http://www.antara.co.id/arc/2008/11/29/hiv-aids-intai-kalangan-artis/

*HIV/AIDS Intai Kalangan Artis*


Oleh Desy Saputra

Jakarta (ANTARA News) - Kehidupan artis yang sarat dengan dunia gemerlap di
Ibukota Jakarta, pergaulan luas dan bebas, ketidaksiapan menghadapi
ketenaran atau kejatuhan dalam karirnya, seringkali dikaitkan dengan narkoba
dan ancaman HIV/AIDS.

Tompi, penyanyi jazz yang juga berprofesi sebagai dokter, mengungkapkan,
kalangan artis adalah bagian dari masyarakat yang cukup rentan terjangkit
HIV/AIDS meski hingga saat ini belum pernah terungkap secara gamblang adanya
artis yang mengidap HIV/AIDS.

"Rentan ini dalam arti mereka terpapar dengan hal-hal yang menulari yakni
lewat seks bebas, obat-obatan terlarang lewat jarum suntik," katanya kepada
ANTARA di Jakarta, Sabtu (29/11).

Tompi mengatakan kendati tidak semua artis akrab dengan narkoba lewat jarum
suntik ataupun seks bebas, namun lingkungan memungkinkan adanya pengaruh itu
merasuk dalam kehidupan mereka.

"Tidak semua artis mengonsumsi narkoba kan, tidak semua melakukan seks
bebas. Tapi memang kita sama-sama tahu bahwa ada beberapa di antara kami ini
yang masih terlibat dengan hal-hal tersebut," ujarnya.

Menurut pelantun lagu "Selalu Denganmu" ini, kehidupan yang akrab dengan
jarum suntik dan seks bebas di kalangan artis biasanya berawal dari konsumsi
alkohol. Kebiasaan dugem dan minum-minuman keras sampai mabuk sambil
nongkrong di bar biasanya yang mendorong mereka terjerumus ke dunia
obat-obatan dan seks bebas.

"Ketika mereka mabuk dan akhirnya tidak sadar, setelah itu tidak tahu lagi
melakukan apa saja. Di situ mulai penggunaan drugs biasanya jadi tidak bisa
terhindarkan," katanya.

Penyanyi dan komedian Ronald Suryapradja mengungkapkan, kehidupan artis,
baik penyanyi, musisi, bintang film, atau artis sinetron memang tidak bisa
dipungkiri seringkali dikaitkan dengan gaya hidup bebas, alkohol, dan
minuman keras. Namun hal itu bergantung pula pada masing-masing individu
dalam menyikapinya.

"Stereotipe artis memang biasanya tidak pernah jauh dari tiga hal itu, tapi
sebenarnya kalau kita tinggal di keluarga yang harmonis, lingkungan yang
hidup sehat, dan dekat dengan Tuhan maka sebenarnya kita bisa menjauhkan
diri dari bahaya HIV/AIDS," katanya.

Peran keluarga dan orang-orang terdekat, menurut Ronald sangat penting dalam
membentuk jiwa dan karakter seseorang termasuk kalangan artis. Dari
pengalamannya pribadi, kedekatan dengan orang tua mendorong dia untuk
menjauhi hal-hal yang negatif.

"Orang tua gue tidak pernah mencontohkan hal-hal semacam itu. Mereka juga
tidak pernah melarangku melakukan ini dan itu, tapi karena aku belajar dan
melihat keseharian mereka yang positif maka secara tidak langsung aku
menirunya juga," ujar pria asal Bandung, Jawa Barat, itu.

Penyanyi jazz asal Solo, Iga Mawarni, yang juga memiliki pergaulan luas di
kalangan penyanyi, musisi,dan seniman, mengatakan, tidak mudah menjauhkan
narkoba dari kalangan artis ataupun seniman. Hal ini karena masih ada
sebagian di antara mereka yang mengonsumsi narkoba untuk kepentingan mencari
inspirasi atau membangkitkan emosi yang tinggi untuk menciptakan karya, baik
musik maupun yang lainnya.

"Ada beberapa orang yang kurang percaya diri lantas berpikiran bahwa
kreativitas dan imajinasinya akan muncul dengan dahsyat ketika mengosumsi
narkoba, terutama dengan jarum suntik ya. Mereka inilah yang sangat rentan
terhadap penularan HIV/AIDS," katanya.

Ia mengungkapkan anggapan itu akhirnya menjadi kegiatan yang dilakukan
berulang-ulang, yakni terus-menerus mengonsumsi narkoba demi membangkitkan
imajinasi dan adrenalin untuk menciptakan sebuah karya yang hebat, serta
mengesampingkan logika murni dalam berkarya.

"Apalagi misalnya kalau sedang dikejar deadline produksi album baru padahal
belum ada ide untuk membuat lagu, biasanya seniman itu yang larinya ke
narkoba," kata ibu satu anak itu.

Dalam pengamatannya, artis-artis mudalah yang paling rentan terjerumus ke
narkoba dan seks bebas. Banyaknya bermunculan grup band baru, persaingan di
bidang musik yang sangat ketat, dan ketidakmampuan untuk menerima ketenaran
yang tiba-tiba bisa saja menyeret seseorang terjerumus ke dunia obat-obatan
terlarang.

"Bicara persaingan band-band baru, mereka masih ABG (anak baru gede) yang
masih memburu popularitas, belum berpikir `positioning`, biasanya adalah
kalangan rentan apalagi bila kondisi keluarga dan lingkungan sekitarnya
tidak mendukung terciptanya emosi yang stabil dan pemahaman yang lengkap
tentang narkoba dan seks bebas," katanya prihatin.

Pengetahuan

Sebagai kelompok yang rentan terhadap penularan HIV/AIDS, Ronald menilai
sangat penting bagi artis untuk membekali pengetahuan seputar virus
mematikan itu.

Menurut dia, dengan kesadaran sendiri seharusnya para artis sudah membekali
diri dengan pengetahuan tentang HIV/AIDS karena kehidupan mereka yaauh dari
ancaman terjangkit virus tersebut.

"Sebenarnya tidak hanya artis ya, semua orang seharusnya well informed
tentang apa itu HIV/AIDS karena penting untuk menjaga diri sendiri dari
resiko tertular," tambahnya.

Mantan VJ MTV Rianti Cartwright mengungkapkan pengetahuan tentang HIV/AIDS
sangat penting bagi dia sebagai seorang entertainer. Dengan pemahaman yang
benar maka seseorang bisa lebih berhati-hari dalam bersikap dan pergaulan
sehari-hari.

Rianti mengatakan, dengan adanya pengetahuan yang cukup, ia bisa mengetahui
bagaimana memerlakukan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Ia mencontohkan pada
dirinya sendiri ketika masih menjadi pembawa acara stasiun televisi MTV
pernah mewawancarai ODHA.

Karena ia tahu penularan HIV/AIDS hanya bisa dilakukan melalui melalui
cairan tubuh, akhirnya dia tidak gentar saat berhadapan dengan mereka. "Saya
tidak takut berjabat tangan dan pelukan dengan penderita AIDS. Karena memang
saya tahu tidak akan tertular semudah itu," katanya.

Hal senada juga diungkapkan aktor muda Christian Sugiono. Ketika mengetahui
bahwa teman akrabnya semasa di Jerman menderita AIDS, dia tidak serta merta
kaget. "Saya sudah tahu cara penularannya. Makanya tidak terlalu memikirkan
hal tersebut," ungkapnya.

Pengetahuan seputar HIV/AIDS itu, menurut Tompi, juga harus dibarengi dengan
kasadaran diri untuk memeriksakan diri ke dokter. Ia mengatakan, meskipun
seseorang merasa memiliki gaya hidup yang sehat dan positif belum tentu
terhindar dari kemungkinan tertular HIV/AIDS.

"Siapa tahu tertular virusnya dari pisau cukur yang dipakai bergantian, atau
dari jarum tato yang dipakai beberapa orang," katanya.

Berdasarkan pengalamannya sebagai dokter yang menangani kasus HIV/AIDS, ada
beberapa orang yang tidak bersedia diperiksa karena merasa kehidupannya
sangat positif.

"Orang-orang yang rentan terhadap resiko tertular HIV/AIDS, baik itu artis
ataupun bukan artis, harus menumbuhkan kesadaran diri sendiri bahwa
memeriksakan diri ke dokter itu juga sangat penting untuk menjaga dari
hal-hal yang tidak diinginkan," demikian Tompi. (*)


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke