Assalaamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh

Berikut saya copy-kan sebuah artikel Islami.
Semoga bermanfaat & menambah ilmu bagi kita semua.

Wassalaamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh

Note : harap turut menyebarluaskan risalah ini
-- 
<http://anc.zendurl.com/> Muhammad Haryo <http://anc.zendurl.com/>
http://anc.zendurl.com (pergunakan firefox) <http://anc.zendurl.com/>
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Jika email ini masuk folder spam/ bulk/ junk, harap tandai sebagai NOT spam/
bulk/ junk
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~


On 4/27/07, Mailinglist alsofwa <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Assalamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh
> Semoga Netters Syiar al-Sofwa senantiasa dalam lindungan Allah Ta'ala
>
> TIADA BOSAN MEMINTA HIDAYAH
> Minggu, 22 April 07, selengkapnya klik di sini:
> http://www.alsofwah.or.id/?pilih=lihatannur&id=425
>
>
> Ihdinashshiraatal mustaqim, "Ya Allah tunjukkanlah kami jalan yang lurus",
> demikian kita -kaum muslimin- mengucapkan doa ini, paling tidak 17 kali
> dalam sehari. Ada apakah di balik permohonan ini? bukankah jalan yang lurus
> sudah jelas bagi kita, yakni agama Islam, dan kita semua alhamdulillah sudah
> menjadi seorang muslim? Do،¦a tersebut ternyata mengandung makna yang sangat
> mendalam, dan hampir mirip dengan doa qunut yang diajarkan oleh Rasulullah
> shallallahu ،¥alaihi wasallam. Seringkali kita mendengar lafazh do'a qunut
> (misalnya qunut Ramadhan atau qunut nazilah, red) yang biasa dibaca oleh
> imam-imam kita di dalam shalatnya. Di antara permohonan dalam do،¦a tersebut
> adalah, "Allahummahdinaa fiiman hadait" artinya, "Ya Allah berilah kami
> petunjuk sebagaimana orang yang telah Engkau beri petunjuk."
>
> Berikut penjelasan asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah
> berkenaan dengan do،¦a tersebut, semoga bermanfaat.
>
> Kalimat "Berilah kami petunjuk" yang terlampir pada cuplikan do'a di atas
> mengandung makna yang sangat luas. Do،¦a tersebut bukan hanya permohonan
> petunjuk saja, tetapi juga permohonan agar mampu untuk melaksanakan petunjuk
> tersebut. Makna do'a itu adalah sebagai berikut, "Tunjukkanlah kami ya Allah
> kepada kebenaran dan mudahkanlah bagi kami untuk menjalankan kebenaran itu."
> Petunjuk yang sempurna lagi bermanfaat adalah petunjuk yang Allah subhanahu
> wata،¦ala memadukan di dalamnya antara ilmu dan amal.
>
> Suatu petunjuk yang tidak diiringi dengan amal/perbuatan, maka akan
> sia-sia, bahkan menyesatkan. Karena setiap orang yang tidak mengamalkan ilmu
> yang telah ia miliki, maka ilmunya itu justru akan berbalik menjadi bencana
> bagi dirinya sendiri.
>
> Sebagai misal tentang petunjuk berupa ilmu pengetahuan yang tidak
> dibarengi dengan amal perbuatan adalah seperti yang difirmankan Allah
> subhanahu wata،¦ala, yang artinya,
> "Dan adapun kaum Tsamud maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka
> lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk itu". (QS. Fushilat:17)
>
> Dari ayat tersebut di atas "Mereka telah Kami beri petunjuk" mengandung
> maksud bahwa Allah subhanahu wata،¦ala telah memberi penerangan bagi mereka
> akan suatu jalan dan telah Ia karuniakan bagi mereka itu ilmu pengetahuan,
> akan tetapi mereka berbuat yang sebaliknya yaitu seperti yang termuat pada
> kalimat berikutnya, yang artinya, "Tetapi mereka lebih menyukai buta
> (kesesatan) daripada petunjuk itu".
>
> Adapun petunjuk yang berupa ilmu dan penerangan guna menggapai kebenaran
> adalah seperti yang telah dicontohkan di dalam firman Allah subhanahu
> wata،¦ala yang ditujukan kepada Nabi-Nya shallallahu ،¥alaihi wasallam,
> artinya, "Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan
> yang lurus". (QS. Asy-Syuuraa: 52)
>
> "Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk" pada rentetan kata
> ayat di atas memiliki penjabaran makna sebagai berikut, "Kamu (wahai
> Muhammad) memberi petunjuk, penerangan, dan pengajaran kepada manusia menuju
> jalan yang lurus.
>
> Sedangkan contoh dari petunjuk yang bermakna taufiq adalah yang biasa
> diucapkan oleh orang-orang yang sedang melaksanakan shalat, artinya,
> "Tunjukilah kami jalan yang lurus". (QS. Al-Fatihah:6)
>
> Maka di saat anda mengucapkan, "Tunjukilah kami jalan yang lurus", maka
> apakah anda memohon kepada Allah subhanahu wata،¦ala suatu karunia ilmu
> tanpa amal ? Ataukah mungkin sebaliknya suatu amalan tanpa didasari oleh
> ilmu ? Atau mungkin yang ketiga ini yaitu karunia ilmu berserta amal ?
> Pendek kata hendaklah bagi setiap insan jika ia memohon kepada Allah
> subhanahu wata،¦ala, "Tunjukilah kami jalan yang lurus", agar ia
> menghadirkan jiwanya bahwa ia sedang meminta kepada Allah subhanahu
> wata،¦alaƒnkarunia ilmu dan amal/perbuatan, maka ilmu itulah yang bertindak
> sebagai petunjuk, sedang amal/perbuatan itulah yang dimaksudkan sebagai
> taufiq.
>
> Hal inilah -menurut sepengatahuan saya, dan keilmuan tentang itu adalah
> berada di sisi Allah subhanahu wata،¦ala- yang masih jauh dari jangkauan
> kebanyakan kaum muslimin di kala mereka mengucapkan, "Ihdinashshiraatal
> mustaqim (Ya Allah Tunjukilah kami jalan yang lurus)".
>
> Sehingga di sini dapat dikatakan bahwa firman-Nya yang berbunyi, artinya,
> "Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus"
> yang ditujukan kepada Rasulullah shallallahu ،¥alaihi wasallam ini merupakan
> petunjuk berupa penerangan dan penjelasan saja, adapun firman-Nya yang
> artinya, "Sesungguh nya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang
> yang kamu kasihi." (QS. Al-Qashash: 56), maka arti dari petunjuk pada ayat
> ini adalah petunjuk taufiq berupa amal perbuatan.
>
> Maka Rasulullah shallallahu ،¥alaihi wasallam tidak bisa memberi petunjuk
> taufiq kepada seseorang guna melakukan amal shalih selamanya. Jika memang
> Beliau mampu, niscaya Beliau akan dapat memberi petunjuk kepada paman beliau
> Abu Thalib, yang mana Beliau telah mengusahakannya sampai Beliau bersabda
> kepada pamannya itu di saat-saat menjelang kematiannya, "Wahai paman,
> katakan Laa Ilaaha Illallah suatu kalimat yang aku akan berhujjah bagimu
> dengan kalimat itu di sisi Allah.،¨
>
> Namun apa boleh buat apabila telah mendahuluinya suatu kalimat atau
> ketetapan dari Allah subhanahu wata،¦ala, bahwa ia merupakan penghuni neraka
> -kami berlindung kepada Allah dari adzab api neraka- maka ia pun tidak
> mengucapkan untaian kalimat syahadatain bahkan pernyataan akhirnya
> mengindikasikan bahwa ia masih memeluk agama Abdul Muthalib (bapaknya).
>
> Meskipun begitu yang terjadi, tapi Allah subhanahu wata،¦ala mengizinkan
> Rasulullah shallallahu ،¥alaihi wasallam untuk memberikan syafaat bagi
> pamannya itu bukan lantaran ia adalah masih pamannya sendiri, namun tiada
> lain karena ia telah bertindak melindungi Nabi shallallahu ،¥alaihi wasallam
> dan Agama Islam, maka beliau pun telah memberi syafa،¦at di dalam adzab.
> Adapun ia (Abu Thalib) berada di dalam bara api neraka dan ia di atas dua
> alas kaki, sedang otaknya mendidih karena panas keduanya, dan sesungguhnya
> dia ahli neraka yang mendapatkan seringan-ringan adzab. Rasulullah
> shallallahu ،¥alaihi wasallam bersabda, "Kalaupun bukan karena aku (syafa'at
> beliau, red), maka niscaya ia berada di dalam kerak api neraka". (HR.
> al-Bukhari dalam Kitab Manaqibul Anshar, bab qishshatu Abi Thalib, Fath
> al-Baari 7/193. Dan Muslim dalam Kitabul Iman)
>
> Saya berpendapat, bahwa apabila kita ucapkan di dalam do'a qunut, "Ya
> Allah berilah kami petunjuk sebagaimana orang yang telah Engkau beri
> petunjuk." Maka pada hakikatnya kita meminta dua macam petunjuk yaitu
> petunjuk berupa ilmu dan petunjuk berupa amal/perbuatan.
>
> Adapun ungkapan, "Sebagaimana mereka yang telah Engkau beri petunjuk",
> maka apa maksud dari ungkapan ini? Padahal kalau mau menyingkatnya dengan,
> "Ya Allah berilah petunjuk kepada kami" sudah tersirat maksud dari
> permohonan do'a itu, namun mengapa harus disertai "sebagaimana orang yang
> telah Engkau beri petunjuk", yaitu agar kalimat itu menjadi bagian dari
> "tawassul"(perantara) untuk mendapatkan kenikmatan-kenikmatan yang Allah
> subhanahu wata،¦ala berikan kepada mereka yang telah memperoleh petunjuk-Nya
> agar Ia melimpahkannya juga kepada kita melalui petunjuk tersebut.
>
> Dengan arti lain sesungguhnya kami memohon kepada-Mu ya Allah suatu
> petunjuk karena itu merupakan sebesar-besar rahmat, kebijaksanaan, serta
> keutamaan-Mu, maka sesungguhnya Engkau yang telah memberikan petunjuk kepada
> seluruh insan, maka berilah petunjuk kepada kami sebagaimana mereka yang
> telah Engkau beri petunjuk. (Sampai di sini penjelasan Syaikh al-Utsaimin)
>
> Oleh karena itu seorang muslim tidak akan pernah merasa bosan untuk selalu
> minta hidayah (petunjuk) kepada Allah subhanahu wata،¦ala, baik petunjuk
> berupa ilmu (hidayah irsyad) dan petunjuk untuk melaksanakan ilmu tersebut
> (hidayah taufiq). Sebab kalau kita bertanya pada diri kita, "Apakah kita
> mengetahui seluruh ilmu dan kebaikan tanpa kecuali, maka tentu dengan jujur
> kita akan menjawab tidak, apalagi kalau ditanya apakah kita sudah megerjakan
> seluruh ilmu dan kebaikan tersebut tanpa kecuali? Begitu juga kalau kita
> tanyakan apakah kita mengetahui seluruh keburukan tanpa kecuali tentu kita
> akan menjawab tidak, dan lebih-lebih kalau ditanya apakah kita mampu
> menjauhi seluruh keburukan tersebut tanpa kecuali, maka kita semua akan
> berkata tidak.
>
> (Sumber: Duruus Wal Fatawa Al Haram Al Makky, jilid 1, edisi terjemah
> "Syarah Doa Qunut", Pustaka Islam Tadabbur)
>
> Netter Al-Sofwa yang dimuliakan Allah Ta'ala, Menyampaikan Kebenaran
> adalah kewajiban setiap Muslim. Kesempatan kita saat ini untuk berdakwah
> adalah dengan menyampaikan Artikel ini kepada saudara-saudara kita yang
> belum mengetahuinya.
> Semoga Allah Ta'ala Membalas 'Amal Ibadah Kita. Aamiin
>
> Waassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh
> ---------------------------------------------------------------------
> YAYASAN AL-SOFWA
> Jl.Raya Lenteng Agung Barat No.35 PostCode:12810
> Jakarta Selatan - Indonesia
> Phone: 62-21-78836327. Fax: 62-21-78836326.
> e-mail: info @alsofwah.or.id
> website: www.alsofwah.or.id


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke