>X-Original-To: [EMAIL PROTECTED]
>Delivered-To: [EMAIL PROTECTED]
>Comment: DomainKeys? See http://antispam.yahoo.com/domainkeys
>DomainKey-Signature: a=rsa-sha1; q=dns; c=nofws; s=lima; d=yahoogroups.com;
> 
>b=g0W1vaUE1lI1TXohzc9pCXqE1dlug50Zxj8rCw04b4C+cc4OtpLFaAVHNG0OkZnf31mM/qmQHk8QrKoEfgJXVWJcFDyzTqo3WI07r9jhzmRTX/fWZq++mmjERZhhgdJk;
>X-Yahoo-Newman-Id: 3215336-m20767
>X-Sender: [EMAIL PROTECTED]
>X-Apparently-To: [EMAIL PROTECTED]
>X-YMail-OSG: 
>aWHUgiwVM1mrO_amG.3LMQGofuEybFxyUAI.eB3tvBCc9C3svee3ieCLfiGEdnXa7ebWfvZ6noMmjNUcncjvxy7.BEJ67xP3YWdaqw753sEqhK0Zugb5e1EaQMwqr4i4EqEsIkzQbNKpZFY-
>To: [EMAIL PROTECTED]
>X-Originating-IP: 206.190.49.112
>X-eGroups-Msg-Info: 1:0:0:0
>From: bambang wisudo <[EMAIL PROTECTED]>
>Sender: [EMAIL PROTECTED]
>Mailing-List: list [EMAIL PROTECTED]; contact 
>[EMAIL PROTECTED]
>Delivered-To: mailing list [EMAIL PROTECTED]
>List-Id: <ajisaja.yahoogroups.com>
>List-Unsubscribe: <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
>Date: Sun, 17 Dec 2006 18:02:18 -0800 (PST)
>Subject: [ajisaja] artikel wis
>Reply-To: [EMAIL PROTECTED]
>X-Yahoo-Newman-Property: groups-email-ff
>
>* tulisan ini saya kirim untuk rakyatmerdeka online.
>
>Catatan Aktivis Buruh Suratkabar Kompas
>
>
>Sejak saya disekap di pos satpam Kompas-Gramedia, Jumat (8/12) sore, 
>praktis waktu saya habis untuk membaca dan menjawab pesan pendek 
>(sms) dan telepon untuk menyatakan dukungan. Hari ini adalah hari 
>ketujuh sejak peristiwa memalukan itu menimpa saya. Ratusan sms dan 
>telepon masuk tiap hari. Belum lagi saya sempat membaca pesan 
>melalui e-mail. Padahal tidak mungkin lagi melihat e-mail yang masuk 
>melalui alamat <mailto:wis%40kompas.com>[EMAIL PROTECTED] yang telah 
>diblokir sejak Jumat pagi ketika desas-desus pemecatan terhadap saya beredar.
>Semua ini merupakan bukti bahwa kasus ini bukan kasus internal 
>sebuah perusahaan, bukan sekedar kasus pemecatan semata-mata. 
>Ratusan dukungan yang mengalir ini sekaligus membantah argumen yang 
>dipakai pejabat Kompas untuk meminta solidaritas pemimpin media 
>massa di Jakarta agar memblokir berita-berita manyangkus kasus ini. 
>Kalaulah ini bukan kasus yang menyangkut urusan publik, menyangkut 
>nilai yang penting dalam bermasyarakat, mana mungkin saya menerima 
>simpati yang begitu besar. Siapalah saya? Saya bukan siapa-siapa. 
>Mereka bersuara bukan karena saya seorang yang bernama Bambang 
>tetapi karena peristiwa penistaan yang dilakukan sebuah institusi 
>terhormat terhadap diri saya.
>***
>SAYA sadar betul bahwa sejumlah pemimpin Kompas sejak lama ingin 
>menyingkirkan saya karena aktivitas saya sebagai pengurus serikat 
>pekerja ataupun sebagai seorang wartawan sering usil menggugat sikap 
>Kompas dalam pemberitaan. Sahabat-sahabar yunior saya di kantor 
>sering mengatakan, saya punya banyak nyawa. Beberapa kali mau 
>disingkirkan tetapi tetap bisa lolos, dan saya tidak kapok-kapok 
>bersuara. Ternyata nyawa saya terbatas. Akhirnya saya dipecat.
>Sejak Kompas berdiri, baru sekali ini wartawan dipecat. Itupun 
>setelah disekap di pos satpam selama dua jam, dipegang paksa atau 
>dipiting, digotong-gotong dalam jarak seratus sampai dua ratus 
>meter. Ketika saya berteriak-teriak, tidak ada menolong.
>Saat saya menerima surat pemecatan, saat isteri saya menyampaikan 
>surat penolakan pemecatan tiga hari kemudian, tidak ada kata 
>permintaan maaf dari Kompas atas tindak kekerasan yang saya alami. 
>Sampai hari ini.
>Yang dilakukan justru sebaliknya. Seluruh karyawan Kompas 
>dikumpulkan, dibriefing oleh Pemimpin Redaksi Suryopratomo, dan 
>disuruh mendengarkan bantahan Wakil Ketua Satpam Kariman Sinambela 
>bahwa mereka tidak melakukan kekerasan. Pertemuan intern itu 
>diberitakan oleh wartawan senior Robert Adhi KSP yang 
>kredibilitasnya tidak diragukan ketika menjabat sebagai wakil kepala 
>biro di Semarang, melalui Kompas Online. Berita itu jelas tidak 
>berimbang, menyalahi kode etik, dan ketika saya berkali-kali 
>menghubungi pimpinan Kompas untuk minta hak jawab, mereka 
>mengabaikan. Lagi-lagi ini merupakan blunder yang dilakukan pimpinan 
>Kompas. Mereka seharusnya tahu kode etik, tahu hak jawab, apalagi 
>Pak Jakob selama bertahun-tahun selama pemerintahan Orde Baru pernah 
>memimpin Dewan Pers. Saya akan segera mengadukan pelanggaran kode 
>etik ini ke Dewan Pers.
>***
>MENGAPA para pejabat Kompas enggan menjelaskan langsung kepada 
>publik terhadap peristiwa kekerasan dan pemecatan yang erat terkait 
>dengan aktivitas saya sebagai pengurus serikat pekerja? Saya paham 
>betul betapa mereka menghadap situasi yang dilematis. Suratkabar 
>Kompas menjadi besar seperti sekarang karena berhasil membangun 
>citra diri sebagai pengemban amanat hati nurani rakyat, sebagai 
>pembela hak asasi manusia, dan pembela demokrasi. Kata hati, mata 
>hati. Namun peristiwa yang menimpa diri saya telah memutarbalikkan 
>citra yang dibangun selama ini. Ternyata institusi Kompas tidak 
>lebih dan tidak kurang memperlakukan pekerjanya seperti buruh pabrik 
>sandal jepit. Istilah sandal jepit pernah dipakai Pak Ojong, 
>almarhum pendiri Kompas, untuk membedakan antara karakteristik 
>pabrik dan perusahaan suratkabar.
>Sampai hari ini saya belum merasa dipecat dari Kompas. Saya merasa 
>seperti wartawan Kompas yang sedang mengambil cuti. Kalau saya kini 
>berjuang, mengadukan Pemimpin Redaksi Kompas Suryopratomo ke polisi, 
>mengungkapkan kasus-kasus yang terkait pembungkaman serikat pekerja 
>di Kompas kepada publik, itu semua dalam rangka upaya saya 
>memperjuangkan hak-hak saya dan untuk mendorong perubahan internal 
>Kompas dari luar.
>Saya pernah memimpikan Kompas. Banyak anak muda saat ini yang juga 
>memimpikan bisa bekerja. Saya sama sekali tidak membenci Kompas. 
>Akan tetapi saya tidak suka dengan tindakan sekelompok orang yang 
>tengah melakukan pembusukan terhadap Kompas dari dalam, dengan 
>menciptakan ketakutan di ruang redaksi dan dengan memberangus 
>kritisisme di ruang redaksi. Pilar intelektualisme yang menjadi 
>penyangga utama suratkabar ini telah lama dirobohkan, digantikan 
>dengan tuntutan loyalitas buruh yang tidak merdeka.
>Keputusan kini tinggal di tangan Pak Jakob. Apakah Pak Jakob sebagai 
>Pemimpin Umum Kompas mau atau tidak menarik atau merevisi 
>kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan manajemen Kompas, meminta 
>maaf kepada publik atas kekerasan dan aksi pemberangusan terhadap 
>kebebasan berserikat yang telah terjadi. Bila pilihan kedua yang 
>dipilih, inilah kematian bagi Kompas. Sikap antiunion dan sikap 
>antidemokrasi akan menjadi citra baru suratkabar yang pernah 
>dihormati di negeri ini dan akan segera mengantarkannya ke liang 
>kubur. Saya kira masih ada sedikit sisa waktu bagi Pak Jakob dan 
>orang-orang kritis di dalam untuk menyelamatkan Kompas. (P Bambang Wisudo)
>
>Penulis adalah Sekretaris Perkumpulan Karyawan Kompas dan Ketua 
>Divisi Etik dan Profesi Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia.
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>__________________________________________________
>Do You Yahoo!?
>Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
><http://mail.yahoo.com>http://mail.yahoo.com
>
>[Non-text portions of this message have been removed]
>
>



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke