RRrrrrhhtttttttttt, rrrhhtttttttttttttttttt,rrrhhttttttttttttt

HP-ku bergetar2, tanda aku dapat SMS. Segera kubuka…..

--------------------------------------------
Hey, aku gak sengaja baca tulisanmu, aku gak nyangka aja ada yg nulis 
seberani itu. Tapi aku suka tulisanmu. Kamu mau gak ngedate ntar 
malem, kutunggu di café De Hemel at 7 pm sharp. 

xxx

Tuhan
---------------------------------------------

Lho, serius nih. Tuhan selama ini kupanggil Bapa koq, minta ngedate 
sama aku. Sial banget, dia kagak tahu apa kalau aku straight. Jangan2 
Tuhan gay, bajigur, cilaka nian nasib awak kalau begini. Sudah awak 
mati2an meniduri banyak gadis demi membuktikan keperkasaan, Tuhan 
datang tiba2 minta ngedate, atau dia berubah pikiran membolehkan 
cinta sesama jenis sekarang. Aku jadi bingung, semakin bingung, 
darimana pula dia mendapatkan nomer HP-ku. Ah,aku lupa, dia kan 
Khalik, jadi dia pasti punya data base lengkap seluruh makhluk.

Karena aku libur kuliah, aku belanja dulu dan kemudian mengerjakan 
tugas2 kuliah. Setelah semua itu aku kecapekan dan tertidur. 

Sebelum matahari terbenam, aku sudah bersiap2. Jam setengah tujuh aku 
keluar, lebih baik awal daripada terlambat pikirku.

Aku duduk dulu di pojokan café itu, menunggu jam 7. Aku sudah 
bersungut2 sebenarnya, sialan banget nasibku. Diajak date sama Tuhan. 

Jam 7 tepat, belum kulihat tanda2 kedatangan Tuhan. Tiba2 ada sosok 
cantik masuk dan melihat kanan kiri, setelah melihatku dia dengan 
percaya diri berjalan ke arahku. Dan kemudian duduk di depanku.


` Halo, aku Tuhan. Apa kabarmu..?'

Ajigile, cakep banget Tuhan. Bodinya aduhai, asoy geboy. Matanya 
coklat indah, rambutnya panjang hitam sedikit berombak. Senyum dari 
bibirnya bikin jantung melayang, menggemaskan. Lehernya jenjang, 
putih bersih. Ah sial, ngeres aja udah pikiranku. Rasa2nya ukuran 
34B. Nah kan sudah langsung itu yang kepikiran

` Halo, you know me already. Aku baik2. Kamu gimana nona cantik..?'

` Baik, tapi capek. Banyak sekali yang harus kerjakan akhir2 ini. 
Keluhan, permintaan, protes, somasi, ucapan terima kasih, 
persembahan, semua bertumpuk di kantorku. Kamu tidak apa2 kan 
menemaniku malam ini.'

`Pleasure is mine, no problem at all'

` Tahu gak, aku suka kamu karena keberanianmu. Keberanian argumen 
disertai kejernihan yang sangat jarang dimiliki oleh pemuda2 jaman 
sekarang.'

Sialan, hatiku dibuat berdetak2 keras mendengar pujian Tuhan. 
Biasanya sih yang ada pada protes atau menghujat tulisanku, eh malah 
Tuhan yang sering aku sindir malah suka dengan tulisanku. 

`Ehhmm, kalau mau jujur aku bukan apa2 Tuhan. Tulisanku hanyalah 
kesadaran seorang monyet yang sangat bodoh yang mencoba berjujur 
diri. Semakin aku banyak menulis, membaca, merasakan, melihat, 
mendengar, semakin terasa kebodohanku. Jadi please jangan memujiku 
seperti itu. Look at you, Engkau yang cantik tiada tara, pandai tiada 
bandingan. What am I compare to you…?'

`Ah kamu lucu kalau ngomong serius gitu'

Tuhan tersenyum manja sambil mencubit pinggangku, akunya yang jadi 
salah tingkah. Sebenarnya aku selalu memberanikan menatap mukanya, 
terutama matanya yang indah itu. Tapi kadang aku tak sanggup, malah 
yang ada aku melihat agak kebawah dan gak sengaja melihat sedikit2 
belahan dadanya yang memang agak kelihatan.

Pikiranku mengembara kemana2. 

`Hey, koq bengong. Kamu mau minum apa…?'

`Eh, hmm, aku yg traktir deh. Kamu mau minum apa..?'

`Cappuccino boleh gak, makasih ya.'

Aku segera beranjak pergi ke bar untuk memesan cappuccino untuk 
Tuhan, dan hot chocolate plus cream untukku sendiri. 

` Mas, kamu membenciku ya, suka sekali kau menyindirku dalam 
tulisanmu'

Lho, pertanyaannya langsung menohok begini.

`Tiada guna aku membencimu Tuhan, toh kau tetap Tuhan. Membebaskan 
pemikiran manusia, itu lebih penting. Tapi, sebelum membebaskan 
pemikiran manusia, Tuhan yang perlu dibebaskan dulu dari penjara 
manusia.'

` Menurut Mas, aku harus bagaimana..?'

` Menurutmu sendiri bagaimana…?'

`Mas, aku imanen sekaligus transenden, kalau kau rasa aku dekat, aku 
akan dekat, tapi kalau kau rasa jauh aku akan jauh.'

` Tuhan, dengan segala hormatku, imanen ataupun transenden, substansi 
dekat ataupun jauh, itu hanyalah subjektif belaka. Semua hanya 
berdasar asumsi. Aku tidak bisa menerima itu, paling jauh jika 
manusia masih harus mempercayaimu dengan rasio, ya bahwa Tuhan adalah 
Hukum Alam, seperti apa yg dipercaya Spinoza, Bruno dan Einstein. 
Sederhana sekali Tuhanku yang cantik, tidak ada bukti sama sekali ada 
campur tanganmu dalam semua kejadian di alam ini.' 

` Tapi ke-pantheis-an Spinoza dan kawan2 itu tidak bisa untuk semua 
orang sayang, mayoritas manusia masih membutuhkan kehadiranku secara 
personal. Aku tahu bahwa Tuhan personal tidak bisa fit dalam 
kompleksitas makro maupun mikrokosmos, tidak mampu menyentuh 
relativitas ataupun kuantum mekanik, tapi kau harus ingat saudara2mu 
yang masih tertinggal. Tanpa Tuhan yang dekat, mereka akan dengan 
gampang lepas dari rel2 kebaikan. Tanpa harapan dan ancaman, mereka 
akan dengan gampang masuk dalam perangkap kejahatan.'

Eh, tidak salah dengar aku tadi, dia memanggilku sayang. Asyiikk, wah 
pucuk dicinta ulam tiba. 

` Tapi begini Tuhan yang penuh keindahan, etika tidak harus dari 
Tuhan, etika tidak niscaya butuh sandaran vertikal. Etika harus 
membumi, dan itu bisa didapat dari pendidikan, simpati, dan hubungan 
sosial.'

` Aku setuju denganmu, tapi kau harus realistis sayang. Duniamu 
dihuni oleh 80% lebih orang yang beragama, kalau kau menginginkan 
perubahan, jangan kau tinggalkan mereka. Layaknya menyeberang sungai 
dengan perahu, kau sudah sampai di seberang. Tapi perahu jangan kau 
buang, mereka masih butuh perahu itu. Hanya yang pasti, perbaikilah 
perahu itu, yang bocor2 ditambal, sehingga mereka sampai juga di 
seberang. Aku juga tahu, dengan perahu konservatisme yang ada 
sekarang, mereka tidak akan pernah mencapai seberang, tapi sekali 
lagi jangan buang perahu, tapi perbaikilah. Secara ekonomi, cost-nya 
terlalu tinggi dibanding benefit yg diperoleh dengan membuang perahu 
itu dan menggantinya dengan yang lain '.

Sebenarnya, aku gak begitu konsentrasi ngomong sama Tuhan, kecantikan 
dan kemanjaannya sungguh di luar dugaanku. Ah, kenapa tidak kuajak 
nonton film saja.

`Eh, aku ada film bagus. Sepanjang film yang bermain hanya dua orang. 
Nonton film yuk.'

`Boleh, dimana…?'

`Di kamarku, deket koq dari café ini.'

Aku segera mengambil jaket kulitnya dan kubantu dia untuk memakainya. 
Horeee, perangkapku manjur.

Sesampai di kamar, Tuhan kelihatan senang. Dia senyum-senyum.

`Kenapa kau senyum2..?'

`Tumben, ada cowok kamarnya bersih'

Aku jadi ikut tersenyum2.

`Kamarku bukannya bersih, tapi memang gak ada barang2 berharga. 
Seperti kau lihat, aku hanya punya laptop, gitar, keyboard, dan 
sedikit pakaian. Hippies miskin, biasalah hahhaa….'

Aku segera nyalakan laptopku, dan segera kuambil chips dan kitapun 
nonton `Before Sunrise', film yang penuh dialog dewasa kalau aku 
bilang. Hampir akhir film ada adegan2 romantis, aku coba belai2 
rambut Tuhan, dia diam saja. Kucoba cium pipinya, dia hanya senyum. 
Selanjutnya yang diinginkan terjadi, terjadilah.

Tapi setelah sekian lama bercumbu, busyet dah, belum juga orgasme 
Tuhan ini. Cunnilingus sudah, Fellatio sudah. Foreplay cukup lama. 
Sudah kucoba semua gaya, doggy style, 69, misionaris, crabwalk, 
butterflies, sampai T-Square dan Gaya Kapak tetep aja belum orgasme. 
Sementara aku udah capek banget, sudah ngilu disana sini. 

` Mas kuat deh, belajar tantra ya Mas. Ayo dong main lagi, belum puas 
nih.'

`Heh, enak kamu tinggal nerima beres. Aku belum makan nih dari tadi 
pagi, paling cuman snack waktu di toko tadi. Tantra sih tantra, tapi 
kalau kagak isi bensin, koit juga aku.'

Kupikir untung juga aku belajar tantra, bisa on-off saklar dengan 
presisi. Kalau tidak sudah tepar dari tadi. Tapi gairah Tuhan ini gak 
ketulungan, ngos2an aku dibuatnya. Sudah hampir tiga jam kita 
bergumul, tapi masih belum ada tanda2 dia akan terpuaskan. Dan 4 jam 
adalah titik kulminasiku, titik 6 jam seperti di tantra yang ideal 
masih belum pernah kualami. Biasanya karena si cewek sudah koit 
duluan.

Kuberpikir keras untuk menemukan titik sensitifnya. Setelah beberapa 
lama, aha, akhirnya kutemukan pula G-Spot Tuhan. Menggelinjanglah dia 
kalau kusentuh itu G-Spot, merem melek, goyang kanan, goyang kiri. 
Dan akhirnya diapun terengah2 menemui puncaknya. 

Waktu sudah menunjukkan 10.30 malam, kuantar dia pulang. Kulihat dia 
tersenyum2 terus. Di halte kita berciuman di tengah dinginnya malam.

Sejak malam itu aku pacaran sama Tuhan. Tapi sebagaimana sudah aku 
duga sebelumnya, pacaran ama Tuhan itu makan hati. Tuhan sangat 
pencemburu dan posesif, mendua jelas2 gak boleh, bisa digampar abis 
aku. Selain itu Tuhan juga diktator, ngatur sana, ngatur sini, kalau 
kagak diturutin ngambek. Dalam hal komunikasi juga begitu, dia bisa 
seenak jidat menghubungiku kapanpun, tapi aku tidak bisa setiap saat 
menghubunginya, apalagi kalau rush hour. Tapi aku tetap sayang sama 
Tuhan. Aku mencintainya.



*Based on 50% true story









***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke