http://www.republika.co.id/ASP/kolom.asp?kat_id=16
Senin, 23 Agustus 2004 Gus Mus dan Poros Khittah NU Oleh : Mohamad Guntur Romli "NU saat ini harus diselamatkan". Demikian ajakan Gus Mus, panggilan akrab KH Mustofa Bisri, dalam rangkaian Konferensi Cabang III NU Mesir pada 29 Agustus lalu. Keprihatinan Gus Mus tersebut dilandasi realitas NU saat ini dalam permainan kubu NU politik. Baik kubu Hasyim Muzadi ataupun kubu Abdurrahman Wahid. Pilihan warga NU Mesir terhadap sosok Gus Mus untuk membuka Konfercab bukan tanpa alasan. Gus Mus, seorang kiai, penyair, cerpenis, kolumnis, pelukis, seniman, dan budayawan dipandang mampu menjadi perekat pluralitas pemikiran dan kelompok di NU. Selain itu, ada dua alasan lain; "emosional" dan "rasional" yang melatarbelakangi pilihan tersebut. Alasan emosional adalah keterikatan NU Mesir dengan sosok Gus Mus sebagai salah satu alumnus Universitas Al-Azhar, pelabuhan studi mahasiswa Indonesia di Mesir. Gus Mus juga merupakan pelopor dari berdirinya komunitas NU Mesir bersama Gus Dur sejak tahun 1960- an. Waktu itu masih bernama Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU). Ketika pada Muktamar NU XXX di Kediri pada tahun 1999, KMNU diresmikan menjadi salah satu cabang istimewa NU di luar negeri. Pada tanggal 20 Januari 2000, melalui acara yang sederhana Gus Mus yang meresmikan berdirinya NU Cabang Istimewa Mesir di Kairo. Jadi bukan hal yang dibuat-buat jika ada yang berpendapat sosok Gus Mus tidak bisa dipisahkan dari eksistensi NU Mesir, baik sejak tahun 1960-an hingga Konferensi Cabang III kemarin. NU khittah dan NU politik Alasan rasionalnya adalah, Gus Mus merupakan sosok yang konsisten terhadap Khittah NU. Gus Mus mampu menjaga jarak dengan kekuasaan ataupun dengan friksi-friksi yang terjadi dalam tubuh NU akibat pertarungan politik praktis. Bersama Rais Aam, KH Sahal Mahfuz, Pelaksana Harian PBNU KH Masdar F Mas'udi, dan beberapa personel NU lainnya, Gus Mus mampu menjadi kekuatan poros NU Khittah yang berlawanan dengan poros NU politik. Poros NU Khittah itu merupakan kekuatan ketiga di tubuh NU saat ini yang terpecah menjadi dua poros NU politik. Seperti yang maklum, saat ini bisa diibaratkan di NU terjadi pergulatan dua "bani" yang menyeret NU dalam pusaran politik. Pertama Bani Wahid, yang terdiri atas Abdurrahman Wahid, Salahuddin Wahid, PKB, dan komunitas kiai khos. Kedua Bani Hasyim Muzadi, dengan beberapa personel PBNU (tim sukses) dan beberapa pengurus NU wilayah (terutama PWNU Jawa Timur). Kedua poros tersebut semakin adu kekuatan. Dan akan membawa dampak yang besar terhadap perjalanan NU. Menjelang Muktamar NU XXXI Gus Dur sudah memasang jago-jagonya. Seperti di Muktamar XXX di Kediri, beberapa waktu lalu Gus Dur juga telah melontarkan beberapa nama untuk dicalonkan menjadi ketua umum PBNU mendatang. Dan tentu saja, nama-nama itu berasal dari "kantong" Gus Dur. Hasyim Muzadi tidak mau kalah, beliau juga sangat bersemangat dalam "mengamankan" Muktamar NU melalui pengurus PBNU yang menjadi anggota tim sukses politiknya terutama Ahmad Bagja yang menjadi Ketua Pelaksana Muktamar NU mendatang. Sedangkan PKB ke depan memberi sinyal melalui silaturahmi 27 DPW PKB di Makassar bulan lalu akan mendukung SBY dan ini akan semakin memperparah hubungan NU dan PKB. Sedangkan "mesra-mesra" Gus Dur dan Mega saya lihat adalah manuver Gus Dur untuk "memotong" pengaruh Hasyim kepada Mega dan PDIP. Terakhir ada keputusan, tim sukses antara capres (Mega) dan cawapres (Hasyim) dipisah. Bisa jadi kalau nanti Mega menjadi presiden dan Hasyim menjadi wakil presiden tapi orang-orang Gus Dur dengan dukungan Gus Dur tentunya akan bersaing dan menjadi ancaman bagi orang-orang Hasyim. Apalagi PDIP sadar bahwa Hasyim hanya bisa menyumbang suara 22 persen dari kantong-kantong NU. Karena kekuatan politik NU sesungguhnya ada di tangan Gus Dur dan PKB. Menurut pengamatan saya sementara, dan menjaga hal yang paling jelek adalah Gus Dur dan Hasyim tidak bisa damai. Nah, menurut kaidah ushul Fiqh ''al-khurj min al-khilf mustahabb (keluar dari perselisihan dianjurkan) jika dua poros ini terus berseteru dan sama-sama mempolitisasi NU maka sudah saatnya kita memikirkan poros lain, yaitu poros ketiga. Poros Rembang atau poros Khittah. Poros Rembang ini didukung oleh Rais Aam Syuriah PBNU KH Sahal Mahfuz, dan tokoh sentral KH Mustofa Bisri. Terbukti melalui qarr Syuriah di Rembang mampu menjadi jalan ketiga, dengan menonaktifkan Hasyim tanpa harus memecat dan personel pengurus NU yang terlibat dalam aksi dukung- mendukung capres-cawapres. Hal ini merupakan pilihan yang moderat dan tepat. Gus Mus Nah, pada Muktamar NU XXXI mendatang di Solo, harus dipertimbangkan al-khurj min al-khilf itu dan mendukung poros ketiga. Tetapi poros ketiga ini memiliki kendala sangat besar yaitu, Gus Mus sebagai tokoh sentral enggan menjadi ketua umum PBNU. Kalau saja pada Muktamar NU XXX di Lirboyo kemarin Gus Mus bersedia, mungkin beliau yang saat ini menjabat sebagai ketua umum PBNU. Tapi NU saat ini ibarat telur di ujung tanduk. Jika yang menjadi ketua umum PBNU mendatang berasal dari dua poros NU politik (Gus Dur atau Hasyim) yang selama ini berseteru maka lima tahun ke depan NU akan terus dipenuhi konflik. Kita tidak bisa fatalis dengan menunggu Gus Dur dan Hasyim berdamai. Beberapa waktu lalu setelah kedua orang tersebut bertemu di Sukabumi malah semakin ribut. Maka, jika selama ini ada gerakan menyelamatkan NU, atau memperkuat Khittah NU, memperjuangkan figur Gus Mus merupakan kebutuhan mendesak. Sebagai langkah pertama, bagaimana "merayu" dan meyakinkan Gus Mus agar bersedia menjadi ketua umum PBNU. Meyakinkan Gus Mus memang bukan pekerjaan mudah, tapi harus terus-menerus diusahakan. Bagi saya pribadi kesediaan Gus Mus saat ini sudah tidak bisa ditawar- tawar lagi. Kedua, jika Gus Mus tidak bersedia semoga Allah tidak menghendaki poros Rembang KH Sahal dan Gus Mus harus memiliki calon tersendiri yang akan bisa dipersiapkan untuk mengungguli calon Gus Dur dan Hasyim. Calonnya siapa? Bisa Masdar, Fajrul Falaakh, dan lain- lain tapi yang independen dan memiliki jarak dengan kubu Gus Dur dan kubu Hasyim Muzadi. Dalam acara silaturahmi bersama warga NU Mesir, Gus Mus kembali melontarkan keengganannya untuk menjadi ketua umum PBNU. Menurutnya dengan sikap tawadlu' khas NU masih banyak figur lain yang bisa memimpin NU mendatang. Lagi pula, NU bukan saatnya lagi mementingkan figur pemimpin tapi mementingkan amanat-amanat Muktamar yang akan diserahkan kepada calon pemimpin NU. Meskipun tanpa mengingkari NU tetaplah organisasi tradisional yang tetap menjadikan figur sebagai kekuatan sentral. Namun dalam pertemuan terbatas, ketika Gus Mus disodorkan beberapa nama oleh teman-teman NU Mesir sebagai calon-calon pemimpin NU mendatang, Gus Mus memberi penilaian kritis terhadap nama-nama itu. Seorang teman saya ketika mendengar penilain kritis Gus Mus tersebut, nyeletuk, "Kalau gitu, Gus Mus saja yang menjadi ketua umum PBNU, nama-nama itu sepertinya masih belum cocok menjadi pemimpin NU." Mendengar komentar spontan tersebut, Gus Mus hanya tertawa terkekeh- kekeh. Warga NU Mesir tetap mendesak agar Gus Mus bersedia menjadi ketua umum PBNU mendatang dan meminta petunjuk (istikharah) kepada Allah SWT selepas kunjungan dari Mesir. Apakah Gus Mus bersedia dan siap menjadi ketua umum PBNU mendatang? Wakil Ketua Tanfidziyah PCI-NU Mesir 2002-2004 ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> $9.95 domain names from Yahoo!. Register anything. http://us.click.yahoo.com/J8kdrA/y20IAA/yQLSAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi.4t.com *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Posting: [EMAIL PROTECTED] 5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/