Banjet dan Dagang Sapi Oleh: Dr. KH. A. Mustofa Bisri
Datanglah sesekali ke pasar ternak, di tempat orang berdagang sapi! Anda tidak hanya akan ketemu penjual dan orang-orang yang akan membeli sapi. Anda, insya Allah, akan ketemu juga dengan jenis manusia yang tampak lebih sibuk dari penjual maupun pembeli/calon pembeli sapi itu sendiri. Jenis manusia itu, di tempat saya disebut banjet. Di samping kepintaran menjalin hubungan dengan para pedagang atau pemilik sapi karena pekerjaan pembanjetan memerlukan adanya naluri kkn dan kongkalikong antara si banjet dan si penjual sapi seorang banjet hanya bermodal mulut dan sedikit keahlian berakting atau katakanlah sedikit kelicikan, terutama dalam teknik tawar-menawar semu. Dengan bahasa yang lebih canggih, seorang banjet mesti bisa membuat manuver atau melemparkan move-move untuk menggoyang pasar. Tujuan dan kepentingan pedagang sapi tentu saja agar sapinya terjual dengan sebesar-besar keuntungan. Sedangkan tugas banjet adalah membantu memuluskan keberhasilan si pedagang memenuhi kepentingannya itu, dengan keuntungan memperoleh komisi. Kerja sama yang bagus antara si pedagang dan banjet-nya merupakan faktor penting bagi kesuksesan tujuan tersebut. Para peminat atau calon pembeli sapi atau bahkan yang sekedar melihat-lihat yang awam, jika tidak langsung termakan manuver banjet, paling tidak akan tergoda atau bingung. Sapi kurus yang nilainya tidak sampai satu juta rupiah, misalnya, mungkin ditawarkan si pedagang sampai 5 juta dan si banjet akan berpura-pura menawar antara 3-4 juta. Bahkan jika si pedagang dan banjet-nya lihai atau peminatnya bloon, kambing congek pun bisa terjual semahal sapi. Jika Anda mengira saya dengan bicara seperti di atas sedang ancang-ancang untuk bicara tentang politik, maka Anda tidak terlalu salah. Atau mungkin malah benar. Saat ini seperti lazimnya menjelang pemilu, bahkan melebihi biasanya semenjak reformasi dicanangkan kehidupan perpolitikan kita semakin gegap gempita. Hampir tak ada sisi kehidupan yang tak meruapkan bau politik. Bau itu tercium mulai dari pemilihan ketua dalam konferensi organisasi tingkat anak cabang, pilihan bupati, pilihan gubernur, hingga hiruk-pikuk menjelang pilihan presiden. Berpolitik tidak lagi menjadi monopoli para politisi dan anggota-anggota dewan. Hampir semua orang mulai dari pengurus organisasi sosial, pengurus organisasi keagamaan, pengurus MUI, pengurus persatuan artis, tentara, hakim, insan pers, guru, tokoh agama, pengusaha, bandar judi, anggota gang, hingga tukang ojek, sudah ikut keranjingan berpolitik atau minimal bicara politik. Politik bagaikan makhluk halus; bisa dirasakan dan mempengaruhi, meski tak jelas tongkrongannya. Karena banyak orang yang memahami politik hanya sebagai siasat, maka pedagang sapi dan banjet pun boleh merasa sudah mempunyai modal untuk terjun di bidang politik. Apalagi praktek-praktek politik yang dipamerkan banyak pemimpin politik justru lebih mengambil referensi dari perdagangan sapi dan per-banjet-annya. Bahkan siapa tahu mereka memang hanya dididik di pasar ternak. Lebih ramai lagi, karena umumnya politisi atau yang bermain politik di negeri ini, baru dalam taraf belajar mensiasati kawan-kawan sendiri. Dalil untuk men-sahkan hal ini, ialah dalil 'politik' yang mutawatir dan agaknya muttafaq 'alaih, yaitu: "tak ada kawan abadi dalam politik". Seperti pedagang sapi, kepentingan 'orang-orang politik' itu ialah mendapatkan keuntungan, kalau bisa sebesar-besarnya. Seperti pedagang sapi, 'politikus' juga punya banjet dan makelar yang nunut untung untuk dirinya sendiri. Meski tak bermodal kecuali mulut, banjet dan makelar yang lihai, bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar daripada si pedagangnya sendiri. Banjet-banjet dan makelar-makelar yang lihai bisa 'bermain' dengan dan terhadap si calon pembeli sekaligus dengan dan terhadap rekannya sendiri, sang pedagang. Seandainya nasib tidak berpihak kepada mereka sekalipun, mereka tidak rugi apa-apa. Paling-paling lelah sedikit dan itu sudah menjadi resiko mereka yang berjuang untuk mencapai sesuatu. Dan besar-kecilnya 'sesuatu' ini menentukan besar-kecilnya orang apakah ia pedagang sapi, banjet, makelar, atau politisi. KH. Dr. A. Mustofa Bisri, Pengajar di Pondok Pesantren Taman Pelajar Raudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah. -- "...menyembah yang maha esa, menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, mengasihi sesama..." [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://ppi-india.blogspot.com 4. Satu email perhari: ppiindia-dig...@yahoogroups.com 5. No-email/web only: ppiindia-nom...@yahoogroups.com 6. kembali menerima email: ppiindia-nor...@yahoogroups.com Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: ppiindia-dig...@yahoogroups.com ppiindia-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/