saya bisa dengar, namun mereka karena tidak tegak  
lurus, mereka tak bisa mendengar. 
Tapi harusnya juga dengar. Mustahil tidak,  karena suara itu keras koq. 

Akhirnya saya ceritakan ke H Tabrani tentang  perasaan kacau saya. 
Saya ceritakan bahwa saya pernah menulis e-mail yg  berpendapat apakah semua 
ini bisa-bisa nya Muhammad. 

Kala itu saya tetap  menyangsikan kronologi turunnya wahyu. Hingga saya 
mensejajarkan posisi Muhammad  dengan Napoleon, Karl Marx, Einstein, 
Aristoteles, Plato, dan pemikir besar  dunia lainnya. 

"Wah...kalau you udah sadar itu salah, you mesti minta  maaf besok didalam 
Masjid, tepat disamping makamnya kalau bisa ", kilah H  Tabrani. 

Esok hari, pagi-pagi sekali kami bangun, berangkat menuju  Masjid Nabawi. 
Masjid besar dengan halaman yang juga besar. 
Dengan  terhuyung sambil ngantuk (karena nggak biasa bangun dan sholat shubuh) 
saya  berjalan menyusuri halaman Masjid seperti menyusuri 2 kali panjang 
lapangan  bola. 
Seluruh lantainya ditutupi Pualam putih. 

Setelah melewati  pintu utama, saya berjalan memasuki ruang dalam Masjid area 
perluasan King Fadh.  

Saking besarnya, pandangan lepas kita tak dapat melihat ujung Masjid  lainnya. 
Lantai, dinding dan Tiang ditutupi marmer yg dipolish licin.  

Setiap tiang terdapat lubang AC yg dapat mengatur suhu ruangan otomatis.  

Kami terus berjalan menuju Raudah (batas bangunan asli Masjid yg  dibangun 
Muhammad) melewati area perluasan King Azis. 
Antara perluasan King  Fadh dan King Azis terdapat Kubah yg dapat terbuka dan 
tertutup otomatis.  
Sempat terfikir oleh saya, betapa besar biaya yg diperlukan untuk ini semua.  
Namun saya coba tahan pemikiran negatif itu dan menggantikannya 
dengan  fikiran betapa besar pengaruh Muhammad sampai sekarang hingga dapat 
terwujud  Masjid sebesar dan seagung ini. 

Kamipun hampir mencapai Raudhah, namun  tak bisa masuk karena penuhnya. 
Setelah sholat Shubuh, saya dianjurkan H  Tabrani untuk berdo'a di area 
Rhaudah. 
"Kenapa .?", tanya saya. 
"Berdoa  disana Insya Allah lebih amat makbul (dijawab oleh Allah terhadap 
permintaan doa  kita). 
Sempat terbesit pertanyaan saya, apakah doa orang yg berdoa di Masjid  Dago 
Atas tidak makbul ? 
Namun saya mulai menahan diri terhadap pemikiran  dan pertanyaan model itu. 

Setelah berdoa, kamipun berdesakan keluar  melalui Pintu Jibril, pintu yg 
melewati tepat muka makam Rasululloh. 
Saya  ambil barisan paling kiri, barisan yg paling dekat dengan sisi makam. 
Kami  berjalan berdesakan, perlahan, penuh sesak namun sangat tertib. 
Dari  kejauhan saya melihat pagar makam yg didalamnya gelap tak ada cahaya. 
Dalam  antrian perlahan saya mendekati makam. 
Didalam pagar terlihat tiga makam yg  ditutupi kain. 
Saya tak tahu yg mana Makam Rasululloh, yg mana makam Abu  Bakar, dan yg mana 
makam Khadijah, isteri Nabi. 

2.5 Kejadian 5  

Disepanjang makam berdiri 4 orang tua dengan badan tinggi bersorban yg  selalu 
menepis tangan orang yg mencoba memegang pagar dengan meratap.  
"Musyrik !!!", hardiknya. 
Mereka senantiasa menjaga perilaku setiap  orang yg mencoba ziarah dengan 
kelakuan aneh. 
Disini saya mulai mengerti  arti Islam sebagai agama Tauhid. 
Agama yg berillah hanya dan hanya kepada  Allah. Tiada kepada yg lain, tiada 
pula kepada para Nabinya. 
Nabi hanya  sebagai pembawa RisalahNYA, MandatarisNYA, dan bukan tempat untuk 
meminta atau  berdo 'a. 
Nabi juga bukanlah anakNYA, karena beranak pinak adalah perilaku  ciptaaNYA dan 
bukan salah satu sifatNYA/perilakuNY A. 
Musyrik atau Syirik,  mensyarikatkan Allah dengan sesuatu lainnya adalah 
satu-satunya perbuatan dosa  yg tidak pernah diampuni Allah. 

Bukan maksud saya menyindir, tapi sering  kali orang melakukan "HUMANISASI" . 
Imajinasi bentuk alien (mahluk luar  angkasa) tak pernah jauh lari dari bentuk 
manusia, berbadan, berkepala,  bertangan dan berkaki. 
Film-film kartun Hollywood, selalu menampilkan bentuk  perilaku binatang yg 
bertingkah polah bagai manusia, dan berbentuk fisik yg  sudah dirobah menjadi 
mirip manusia. 
Dongeng-dongeng binatang buku cerita  untuk anak kecil juga demikian. 
Robot-robot sekarang dan masa  datang,mengambil analogi kerja tubuh dan bentuk 
badan manusia. 
Sampai-sampai  Tuhan atau Dewa-dewa yg digambarkannya pun mirip bentuk manusia. 
Adapula yg  menganalogikan perilaku Tuhannya seperti manusia dengan perilaku 
beranak pinak.  
Disini saya merasa mendapat petunjuk, bahwa Muhammad NabiNYA, bukan anakNYA,  
bukan tempat meminta. 

Ketika saya tiba persis dimuka makam, seseorang  dengan suara yg berat 
dibelakang saya berkata perlahan. Tidak keras namun tidak  berbisik. 
Kedua tangannya memegang pundak saya dari belakang. 

Ia  berkata dalam bahasa Arab, " Ya Rasululloh.. .ini aku, aku datang kepadamu, 
 bukan untuk meminta sesuatu yg lain. 
Aku hanya ingin meminta maaf kepadamu  ya Habiballoh. 
Aku hanya mengagumimu namun aku tak pernah memujimu. 
Aku  fikir aku telah menempatkanmu pada posisi yg tinggi, namun ternyata engkau 
lebih  mulia dari itu. 

Aku tidak mencela engkau namun aku sadar aku telah  melecehkan engkau. Aku 
minta maaf ya Rasululloh". 

Pembaca, saya dapat  mengerti hampir seluruh ucapannya dalam bahasa Arab itu, 
namun saya belum pernah  belajar Nahu sorob atau bahasa Arab ! 
Saya jadi bingung sendiri. Saya lihat  dipundak saya salah satu tangannya yg 
memegang pundak saya dari belakang, besar  sekali dan hitam legam. Waktu saya 
menolah kebelakang, orang tersebut seperti  dari Afrika, tinggi luar biasa, 
hitam legam. 
Ia mengucapkannya sambil  merintih menahan tangis. 
Rasa haru, menyesal luar biasa, dan sedikit  ketakutan pun menyelimuti saya. 
Saya tak ucapkan kata apapun. Semua yg akan  saya ucapkan telah diucapkan orang 
dibelakang saya dalam bahasa Arab yg saya  tiba-tiba mengertinya. 

Keluar pintu Jibril, saya menunduk menahan tangis  dan haru, agar tak terlihat 
H Tabrani dan Iqbal puteranya. 
H Tabrani tahu  itu. Merekapun mempercepat langkah agar tetap didepan saya. 
Saya coba cari  orang tinggi besar hitam tadi. 
Mungkin karena ramai kerumunan, saya tak  dapat menemukannya. 

Sesampai di Hotel, kamipun mendiskusikannya.  Terutama tentang dapat 
mengertinya saya terhadap ucapan dalam bahasa Arab.  

Saya bilang : "Mungkin begini Pak, karena saya dihantui rasa  bersalah,dan 
memang saya akan berkata minta maaf, maka persepsi saya terhadap  apa yg 
diucapkan orang tadi adalah persepsi fikiran saya". 

H Tabrani :  "Itu mungkin. Mungkin saja. Tapi mungkin juga petunjuk, bahwa 
beliau  (Rasululloh) tahu benar isi hati anda, dan beliau dengan 
ahlaknya yg mulia  sudah memaafkan you tentunya". 

Aca : " Ah...masak sich Pak. Sedemikian  mudah dan cepatnya saya mendapat 
petunjuk " 

H Tabrani : " Temen you dan  saya khan sudah berkali-kali mengatakan, semua itu 
terserah you saja.  

Apakah you mau anggap itu semua kebetulan atau sebuah petunjuk.  Berkali-kali 
saya mengatakan - terserah you saja !" 

Saya mulai tak  banyak membantah. 
Saya benar-benar mulai berfikir, bahwa tak ada yg namanya  kebetulan. 
Semua sudah ada aturannya, semua sudah ada sebab akibatnya.  
Ada sebuah "hukum sebab-akibat" yg berlaku absolut dialam semesta ini.  
Hukum Sebab-Akibat itu diatas hukum-hukum lainnya. 
Juga diatas hukum  fisika, sosial, maupun psykologi yg saya anut selama ini. 

Saya mulai  meyakini ini sebagai Hukum Sunatulloh, dan bukan hukum psikologi. 

Bukan  efek kebetulan karena rasa bersalah. Bukan efek kebetulan kondisional 
akibat  suasana yg khusuk, sakral atau magic/angker. 

Melainkan hukum Sunatulloh  kepada orang yg mencari ridhoNYA, orang yg mencari 
jalan yg diridhoNYA.  

Namun saya tak berani berfikir bahwa saya sudah berada pada jalan yg  benar, 
dalam "The right track". 

Namun yg jelas, saya mulai lebih  berhati-hati dan tidak gegabah. 

3. Perjalanan di Madinnah  

Setelah melewati waktu Zuhur, kami melakukan City Tour, ketempat-tempat  
bersejarah antara lain, Masjid Kuba - Masjid pertama di Madinnah yg 
dibuat  Rasululloh, Masjid Kiblat - Masjid dimana ditengah sholat Rasululloh 
mendapatkan  wahyu untuk sholat menghadap Ka'bah/Mekkah, yg 
sebelumnya menghadap Masjidil  Aqso', sehingga sholat tersebut beliau lakukan 2 
roka'at menghadap Masjidil  Aqso' dan 2 roka'at sisanya 
menghadap Ka'bah. Karena kasus ini orang Kafir  Quraisy berkomentar Muhammad 
pemimpin yg plin-plan. 

Dibimbing oleh Tour  Guide, kami berkunjung ke Jabal Uhud, tempat dimana 
terjadi Perang Uhud.  

Terlintas dibenak saya cuplikan film "The Massage" dimana Hamzah,  Panglima 
perang kaum Mukmin yg dibunuh dengan tombak oleh salah seorang budak  suruhan 
Hindun, isteri Abu Sofyan, pemimpin kaum kafir Quraisy yg sangat  memusuhi 
Nabi. 

Pada peperangan tsb kaum Muslimin kalah yg disebabkan  tindakan indisipliner 
pasukan panah. 

Kami juga mengunjungi makam  Fatimah, dimana dekat makam dahulunya terdapat 
parit besar yg dikenal sebagai  Perang Khandak. 

Perang dimana pada saat itu kaum kafir dari berbagai  bangsa dan negara 
memboikot dan meng-embargo kaum muslim selama kurang lebih 2  tahun, dimana 
sekeliling Madinnah pada saat itu dibuat Parit besar yg  memisahkan/melindun 
ginya. 
Disini saya melihat bahwa perjuangan Rasulloh  adalah bertahan dan bukan 
menyerang. 

Konsep yg diajukan Rasululloh adalh  sebuah konsep dimana penguasa kafir tidak 
menyukainya. 

Konsep tsb hanya  mendapat tanggapan dari kaum Anshor yg bertempat tinggal di 
Madinnah hingga Nabi  harus hijrah/pindah kesana. 

Saya akhirnya bertanya kepada Tour Guide,  bagaimana dengan tindakan Nabi yg 
saya anggap ekspansi nekat yakni tindakan Nabi  mengirim surat dari Madinnah 
kepada Mekkah, Mesir, Roma, Persia, Abesinia, dan  Negos(Ethiopia) . 
Madinnah tidak sebesar dan sekuat Mekkah, namun tindakan  Nabi mengirim surat 
kepada Negara-negara tsb adalah nekat (kalau tidak mau  dibilang gila). 

Analoginya mungkin seperti Vietnam, negara kecil yg baru  berdiri, tanpa 
angkatan bersenjata yg jelas, mengirim pesan kepada Indonesia,  Australia, 
Amerika, Rusia, dan European Community untuk takluk dan tunduk  dibawah 
kekuasaanya. 

"Oh tidak, ini tidak seperti demikian ", jawab Tour  Guide. "Urusan Raululloh 
bukan urusan kekuasaan. Konsep Rasululloh bukan konsep  negara, 
sehingga surat yg dibuat bukan surat kekuasaan . Surat itu berisikan  ajakan 
beragama Islam. Konsep Rasululloh adalah konsep agama, bukan 
konsep  pemerintahan" . 

"Lho, kalau bukan urusan kekuasaan, bagaimana dengan  Daulat Bani Umayah, 
kepemimpinan Islam setelah Ali, yg ekspansi kekuasaanya  dengan cepat dan pesat 
sampai ke Cordova, Spanyol, daratan China, dan berbagai  belahan dunia lain, 
sehingga Islam tidak hanya bicara didalam Masjid, namun juga  dipemerintahan, 
dimasyarakat, hingga berlaku hukum yg hanya kita dengar sekarang  secara 
sayup-sayup 'hukum Islam' ? 

Bagaimana kita memberlakukan sebuah  peraturan tanpa adanya kedaulatan ? 

Bagaimana kita bicara rajam bagi yg  berzinah, sementara lokalisasi pelacuran 
mendapat izin dari pemerintahan Pemda  setempat ? 

Bagaimana memberlakukan hukum Islam tanpa pemerintahan Islam  ? ", demikian 
saya bertanya. 

Tour Guide tersebut tak dapat melanjutkan  penjelasannya. 

Sayapun menjelaskan, "Mas Syaiful...saya mohon maaf loh,  saya dalam pencarian, 
saya bukan sok tahu, tapi saya memang benar-benar tidak  tahu, dan saya 
benar-benar ingin tahu, kayak apa sich konsep Rasululloh yg  disampaikan pada 
saat itu ?". 

Tour Guide : "Baiklah, anda silahkan tanya  kepada orang yg lebih tahu, saya 
terus terang belum tahu benar untuk hal ini ".  

Aca : "Terimakasih Mas...saya akan simpan pertanyaan ini".  

Beberapa orang mungkin beranggapan ini tidak penting, namun saya  berfikir 
bahwa ini sangat penting. 
Dalam pencarian / perjalanan ini saya tak  menemukan jawaban, namun saya yakin 
insya Alloh, suatu saat, dalam pencarian  saya yg berikutnya, saya dapat 
menemukan jawabannya.. .Amien. 

3.1  Kejadian 6 

Setelah sholat Ashar, akhirnya kamipun bersiap-siap untuk  ber-umroh. 
Pak H Tabrani mengajarkan saya untuk memakai pakaian Ihrom.  
Ia menjelaskan untuk memakai pakaian Ihrom, 2 lembar kain yg dililit  
dipinggang, satunya lagi di bahu. 
"Latihan pakai kain kafan ", demikian  penjelasannya. Meskipun ia bukan Tourist 
Guide, namun ia begitu telaten  mengajarkannya pada saya. Meskipun 
kadang-kadang menghardik saya, seperti waktu  saya tanya kenapa koq nggak boleh 
pakai celana dalam. 

Ia hanya menjawab  "Jangan didebat !!! ini daerah otak kanan ! ". 

Untung saya sudah rada  kalem sekarang karena beberapa kali mengalami 
peristiwa2 yg lalu, kalau tidak,  mungkin sewotnya H Tabrani berkelanjutan. 

Setelah mengambil niat di  Miqod, diperjalanan kami mulai membaca Talbiah : 

Labbaik Allohumma  labbaik 
Labbaik Lasyarika laka labbaik 
Innal hamda, Wal nikmata, Laka  wal mulk 
La syarikalak 

Ya Allah, aku datang memenuhi panggilanmu  
Tiada syarikat bagimu 
Sesungguhnya segala puji, segala nikmat, dan  segala kuasa Hanyalah dari 
engkau. Tiada syarikat bagimu. 

Pembacaan  Talbiah baik di pesawat maupun diperjalanan/ bus, sangat 
diliputi rasa haru  yg luar biasa. 

Kamipun tiba di Mekkah, kota Haram. Hotel kami cukup  dekat dengan 
Masjidil Haram. Sementara barang-barang diurus oleh petugas  travel, kami 
berwudhu di Hotel, kami langsung memasuki Masjidil Haram, sebuah  Masjid yg 
paling terkenal yg mungkin paling tua didunia. Saat itu saya belum  merasakan 
pesonanya. 

Namun setelah melepas sandal dan memasuki Masjid,  saya terdiam melihat 
benda hitam pekat persegi empat yg berada  ditengah-tengah Masjid. Ka'bah 
ternyata berukuran lebih besar dari perkiraan  saya. 

Saya menahan tangis didepan rombongan tapi tak kuasa.  

Dengkul saya lemas luar biasa. Sulit sekali menggambarkan pesonanya.  

Saya kurang tahu persis pada saat itu tapi saya percaya Iqbal, anak Pak  H 
Tabrani yg pertama kali Umroh juga terdiam tak bersuara tak bergerak. Ia juga  
mengalami hal yg sama. 

Saya lemas dan duduk. Saya berusaha  perlahan-lahan bergerak mendekat, 
namun semakin dekat, semakin tak kuasa  menahan tangis. Akhirnya saya mulai 
meraung seperti anak kecil. 

Saya  menangis sambil duduk tidak mengerti kenapa. Dan saya tahu persis saat 
itu saya  tidak sedih. 

Benda itu berada ditengah-tengah Masjid, besar, besar  sekali. Hitam pekat 
sekali. 

Benar-benar saya tak mengira bahwa Ka'bah  berukuran sebesar itu. 

Saya tidak pernah berfikiran bahwa di dalamnya  ada Allah sedang bersemayam. 

Sepintas hanya sebuah batu yg disusun dan  dilapis kain hitam. 

Namun saya melihat sedemikian banyaknya manusia  mengitarinya melakukan yg 
disebut tawaf. Bukankah ini bukti dari hasil kerja  
Muhammad. 

Analisa saya bermain, apakah sekian banyaknya manusia  datang kesini hanya 
ditipu satu orang yg bernama Muhammad. 

Namun intuisi  saya juga bermain, bahwa kegiatan ini pasti bukan baru dimulai 
kemarin. Kegiatan  ini dilakukan pasti sejak ajaran Muhammad. Pendapat ini 
adalah pendapat awal  saya yg kemudian di konfirmasikan beberapa hari kemudian 
oleh H Tabrani bahwa  kegiatan ini sudah ada bahkan sejak milata Ibrahim, bapak 
besar berbagai bangsa  yg melahirkan agama Yahudi, Nasrani (bukan Kristen) , yg 
kemudian juga Islam.  

Saya mulai tawaf putaran pertama. Sambil air mata bercucuran (tanpa  malu-malu 
lagi sebab kanan kiri sayapun demikian) saya dibimbing H 
Tabrani  membaca do'a-do'a putaran pertama. Posisi kami sangat dekat dengan 
Ka'bah dan  senantiasa saya semakin merapat kedalam. 

 

Kami merasa  seperti memasuki sebuah gravitasi luar biasa yg menarik ketengah. 
Seolah kami  bergerak perlahan bersama tanpa menginjak bumi (seperti melayang), 
semakin rapat  dan semakin pekat ketengah. Kita tak kuasa menentukan arah 
(kecuali sedikit),  kita hanya dapat berserah diri mengikuti arus putaran itu. 
Sambil memegang buku  do'a kecil, saya coba baca juga artinya. 
Disitu terdapat do'a permintaan  umur panjang dan keturunan yg banyak serta 
soleh. 

Saya tanya ke H  Tabrani, " Loh Pak...kok ada permintaan seperti ini ya...?. H 
Tabrani menjawab,  "Ya memang ada, khan saya sudah katakan boleh minta apa 
saja". 

Pada  tawaf putaran kedua, saya kembali membaca do'a khusus untuk putaran kedua 
-  sambil juga melihat artinya. Agak sulit memang karena banyak jama'ah Iran  
berbadan besar berdo'a lantang sekali. Kadang saya tak mendengar suara H 
Tabrani  sehingga sulit mengikuti apa yg didiktenya. 
Kembali saya lihat artinya, "  Loh...Pak, koq disini ada permintaan terhadap 
rezeki yg banyak". 

H  Tabrani pun kembali menjawab, " Ya memang boleh. Anda saja yg cuma minta  
petunjuk dan nggak mau minta yg lain. 
Minta harta boleh...habis - kalau  tidak - anda mau minta ke siapa lagi kalau 
bukan sama Dia ". 

Pada tawaf  putaran ketiga, saya kembali membaca do'a sambil membaca artinya. 
Terdapat  dengan jelas disitu "Tijarotan Lantabur " yg artinya 
"perdagangan yg jauh  dari rugi". Saya kembali bertanya dengan lebih antusias 
karena masalahnya erat  dengan kehidupan saya yg memang bergerak di bidang ini. 

"Loh-loh...ini  lebih aneh lagi Pak...kok boleh minta dagang agar jauh dari 
rugi, ini khan  urusan dunia. 

Bagaimana kita bisa rugi - ya karena manajemen yg buruk,  sedangkan bagaimana 
kita bisa untung ? ya dengan manajemen yg baik ? ".  

Akhirnya H Tabrani mulai sewot lagi, " You khan bilang waktu dipesawat,  bahwa 
you hanya minta petunjuk, betul ndak...?" 

"Betul Pak ", jawab  saya. " OK kalau begitu nggak usah do'a saja ..." , tegas 
H Tabrani.  

Analisa dan intuisi saya jalan lagi, dan tiba-tiba saya teringat surat  
Al-Fatihah, ayat 4, "Iyya ka na' budu wa iyya ka' nastaiyn". 

Kepadamulah  kami menyembah dan hanya kepadamulah kami minta pertolongan. 

Saya fikir  ini harus berlaku pada semua hal - segala hal - segala sesuatu - 
termasuk  hal-hal duniawi seperti bisnis. 

Sehingga musyrik hukumnya jika kita  meminta pertolongan dalam bidang bisnis 
kepada Kadin, Pemda, Katabelece Pejabat  untuk menggoalkan proyek kita. Haram 
hukumnya meminta pertolongan kepada Bagian  Purchasing untuk melakukan bisnis 
dengan kita. 

Permintaan tolong  hanyalah kepada Allah semata. Adapun, Kadin, Pemda, Pejabat, 
dan bag Purchasing,  hanyalah perantara. 

Hal ini jangan dianggap sepele, karena ini yg akan  menentukan strategi 
manajemen perusahaan kita, apakah kita akan melakukan KKN  atau 
melakukannya dengan pendekatan lain. 

Akhirnya dengan pemahaman  yg seperti ini, saya kembali berdo'a dengan segala 
kerendahan hati.  

Meminta kepada yg mempunyai, memohon kepada pemilik yg sesungguhnya,  meminta 
kepada Penguasa yg sesungguhnya, penguasa segala sesuatu, penguasa  absolut. 

Statemen awal saya dipesawat, sekarang terbantai semua. Saya  ternyata tak 
hanya meminta pertunjuk,tetapi saya - dengan kesadaran baru ini -  juga meminta 
duniawi. 

Demikian saya melihat Rahman rohim Allah. Jika  kita meminta dunia saja, Allah 
mungkin saja berikan, dan mungkin juga tidak.  

Namun jika kita meminta keridhoan akhirat - insya Allah kita juga akan  
mendapat dunia. 
Persis lagu Bimbo yg dinyanyikan Sam. Persis juga sama  dengan do'a - do'a di 
akhir tawaf yakni fiddunia hasanah - wa fil akhiroti  khasanah. 
Saya pun kembali berdo'a dengan lebih khusuk, dengan kesadaran  baru - tanpa 
banyak pertanyaan lagi. 

3.2 Kejadian 7 

Usai tawaf,  kami menuju sumur zam-zam yg terletak didalam areal masjidil Haram 
bagian bawah.  Disini saya kembali tercengang. 

Sebuah mata air yg hampir tak mungkin  ada di daerah ini. Mekkah dapat anda 
lihat sebagai pegunungan batu.  

Masjidil Haram berada di tengah-tengah seperti lembah,sekelilingny a  dapat 
anda temukan hanyalah bukit batu yg sangat sulit dihancurkan. 

Ini  pula yg menyebabkan pembangunan konstruksi di kota Mekkah sangat lamban.  
Jangankan tumbuhan subur, kurma pun malas tumbuh disini. Ironisnya, terdapat  
air sumur zam-zam yg debitnya luar biasa besar yg dipompa 
dengan pipa-pipa  sampai ke Madinah, Jeddah, Yaman, dan daerah lainnya selain 
untuk keperluan  orang ber Hajji. 

Berjuta-juta orang datang setiap harinya, namun sumur  ini tak pernah ada 
keringnya. 
Analisa dan rasa saya mulai jalan. Andaikan  memang ada sungai bawah tanah yg 
mengalir dibawah Mekkah, akankah bertahan  sedemikian lamanya ? 
Perhitungannya bukan 1400 tahun yg lalu, melainkan  perhitungan dari Ibrahim. 
Entah berapa ribu tahun. 

Karena sungai bawah  tanah dapat berubah alirannya hanya dalam kurun waktu 
puluhan tahun saja.  

Namun sumur zam-zam ini tak pernah kering dan senantiasa menyediakan air  yg 
dibutuhkan Jamaah yg datang ke sini. 

Seolah olah ia ada memang untuk  kebutuhan ibadah ini. Saat itu tak ada lagi 
dibenak saya teori kebetulan yg  dahulu. 
Pada saat Sya'i, rukun Umroh berikutnya, saya melihat manusia banyak  yg 
berjalan, sebahagian berlari, antara dua bukit batu, Syofa' dan Marwah.  
Dipisahkan oleh pembatas tengah, kami mulai melintasi area Sya'i.  
Sesekali saya melihat wajah cantik wanita Turki dengan hidung mancung kulit  
putih bulu mata boros (Saat tawaf maupun Sya'i dilarang menutup 
cadar muka -  namun ada sebahagian mazhab melakukannya) . 

 

Kecantikannya  mungkin biasa bagi orang sana, namun saya mengira pasti luar 
biasa untuk ukuran  orang Melayu. 

Agak lama baru saya sadar bahwa saya mulai kurang khusyuk  karena melakukan 
"olah raga leher". 
Akhirnya saya bertanya kepada H Tabrani,  " Pak...koq pakai lari-lari segala 
sich ? ". 

"Begini "- jawabnya  perlahan, "Dulu sewaktu Siti Khajar, isteri Nabi Ibrohim, 
ia berjalan sambil  berlari-lari kecil mencari air antara bukit Syofa' dan 
bukit Marwah, sementara  anaknya Ismail ditinggal sejarak tertentu dari Ka'bah. 

Air yg dilihatnya  ternyata hanyalah fatamorgana. Sedangkan air yg sesungguhnya 
justru keluar  didekat kaki Ismail. 
Dari sini saya pun semakin yakin dan menarik  kesimpulan, bahwa Ka'bah bukan 
dibangun oleh Muhammad, melainkan Nabi Ibrohim,  pendahulu untuk Musa, Isya, 
dan Muhammad, yg melahirkan 3 agama besar, Yahudi,  Nasrani, dan Islam. 
Seusai Sya'i kami pun menggunting rambut, pertanda  selesainya ibadah Umroh 
kita. Semoga Makbul. 
Sesampai di Hotel, kelelahan  kami luar biasa. Kaki saya kering pecah-pecah. 
Saya belum pernah merasakan  pegal-pegal seperti sekarang 
ini. Saya fikir, bagaimana dengan kaum wanita  atau Ibu-ibu. Pasti lebih capek. 
Tapi kelihatannya sama aja tuch. Salah seorang  jamaah haji wanita bercerita 
tentang anak temannya yg sekarang tinggal di Hotel  Hilton Mekkah yg tak dapat 
menyelesaikan tawafnya karena mencret (penyakit yg  lebih cepat dari pada jet). 

Kotoran alias tokai nya sedemikian banyaknya  sehingga ia pun kewalahan. 
Wueeek...sangat menjijikkan kata jamaah yg lain  menambahkan. Kepala 
rombongannyapun membawanya pulang kembali ke Hotel. 
Kami  tak tahu bagaiman ia mengatasi problem mencretnya yg merembes sampai 
pakaian  Ihrom, namun akhirnya semua tahu, bahwa ia mengenakan celana dalam 
pada pakaian  ihromnya. Sesuatu yg dilarang dalam Umroh. 
Saya jadi teringat sewaktu H  Tabrani membentak saya dalam masalah tsb. 
Pantas - dalam hati saya.  


3.3 Kejadian 8 

Tak ada yg khusus bagi saya dalam kejadian  ini. 
Kejadian ini terjadi pada saat saya hendak mencium batu Ka'bah. Disitu  terjadi 
antrean yg luar biasa. 

Didepan saya terdapat seorang wanita muda  dan cantik berpakaian Turki yg 
hendak mencium batu Ka'bah (sisi kiri Ka'bah,  bukan Hajarul Aswad). Mungkin 
karena pemikiran jijiknya terhadap batu yg sudah  dicium oleh jutaan manusia 
pada hari itu, maka ia mengeluarkan tisu, mengelap,  dan menggosok bagian yg 
hendak diciumnya. Melihat kejadian itu, Bapak mertua  saya pernah menceritakan 
perihal yg seperti ini berkaitan dengan gelas stainless  air zam-zam untuk 
diminum yg menempel pada setiap keran zam-zam.  


Seorang Dokter, kawan Bapak mertua saya pergi Haji, merasa jijik dan  
mengatakannya kepada Bapak mertua saya perihal gelas stainless yg sudah diminum 
 berjuta-juta mulut orang. Ini tidak steril katanya. 

Dokter itu meminum  juga air zam-zam dengan perasaan jijik/geli. Keesokannya, 
apa yg terjadi.  Mulutnya bengkak sariawan sampai ke leher. Bapak mertua saya 
mengingatkan akan  ucapannya kemarin perihal gelas tersebut. Bapak mertua 
mengingatkan sang Dokter  untuk meminumnya sekali lagi dengan gelas tersebut 
tetapi dengan perasaan yg  berbeda, yakni perasaan iklas. 
Keesokannyapun sang Dokter sembuh dari  sariawan seperti sedia kala. 
Wanita tersebut tetap asyik membersihkan batu  Ka'bah dengan tisunya, sementara 
antrean sudah mulai panjang dan berdesakan.  

Ingin sekali saya melarangnya, namun karena nggak bisa bahasa Turki,  lagian 
nggak lucu khan kenalan didepan Ka'bah. 

Ketika ia hendak mencium  batu Ka' ah - mungkin setelah ia merasa bersih - 
desakan dari kerumunan orang  dibelakang tak tertahankan hingga mendorong 
wanita itu pada saat ia menciumnya  sehingga benturan hidung mancung dan batu 
tak dapat terelakkan.  

 

Ia pun selesai mencium batu Ka'bah dengan hidung mimisan  (berdarah). 
Kuwalat atau apa ini namanya ya ? 
Hati yg kurang bersih ?  
Saya jadi teringat cerita Ka'bah di surat Al-Fiil dimana tentara Abrahah yg  
mengendarai Gajah pada masa itu dibuat tak berdaya oleh burung-burung Ababil.  
Saya semakin mengerti mekanisme ghoib. Mekanisme yg tidak kasat mata.  
Bahkan mekanisme ini pun abstrak tak simetris. Terjadi di kasus ini namun  
kadang tidak di kasus itu. 

 

Semuanya parsial-kondisional ,  namun saya fikir standarnya sama jika kita ukur 
dari perasaan hati yg dalam.  
Mekanisme tsb tak kan pernah dapat diukur karena sifatnya yg relatif tak  
pernah sama pada setiap individu. 

Meskipun ia bukan ada di alam fisika,  namun saya yakin ia ada dan bekerja 
secara setimbang. 

Saya cenderung  menyebutnya Metafisika daripada Supranatural yg lebih berbau 
klenik / sihir,  trick sulap yg diyakini sebagai salah satu keajaiban oleh 
orang musyrik.  
Mekanisme ghoib pada alam Metafisika inipun bekerja pada kawan saya Iqbal  
dimana setiap harinya, sepulang kami dari sholat, ia kehilangan 
sandal.  Bahkan sehari dapat lebih dari sekali ia kehilangan sandal. 

Ia mencoba  berdo 'a dan bertaubat dosa apa kiranya yg telah ia buat. Namun 
tetap saja ia  kehilangan sandal setiap harinya, hingga ia harus membawa 5 real 
setiap sholat  guna menjaga apabila sandalnya hilang. 

Tahukah anda, kejadian kecil  disini - dapat menimbulkan akibat besar disana. 
Saya ambil contoh misalnya,  hilangnya sandal Iqbal, mengakibatkan ia harus 
membeli sandal di toko dimuka  Masjid. 

Penjual di toko tersebut seharusnya melayani seorang calon  pembeli wanita 
misalnya, namun karena Iqbal membeli, maka ia tidak jadi melayani  wanita itu. 
Wanita itu pergi lebih cepat. Dalam perjalanannya pulang, ia  mengalami 
kecelakaan mobil (miss ditabrak mobil). 

Seandainya Iqbal tidak  kehilangan sandal, wanita tersebut mungkin akan 10 
menit lebih lama untuk jalan  pulang, yg tentu saja tak mengakibatkan ia 
mengalami kecelakaan.  


Bukan disitu saja, sang suami wanita tadi (yg katakan seorang  jenderal), yg 
seharusnya berangkat melakukan perjalanan luar negeri guna  menandatangani 
sebuah kesepakatan perang, membatalkan rencananya, sehingga  kesepakatan 
serangan atau perang tadi ditangguhkan. 
Hilangnya sandal seorang  Iqbal, dapat mengakibatkan tercegahnya sebuah rencana 
perang atau penyerbuan.  
Ini contoh ekstreem yg memang hanya teori main-main, tetapi saya yakin bahwa  
semua ini ada mekanismenya dan jangan coba-coba untuk mengurainya, karena ia  
terlalu abstrak dan hanya tunduk patuh pada sang Maha Penguasa. Penguasa alam  
fisika dan non fisika. 

3.3 Kejadian 9 

Malam besok adalah malam  terakhir saya di Mekkah, oleh karenanya saya minta 
kepada Tour guide untuk  mengantar saya ke Goa Hira' pagi-pagi 
sekali. Tak ada anggota rombongan yg  mau ikut. Tidak juga H Tabrani maupun 
Iqbal anaknya. 

" OK, nggak  apa-apa, saya tetap mau berangkat sendiri", tegas saya kepada Tour 
guide.  

Jadi biaya travel maupun biaya Tour guide saya tanggung sendirian.  Kamipun 
merencanakannya. 
Paginya seusai sholat Shubuh, saya berkemas bersiap  berangkat, dengan tas 
ransel dan sepatu sport. 

Dengan menggunakan taksi,  kami tiba dikaki bukit Gua Hira'. Perjalanan sampai 
kepuncak memakan waktu  kurang lebih satu jam. 

Terbayang oleh saya ketika Nabi pulang pergi  setiap harinya sampai ke puncak. 
Gua Hira' ternyata sangat kecil. 

Lebih  mirip dua batu yg saling bersandar daripada sebuah Gua. Ditemani Tour 
guide,  saya sujud ditempat Nabi Muhammad duduk menyendiri 1422 tahun yg lalu.  

Dalam sujud saya bicara dalam hati, "Ya Malaikat Jibril, kenapa koq Nabi  
Muhammad diberi wahyu, kenapa saya tidak ?". 

"Kenapa Nabi Muhammad dapat  berjumpa denganmu, kenapa saya tidak ?" 
Tanpa sholat dan do'a, tanpa meratap  ke gua apalagi membuang sesaji (hanya 
sujud dan berkata dalam hati seperti  diatas saja), kami pulang 
menuruni bukit. Saya pun membahas pertanyaan saya  di dalam hati tadi kepada 
Tour guide. 

Saya juga sering menyendiri di  Villa, menyendiri di kaki bukit G.gede, tetapi 
kenapa tak pernah datang yg  namanya Jibril. 
Saya jadi ingat cerita-cerita para sufi yg mempelajari  hakekat sehingga pergi 
kegunung-gunung menyendiri, lepas dari hubungan sosial,  serta tak 
mempedulikan situasi dan kondisi diri. 

Apakah tindakan  Nabi Muhammad pada kala itu seperti para sufi tsb ? Pertanyaan 
inipun saya  simpan kembali tanpa tahu jawabannya. 

Esok hari terakhir, hari dimana  saya mesti melakukan tawaf wada', tawaf 
terakhir/ tawaf perpisahan dengan  Ka'bah. 

Saya tidur cepat setelah sholat Isya". 


Subuh dini  hari saya bangun, ketika saya hendak menggosok gigi, saya tiba-tiba 
tersadar,  "Subhanalloh, tadi malam saya bermimpi bertemu 
Jibril" . Buru-buru saya  ketok kamar H Tabrani. Saya bangunkan ia, dan saya 
ceritakan mimpi saya.  
"Bagaimana ceritera mimpinya ?", H Tabrani bertanya. 
"Begini Pak,  sesuatu berbentuk manusia dengan peci hitam datang kepada saya. 
Saya bertanya  siapa anda ? 

Ia menjawab saya Jibril, kemudian ia mengajak saya untuk  ikut. Saya berjalan 
mengikutinya, dan tiba-tiba kami tiba di sebuah Masjid.  
Didalam mimpi saya Jibril berkata, " ini Masjidil Aqsa". "Disini terdapat  
salah satu keajaiban yg anda cari". 

 

H Tabrani pernah  melawat ke Masjidil Aqsa'. H Tabrani berfikir sejenak, 
kemudian ia menjawab,  mungkin yg dimaksud adalah "The Dome of the Rock. Sebuah 
batu yg berada tepat  ditengah Masjid ". "Aneh memang batu itu. Ia menggantung, 
dan berada tepat  ditengah-tengah Masjid, kami semua juga nggak ngerti kenapa 
begitu". Terus  bagaimana tanya H Tabrani. 


Terus Jibril bilang begini Pak, "Tolong  Masjid ini dipelihara". H Tabrani 
menepak kepala "Waduh...repot ini". "Kenapa  Pak?", tanya saya. 
"Masjid itu dikuasai Yahudi. You Nggak bisa keluar masuk  seenaknya". 
"You sholat dibatasi disana, Cuma 5 menit ". 
"Wah saya nggak  bisa jelasin artinya ". 
"Tapi yg jelas, saya yakin you adalah orang yg  disayang Allah". 
"Subhanalloh" . Saya sudah berumur 63 thn, tapi saya belum  pernah mimpi 
bertemu Jibril, tapi you...you... luar biasa". 
saya juga tidak  mengerti sampai sekarang arti mimpi saya, dimana saya tidur 
diMekkah, bermimpi  dibawa seseorang yg berkata sebagai Malaikat 
Jibril, yg kemudian membawa  saya ke Masjidil Aqsa' di Palestin. 
Saya jadi merinding. 
Saya takut  sendiri dengan kejadian-kejadian yg saya alami. 
Saya takut untuk berbuat  macam-macam. 
Saya mengalami semua ini dalam perjalanan ke Mekkah.  
Kesadaran saya seperti sekarang ini amat saya syukuri, namun yg paling saya  
takuti, adalah deviasinya, perubahannya apabila saya tidak 
menjaganya.  
Apa yg akan terjadi nanti ditanah air. 
Saya harus menghadapi dunia nyata  yg penuh dengan godaan. 
Tidak seperti waktu di Mekkah, dimana fikiran, jiwa  dan raga kita bisa khusuk 
serta kita jaga kebersihannya. 


Dari  perjalanan ini, tidak semua kejadian saya ceritakan, hanya yg saya anggap 
 penting saja, namun sebenarnya, kejadian kecil lainnya yg merujuk kepada 
hidayah  yg tidak saya ceritakan karena terlalu panjang banyak saya alami, 
namun saya  mempunyai beberapa kesimpulan :


1. Allah itu benar adanya yg  menciptakan segala sesuatu. 
2. Wahyu Allah turun pada setiap kurun waktu  tertentu. 
3. Wahyu Allah juga turun kepada Muhammad yg diutus sebagai  Rasulnya. 
4. Allah tidak punya banat/sarikat/ kompetitor. 
5. Allah  menurunkan Wahyunya kepada Muhammad yg kemudian dibakukan dalam 
bentuk kitab yg  bernama Al-Qur'an.
6. Al-Qur'an adalah statemen dari Allah yg didalamnya  berisikan petunjuk bagi 
manusia yg ingin berserah diri kepadanya. 
7.  Al-Qur'an bukan buatan Muhammad atau ideologi Muhammad. 
8. Haji dan Umroh  penting adanya dan bukan bisa-bisanya Muhammad. 

Biaya yg demikian mahal,  sebanding bahkan melebihi hasil yg kita dapat dari 
perjalanannya. 
9. Daging  Babi, darah, Alkohol, Judi, Zinah, dan perbuatan maksiat lainnya 
adalah haram  hukumnya. 

Tak perlu dianalisa secara metode ilmiah, karena  justifikasinya akan selalu 
ditemukan manusia guna menghalalkannya, namun  demikian, coba fikirkan dengan 
instrument rasa/intuisi dari hati yg dalam,  bermanfaatkah jika dilakukan. 
10. Kita manusia adalah manusia yg paling  istimewa, karena kita mempunyai 2 
pilihan, berserah diri kpd kemauan Pencipta,  atau berserah diri kepada kemauan 
kita sendiri. 
11. Ada mekanisme Ghoib yg  tidak kelihatan, yg memberikan balasan positif 
apabila kita berbuat positif, dan  berbalas negatif apabila kita berbuat 
negatif pula. 
12. Mekanisme Ghoib,  berlaku pada orang-orang yg dicintai Allah, namun bagi yg 
sudah kelewatan, ia  akan dibiarkan, karena Allah menegur dengan sapaan 
hirarki. Peringatan pertama  mungkin dengan mencolek, jika ia tak mau, Allah 
peringati ia dengan menepak,  jika ia tak juga sadar Allah peringati ia dengan 
menempeleng keras, namun jika  ditempeleng keras ia tetap dableg dengan 
perbuatan negatifnya, Allah akan  membiarkannya, karena hanya hari akhir 
setelah matinya yg akan membalasnya kekal  abadi di Neraka Jahanam. 
13. Mekkah dan Madinah bukan tanah suci (seperti yg  saya duga sebelumnya pada 
tulisan Muhammad punya bisa ), melainkan tanah Haram,  daerah dimana diharamkan 
bagi siapa saja berbuat kerusakan, dan itupun hanya  pada batas-batas tertentu 
yg sudah diberi patok/tanda.  

 

 

Wass

  

                                
---------------------------------
Want to be your own boss? Learn how on  Yahoo! Small Business. 

[Non-text portions of this message have been removed]




***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke