http://www.antara.co.id/arc/2008/12/5/holding-bumn-jasa-pelabuhan-terbentuk-tahun-2009/

*Holding BUMN Jasa Pelabuhan Terbentuk Tahun 2009*

Jakarta  (ANTARA News) - Kementerian BUMN menyatakan pembentukan holding
(induk perusahaan) Pelindo I-IV dan Rukindo diharapkan terealisasi tahun
2009 setelah masalah perpajakan selesai.

"Mudah-mudahan awal tahun depan masalah pajak bisa beres, sehingga tinggal
implementasinya saja," kata Menneg BUMN Sofyan Djalil, di Kantor Kementerian
BUMN, di Jakarta, Jumat.

Menurut Sofyan, saat ini pemerintah melalui Tim Privatisasi sedang berupaya
mengatasi masalah perpajakan terkait dengan revaluasi aset-aset perusahaan
yang digabungkan.
"Secara konseptual, pembentukan holding oke...tinggal mencari solusi masalah
pajak dengan Ditjen Pajak, termasuk dengan Menteri Keuangan," ujar Sofyan.

Menurut Sofyan, holding perusahaan yang bergerak di bidang kepelabuhanan
(Pelindo) dan jasa pengerukan (Rukindo) diharapkan mendorong peningkatan
pelayanan kepelabuhanan.
Dengan holding, terjadi sinergi antar perusahaan sehingga memiliki kemampuan
pendanaan yang lebih kuat untuk membangun pelabuhan yang lebih besar
sehingga mampu bersaing dengan pelabuhan internasional di kawasan regional.

Pelindo I berlokasi di Belawan, Medan, Pelido II Tanjung Priok, Jakarta,
Pelindo III Tanjung Perak, Surabaya, Pelindo IV Ujung Pandang.

Ke empat perusahaan itu bergerak pada jasa kepelabuhanan, seperti terminal
penumpang, terminal petikemas, usaha galangan kapal, pemanduan kapal, hingga
pergudangan.

Sedangkan Rukindo, bergerak pada usaha pengerukan dan reklamasi pelabuhan
dan pantai.
Meski begitu Sofyan Djalil tidak menyebutkan besar aset dari ke lima
perusahaan tersebut.
Ia hanya menjelaskan, dengan holding pendapatan perusahaan ke depan akan
lebih meningkat.
Sementara itu, Deputi Menneg BUMN Bidang Logistik dan Pariwisata Hari
Susetio menjelaskan, dengan holding dari sisi permodalan akan lebih kuat
karena selama ini untuk pengembangan perusahaan membutuhkan dana yang besar.

Dengan langkah strategis tersebut Indonesia nantinya memiliki pelabuhan
berskala internasional sebagai hub transhipment.

"Selama ini pengiriman barang (ekspor-impor) harus melalui pelabuhan
Singapura atau Malaysia sehingga terjadi pemborosan devisa," ujarnya. (*)


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke