(dikutip dari milis TransTV)
From: dhadha <[EMAIL PROTECTED] com>
Date: Thu, 5 Oct 2006 19:19:00 +0100 (BST)
Subject: Hebatnya Bangsa Indonesia... .
Memandang Indonesia dari sisi lain, entah ngeledek ato
bangga, tapi menggelitik. ....

Anda orang Indonesia ?
Masih tinggal di Indonesia ?
Di Jakarta?
Ke kantor naik bis umpel-umpelan?
Lalu lintas macet?
Pernah Naik kereta super ekonomi ke Yogya or Surabaya
?
Pernah kebajiran?
Pernah dipalakin di bus sama gerombolan preman?

Ok, sekarang saya serius.

Kalau Ada yang bertanya: apa sih yang bisa dibanggakan
for being Indonesian?
Maka jawaban saya adalah : Kita.

Kita harus bangga karena kita orang Indonesia Bisa dan
Biasa hidup susah!!!
Becanda lagi nih?

Nggak, saya Serius!! Saya nggak boong.
Kalau saya boong biarkan Tuhan memberikan cobaan yang
berat pada saya
(red: katanya harta yang berlimpah merupakan cobaan
yang berat)Kemampuan
untuk hidup susah (saya sebut aja "survival ability"
ya) tidak dimiliki orang-orang yang lama hidup di
negara-negara mapan.

Boss saya (orang India) pernah cerita: suatu ketika
teman-nya-sebut saja
Sarukh dan keluarganya -pamit pada boss saya pulang ke
negara asalnya ?
India yang murah meriah untuk menikmati pensiun dini,
setelah 15 tahun
kerja di Singapore .

Eeeeeee? ... belum satu tahun pamitan pulang ke India
? si Sarukh sudah balik lagi ke Singapore , dan kali
ini minta bantuan Boss saya untuk dicariin kerjaan
lagi di Singapore.

What happened? Tanya boss saya.

Sarukh bercerita, setelah pulang ke India , anak
remajanya yang dibesarkan
di Singapore menjadi rada-rada stress dan menjadi
pasien tetap psikiater
di sana. Selidik-punya selidik agaknya hal itu
disebabkan karena Anaknya
Sarukh tidak bisa menyesuaikan diri terhadap perubahan
lingkungan dari
kondisi yang sangat mapan ( Singapore) ke kondisi yang
sebaliknya(India) .

Jadi, dalam hal ini, anak si Sarukh yang sudah biasa
hidup dalam kemapanan
tidak punya "kemampuan bertahan waras" untuk hidup di
negara yang belum
mapan. Demi kebaikan anaknya, akhirnya si Sarukh
memutuskan menunda pensiun dini-nya dan kembali kerja
di Singapore .

Kalau kita-kita yang sudah biasa hidup susah di
Jakarta , pindah or berkunjung ke India sih nggak ada
masalah.

Saya jadi ingat, 2 tahun lalu ketika saya dan rekan-2
kerja saya berkunjung ke India, boss saya wanti-wanti
untuk : bawa obat sakit perut, dan selama di India
hanya minum-minuman dari botol/kaleng.

Kalau ke restoran local jangan sekali-kali minum air
putih yang disediakan dari dari Teko/ceret di restoran
tersbut, karena Kebersihan Airnya tidak terjamin, dan
biasanya perut orang asing tidak siap untuk itu;
begitu nasehat boss saya.

Pada waktu itu satu rombongan yang berangkat ke India
terdiri dari 5 orang.
Satu orang Jepang dari Jepang, dua orang Singapore dan
dua orang Indonesia (termasuk saya baru sebulan kerja
di Singapore ).
Dalam 2 minggu kunjungan ke India , kolega dari
Singapore dan Jepang langsung menderita diare di
Minggu pertama ke India? diselidiki, kemungkinan
penyebabnya adalah mereka pernah memesan kopi atau teh
direstoran local pada saat makan siang (yang tentunya
tidak dari botol),
Sementara si orang Jepang, walaupun secara ketat dia
hanya minum-minuman
botol atau kaleng selama makan di restoran-restoran
lokal, terkena diare diduga karena si orang jepang ini
menggunakan air keran dari hotel untuk berkumur-kumur
selama sikat gigi.

Sedangkan saya dan satu orang rekan lagi dari
Indonesia, sehat walafiat tidak menderita suatu apapun
selama di sana (mungkin karena diIndoneisa, sudah
terbiasa jajan es dipinggir jalan yang mungkin airnya
tidak lebih bersih dari air di restoran-restoran
India)

What is the moral of the story?

Kita harus bangga karena Kita bisa lebih baik dari
orang Jepang dan Singapore!!! ! (at least, dalam hal
ketahanan perut).

Cerita lainnya lagi, bulan lalu saya di kirim kantor
(yang base-nya di
Singapore) untuk mengikuti sebuah workshop di Rio de
Janeiro Brazil

Total waktu trempuh saya dari Singapore ke hotel saya
di Rio de Janeiro Brazil adalah 36 jam (termasuk 5 jam
transit di Eropa). Sebenarnya, dari Singapore ke
Brazil , jalur yang paling umum dan cepat adalah ke
arah Timur, transit di Amerika, terus ke Brazil.
Dengan jalur ini saya perkirakan, dalam 26-30 Jam saya
sudah bisa mencapai Brazil.

Cuma, karena saya orang Indonesia , untuk transit di
Amerika pun saya
butuh apply VISA Amerika, yang mana proses aplikasi
visa tersebut memerlukan waktu sedikitnya 2 minggu.
Padahal, saya tidak punya waktu sebanyak itu. Alhasil,
yah begitulah, saya harus memilih rute yang
sebaliknya, mengeliling belahan bumi bagian barat,
transit di Amsterdam , dengan waktu tempuhnya 6- 10
jam lebih lama. Jadinya, cukup melelahkan, tapi nggak
apa-apa, namanya juga orang Indonesia, harus terbiasa
dengan hal-hal yang susah-susah.

Saya sampai di hotel di Rio, hari minggu jam 11 malam.
Dan keesokan paginya saya langsung mengikuti workshop
di sana. Walaupun masih terasa lelah, saya tetap
berusaha untuk terlibat aktif dalam
workshop pagi itu, dengan mengajukan pertanyaan atau
memberi masukan
atas pertanyaan peserta lainnya.

Pada saat istirahat, saya sempat berbincang-bincang
dengan kolega-kolega
dari Jerman peserta workshop itu. Beberapa dari mereka
mengeluh kecapaian dan menderita "jet lag", karena
mereka telah menempuh 12 jam perjalanan dari Jerman,
dan baru saja tiba diBrazil hari minggu siang,
sehingga belum cukup waktu istirahat untuk adaptasi
Jet lag, begitu keluh mereka.

Lalu, saya berkata pada mereka, bahwa sebenarnya
mereka lebih beruntung
dari saya, karena saya harus menempuh 36 jam
perjalanan dari Singapore, dan baru tiba di hotel
pukul sebelas malem, kurang dari 12 jam sebelum
workshop dimulai. Mereka tertegun, salah seorang dari
mereka bertanya pada saya: 

"Tapi kamu naik pesawat, di kelas Bisnis khan?"
"Tidak, jatah saya Cuma kelas ekonomi", jawab saya
lagi.

Mereka terlihat semakin terkagum-kagum (atau
kasihan?), dan salah seorang dari mereka memuji. 

"Its very impressive, you guys Singaporean are
really-really hard workers"
"I'm not Singaporean, I'm Indonesian working in
Singapore " jawab saya
dengan bangga.

Agaknya, hari itu saya menjadi cukup terkenal di
kalangan kolega dari Jerman, hanya karena terbang
selama 36 jam dari Singapore 12 jam sebelumnya dan
masih bisa secara aktif mengikuti workshop tersebut.
Saya tahu kalau saya menjadi pembicaraan mereka,
karena sewaktu makan
malam, kolega dari jerman lainnya - yang saya tidak
pernah ceritakan
mengenai perjalanan saya dari Singapore bertanya pada
saya tips and
trick supaya bisa tetap segar setelah menempuh
perjalanan begitu lama (ini
berarti dia mendapatkan cerita saya dari kolega jerman
lainnya).

Saya bingung jawabnya. Ingin sekali saya menjawab :
"Berlatihlah dengan naik kereta api super ekonomi dari
Jakarta keSurabaya
di saat-saat mendekati hari lebaran. Kalau Anda
terbiasa dengan alat transportasi ini di mana tidak
hanya species "Homo Sapiens" yang bisa menjadi
penumpangnya , dan di tambah lagi waktu tempuhnya yang
lama sekali karena hampir di setiap stasion harus
berhenti, maka Anda akan bisa menaklukkan semua alat
transportasi terbang apapun yang di muka bumi ini".

Namun, saya urungkan memberi jawaban di atas, karena
saya khawatir dia
tidak akan mengerti atas apa yang saya jelaskan, dan
saya yakin mereka
tidak bisa "survive" dengan alat transportasi ini,
yang fasilitasnya tentu jauh dari kelas Bisnis pesawat
terbang.

(Note : kolega saya dari jerman, otomatis mendapat
fasilitas kelas bisnis di pesawat apabila waktu
tempuhnya lebih dari 10 jam).

Seminggu, setelah saya pulang dari Workshop di Brazil,
entah karena terkagum-kagum dengan "kemampuan hidup
susah" (dari sudut pandang
mereka) yang saya miliki, atau karena alasan lainnya,
kolega saya dari Jerman
yang saya temui di Brazil, menghubungi atasan saya
yang intinya meminta 
saya untuk ditugaskan ke Jerman, membantu project yang
saat ini sedang berjalan di sana.

Alhasil, bulan September-November saya akan bergabung
dengan kolega-kolega diJerman menyelesaikan project di
sana. Cukup membanggakan, karena, kata boss saya, ini
kali pertama "Kantor Pusat" meminta bantuan
dari kantor cabang untuk mensupport project yang
sedang mereka kerjakan
di kantor pusat.

Jadi setelah membaca tulisan ini, saya harap pembaca
sekalian punya alasan semakin bangga menjadi orang
Indonesia .
Kalau anda lagi di luar negeri dan ditanya "Anda dari
mana?"
Jawablah dengan bangga:
Ya, Saya dari Indonesia ,
Negara yang lagi susah,
Saya juga hidupnya susah
Tapi saya bisa "survive", Dan saya bangga karenanya!!!
Any Problem???

---Dha2---


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke