Habibie Usul Diadili, Din Minta Didoakan
Senin, 22 Mei 2006
Korban Mei Belum Maafkan Soeharto
Laporan JPNN, Jakarta
Pro-kontra terhadap kasus mantan Presiden Soeharto terus saja bergulir. Di tengah maraknya aksi menuntut agar proses hukum terhadap mantan penguasa Orde Baru itu tidak dihentikan, muncul pernyataan dari bekas orang dekatnya, mantan Presiden BJ Habibie.
Inilah kali pertama mantan Presiden BJ Habibie bersuara terkait dengan pro-kontra pengampunan Soeharto. Tokoh yang mendampingi penguasa Orde Baru selama puluhan tahun itu berharap kasus Soeharto diselesaikan secara hukum. Artinya: diadili. ''Mari kita tutup masalah Soeharto dan Soekarno melalui perangkat hukum,'' ujarnya menjawab pertanyaan dalam talk show Kebangkitan Tani dan Nelayan di Gorontalo kemarin.
Sementara itu Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin berbeda sikap dengan seniornya, Amien Rais. Jika Amien mendesak agar Pak Harto yang kini sedang terbaring sakit di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) tetap diadili secara in absensia, Din bersikap lebih lunak. Din meminta umat Islam mendoakan Pak Harto agar cepat sembuh.
''Doakan bagi kesembuhan Pak Harto,'' kata Din, didampingi mantan Menteri Negara Urusan Peranan Wanita Tuti Alawiyah, usai menjenguk Pak Harto di RSPP pada pukul 13.35 WIB kemarin. Dia mengatakan, kedatangannya ke RSPP didasari niat ibadah. Sesuai tuntunan agama, umat Islam dianjurkan mengunjungi orang sakit.
Dia menceritakan, saat bezuk Pak Harto, mantan penguasa Orde Baru tersebut sedang tidur. ''Kami tidak sempat berbincang-bincang. Saya hanya mendoakan di depan tempat tidur beliau,'' ungkapnya. Dia hanya bertemu dengan dua putri Pak Harto, Titik dan Mamik. ''Mereka mohon kepada kami untuk mendoakan Pak Harto. Apalagi, keadaan pascaoperasi masih membutuhkan pemulihan yang serius,'' ujarnya.
Sangat Dekat
Kembali ke Habibie, saat Soeharto berkuasa, ia dipercaya menjadi Menristek. Pada periode terakhir Soeharto berkuasa, dia diangkat sebagai wakil presiden. Karena itu, ahli pesawat terbang tersebut diangkat menjadi presiden setelah Soeharto lengser. Saat berkuasa, Habibie mengeluarkan perintah untuk mengusut Soeharto.
Dalam acara kemarin, dia juga menceritakan tentang kedekatannya dengan Soeharto. Kali pertama mengenal Soeharto, Habibie mengaku berusia 13 tahun. Soeharto saat itu berusia 28 tahun. ''Saya kenal beliau sebagai orang yang sederhana dan tahu diri,'' ungkap tokoh nasional asal Gorontalo yang dianugerahi gelar adat Ti Ti Tilango Madala (Putra Terbaik Penerang Negeri) itu.
''Selama menjadi pembantu Soeharto, saya tak pernah menerima perintah yang berbau KKN,'' jelasnya yang disambut aplaus ratusan tani dan nelayan. Dengan pengalamannya itu, dia berharap elemen masyarakat Indonesia tidak melepas masa lampau. Namun, masa lampau, kata dia, tak bisa dijadikan kendala untuk menyongsong dan menggapai masa depan Indonesia yang lebih cerah.
Menanggapi pertanyaan moderator Parni Hadi tentang pertemuan terakhirnya dengan Soeharto, dia menuturkan bahwa dirinya terakhir bertemu Soeharto pada 21 Mei delapan tahun lalu. ''Sejak saat itu, saya sulit menemui beliau, meski beberapa kali sempat ngotot,'' ujarnya.
Interaksinya dengan Soeharto, lanjut dia, terjadi pada 8 Juni 1998 saat dirinya sudah menjabat presiden, meski hanya melalui telepon. ''Pada pembicaraan itu, saya mengatakan saya ingin bertemu beliau. Tapi, permintaan saya tersebut tak direspons. Pak Harto cuma berpesan agar saya melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya,'' jelasnya.
Hingga kini, dirinya berharap masih bisa bertemu Soeharto, meski posisinya tetap dilematis. Artinya, Habibie khawatir pertemuannya tersebut hanya akan memunculkan dua sikap, Soeharto senang dan perasaan senang itu akan memperparah penyakitnya. Atau, kehadirannya akan membuat mantan penguasa Orba tersebut marah. Sebab, Soeharto pernah ''melarang'' Habibie menemuinya sebelum menyelesaikan permasalahan bangsa saat ini.
Sangat Dilematis
Sedangkan Din Syamsuddin saat ditanya mengenai penerbitan Surat Ketetapan Pemberhentian Penuntutan (SKPP) Pak Harto, berpendapat, Muhammadiyah selalu mendukung upaya penegakan hukum yang merupakan salah satu agenda reformasi.
''Kita sedang membangun supremasi hukum. Karena itu, saya memahami aspirasi masyarakat yang mendesak penegakan hukum terhadap Pak Harto,'' paparnya. Meski demikian, lanjut Din, kondisi Soeharto yang saat ini sakit tidak bisa dihadapkan di muka pengadilan. ''Ini sangat dilematis. Perlu prinsip kemanusiaan untuk menyikapi masalah ini. Tapi, bukan berarti kita menolak supremasi hukum,'' jelasnya.
Menurut dia, saat ini perlu ada terobosan terhadap pendekatan hukum dan politik yang membutuhkan kearifan para tokohnya. ''Meski demikian, kita tidak boleh melupakan kesalahan beliau. Bangsa ini ke depan justru perlu belajar dari kesalahan-kesalahan tersebut agar tidak terulang,'' ujarnya. ''Tapi, khusus untuk Pak Harto yang kami saksikan sendiri dalam keadaan sakit, tidak mungkin hukum tersebut diterapkan,'' tegasnya lagi.
Kemarin sore pukul 16.00 WIB, Indra Rukmana, menantu Pak Harto, terlihat keluar dari RSPP. Suami Mbak Tutut itu tergesa-gesa memasuki Honda Odyssey metalik nopol B 2755 IN. Dia menolak menjawab pertanyaan wartawan. Dua jam kemudian, Halimah, menantu lain Pak Harto, datang ke RSPP. Ketika ditanya JPNN tentang kabar terakhir Pak Harto, istri Bambang Trihatmodjo itu berdalih tidak tahu karena baru saja datang. ''Kabar Bapak biasa saja,'' tuturnya sambil memasuki lift.
Enggan Memaafkan
Di sisi lain, kendati keluarga Cendana sudah menyampaikan permintaan maaf atas kesalahan yang dilakukan mantan Presiden Soeharto, bukan berarti serta merta keluarga korban Trisakti Mei 1998, Semanggi I dan II memaafkan mantan penguasa orde baru tersebut.
Keluarga tragedi Trisakti, Semanggi I dan II tidak akan memaafkan mantan Presiden Soeharto, apabila belum diproses secara hukum. ''Menurut saya tidak hanya sekadar minta maaf saja, tapi harus diproses melalui hukum,'' kata Ibunda korban Semanggi I almarhum Bernardius Realino Norma Irawan, Sumarsih saat dihubungi kemarin.
Apalagi, pengusutan terhadap Soeharto dan kroni-kroninya telah diatur dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) No XI Tahun 1998 tentang Penyelengaraan Pemerintah yang Bersih dan Bebas dari Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN). Kemudian, pengadilan Soeharto dan kroni-kroninya juga menjadi agenda reformasi. ''Agenda Reformasi yang nomor satu yakni adili Soeharto dan kroni-kroninya,'' ujarnya.
Pasca tewasnya Bernardius Realino Norma Irawan, Sumarsih berjuang untuk memperoleh keadilan sesuai peraturan perundangan-undangan bagi dirinya serta anaknya. Namun, tidak kunjung memberikan hasil. Karena itu, Sumarsih masih terasa berat untuk memaafkan Soeharto.
''Saya akan memaafkan Pak Harto, ketika sudah diproses hukum. Jadi harus diadili dulu,'' ujar perempuan yang aktif sebagai pengurus di Jaringan Solidaritas Keluarga Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia (JSKK) ini.
Sumarsih juga tidak menghendaki, faktor kondisi kesehatan yang kritis menjadikan alasan pemaaf terhadap mantan Presiden Soeharto. Menurutnya, pengadilan harus memperlakukan sama terhadap semua pelaku tindak pidana. ''Kenapa harus dibeda-bedakan. Memang orang yang menjadi korban Pak Harto tidak menderita,'' ujarnya.
Hal senada juga diutarakan Ibunda Yap Yun Hap, Ho Kim Ngo. Dia menghendaki agar proses hukum mantan Presiden Soeharto tetap dijalankan. Meski begitu, dia mengatakan bahwa, dirinya telah memaafkan Soeharto secara pribadi.
Bernardius Realino Norma Irawan dan Yap Yun Hap merupakan korban Semanggi I dan II. Bernardius Realino Norma Irawan atau yang akrab dipanggil Wawan, tewas tertembak pada saat menjadi tim sukarelawan di Semanggi. Begitu juga, Yap Yun Hap. Pria kelahiran Jakarta 17 Oktober ini tewas saat melakukan unjuk rasa di Semanggi.(yog/ein/aka)
[Non-text portions of this message have been removed]
***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:
1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
SPONSORED LINKS
Cultural diversity | Indonesian languages | Indonesian language learn |
Indonesian language course |
YAHOO! GROUPS LINKS
- Visit your group "ppiindia" on the web.
- To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]
- Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.