FID-DUNYA HASANAH WAFIL-AKHIRATI HASANAH

16 Nopember 2009 10:17:04

Oleh: KH. A. Mustofa Bisri



Kepentingan pembangunan–seperti juga pada jaman revolusi, yaitu kepentingan
revolusi–ternyata tidak hanya memerlukan dalil aqli, tapi juga dalil naqli.
Apalagi jika masyarakat menjadi subyek–atau obyek–pembangunan justru “kaum
beragama”.


Apabila pembangunan itu menitikberatkan pada pembangunan material
(kepentingan duniawi), meski konon tujuannya material dan spiritual
(kepentingan akhirat), maka perlu dicarikan dalil-dalil tentang pentingnya
materi. Minimal pentingnya menjaga “keseimbangan” antara keduanya (material
bagi kehidupan dunia dan spiritual bagi kehidupan akhirat).


Maka, dalil-dalil tentang mencari–atau setidak-tidaknya tentang peringatan
untuk tidak melupakan–kesejahteraan dunia, pun perlu “digali” untuk
digalakkan sosialisasinya.


Tak jarang semangat ingin berpartisipasi dalam pembangunan material-- yang
menjadi titik berat pembangunan– ini mendorong para dai dan kyai justru
melupakan kepentingan spiritual bagi kebahagiaan akhirat. Atau, setidaknya,
kurang proporsional dalam melihat kedua kepentingan itu.


Ketika berbicara tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara kepentingan
duniawi dan ukhrawi, biasanya para dai tidak cukup menyitir doa sapu jagat
saja: Rabbanaa aatinaa fid-dunya hasanah wa fil akhirati hasanah. Biasanya,
mereka juga tak lupa membawakan Hadist popular ini: I'mal lidunyaaka
kaannaka ta'iesyu abadan wa'mal liakhiratika kaannaka tamuutu ghadan, yang
galibnya berarti “Beramallah kamu untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup
abadi dan beramallah kamu untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok
pagi”. Kadang-kadang, dirangkaikan pula dengan firman Allah dalam Surat
al-Qashash (28), ayat 77:“Wabtaghi fiimaa aataakallahu 'd-daaral aakhirata
walaa tansanashiebaka min ad-dunya....” yang menurut terjemahan Depag
diartikan,“Dan carikan pada apa yang dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dari
(kenikmatan) duniawi…”.



Umumnya orang–sebagaimana para dainya–segera memahami dalil-dalil tersebut
sebagai anjuran untuk giat bekerja demi kesejahteraan di dunia dan giat
beramal demi kebahagiaan di akhirat.


Kita yang umumnya–tak usah dianjurkan pun–sudah senang “beramal” untuk
kesejahteraan duniawi, mendengarkan dalil-dalil ini rasanya seperti mendapat
pembenar, bahkan pemacu kita untuk lebih giat lagi bekerja demi kebahagiaan
duniawi kita.


Lihat dan hitunglah jam-jam kesibukan kita. Berapa persen yang untuk dunia
dan berapa persen untuk yang akhirat kita? Begitu semangat–bahkan
mati-matian–kita dalam bekerja untuk dunia kita, hingga kelihatan sekali
kita memang beranggapan bahwa kita akan hidup abadi di dunia ini.


Kita bisa saja berdalih bahwa jadwal kegiatan kita sehari-hari yang tampak
didominasi kerja-kerja duniawi, sebenarnya juga dalam rangka mencari
kebahagiaan ukhrawi. Bukankah perbuatan orang tergantung pada niatnya,
“Innamal a'maalu binniyyaat wa likullimri-in maa nawaa.” Tapi, kita tentu
tidak bisa berdusta kepada diri kita sendiri. Amal perbuatan kita pun
menunjukkan belaka akan niat kita yang sebenarnya.


Padahal, meski awal ayat 77 Surat sl-Qashash tersebut mengandung
“peringatan” agar jangan melupakan (kenikmatan) dunia, “peringatan” itu
jelas dalam konteks perintah untuk mencari kebahagiaan akhirat. Seolah-olah
Allah– wallahu a'lam– “sekadar” memperingatkan, supaya dalam mencari
kebahagiaan akhirat janganlah lalu kenikmatan duniawi yang juga merupakan
anugerah-Nya ditinggalkan. (Bahkan, menurut tafsir Ibn Abbas,“Walaa tansa
nasiibaka min ad-dunya” diartikan “Janganlah kamu tinggalkan bagianmu dari
akhirat karena bagianmu dari dunia”).


Juga dalil I'mal lidunyaaka… --seandainya pun benar merupakan Hadist
shahih–mengapa tidak dipahami, misalnya,“Beramallah kamu untuk duniamu
seolah-olah kamu akan hidup abadi.” Nah, karena kamu akan hidup abadi, jadi
tak usah ngongso dan ngoyo, tak perlu ngotot. Sebaliknya, untuk akhiratmu,
karena kamu akan mati besok pagi, bergegaslah. Dengan pemahaman seperti ini,
kiranya logika hikmahnya lebih kena.


Sehubungan dengan itu, ketika kita mengulang-ulang doa,“Rabbanaa aatina
fid-dunya hasanah wa fil-akhirati hasanah,” bukankah kita memang sedang
mengharapkan kebahagiaan (secara materiil) di dunia dan kebahagiaan (surga)
di akhirat, tanpa mengusut lebih lanjut, apakah memang demikian arti
sebenarnya dari hasanah, khususnya hasanah fid-dunya itu?


Pendek kata, jika tak mau mengartikan dalil-dalil tersebut sebagai anjuran
berorientasi pada akhirat, bukankah tidak lebih baik kita mengartikan saja
itu sebagai anjuran untuk memandang dunia dan akhirat secara proporsional
(berimbang yang tidak mesti seimbang).


Memang, repotnya, kini kita sepertinya sudah terbiasa berkepentingan dulu
sebelum melihat dalil, dan bukan sebaliknya. Wallahu a'lam.



KH. A. Mustofa Bisri, Pengajar di Pondok Pesantren Taman Pelajar Raudlatut
Thalibin, Rembang, Jawa Tengah.


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://ppi-india.blogspot.com 
4. Satu email perhari: ppiindia-dig...@yahoogroups.com
5. No-email/web only: ppiindia-nom...@yahoogroups.com
6. kembali menerima email: ppiindia-nor...@yahoogroups.com
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    ppiindia-dig...@yahoogroups.com 
    ppiindia-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke