http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/9/12/o3.htm
Impor Beras, Memihak Petani atau Importir? INDONESIA termasuk negara yang sangat beruntung di belahan bumi ini. Sumber daya alamnya sangat melimpah mulai dari Sabang sampai Merauke. Sayangnya negeri yang berpenduduk sekitar 250 juta jiwa ini terus terjajah. Jika tempo dulu penjajahannya fisik, kini berubah bentuk menjadi kapitalisme modern. Indonesia yang kaya minyak harus impor minyak, demikian pula, Indonesia yang 70% penduduknya hidup sebagai petani harus mengimpor beras 250 ribu ton akhir tahun ini -- sesuai pernyataan pers Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu usai Rapat Koordinasi Terbatas di Kantor Wakil Presiden, di Jakarta, Jumat (8/9). Kabulog khawatir stok beras akan jauh menipis di bawah 1 juta ton pada Desember. Impor hanya untuk menjaga stok nasional, tidak akan mendistorsi pasar, dan hanya menjamin untuk raskin. Kapan petani tidak terjajah lagi di negerinya sendiri? Impor beras seperti pengalaman sebelumnya tidak hanya menguras devisa. Yang lebih tragis akan menambah penderitaan petani yang selalu berkubang lumpur. Harga gabah petani setiap musim panen terus anjlok di bawah harga dasar yang ditetapkan pemerintah. Begitu jatuhnya harga gabah sehingga petani harus menjual sedikitnya dua sampai tiga kilogram gabah untuk mendapatkan satu kilogram beras. Ini masalah klasik. Setiap memasuki musim panen raya, petani seharusnya bertepuk tangan gembira. Tetapi, mereka umumnya malah prihatin. KUD, lembaga yang menyerap gabah petani, ternyata tidak mempunyai dana. Sementara beras impor ilegal membanjiri pasar. Departemen dan instansi terkait semestinya bisa melindungi petani dari kapitalisme modern. Pemerintah Bali kini sudah saatnya memberikan perhatian yang besar terhadap sektor pertanian. Posisi sektor pertanian di Bali sangat strategis dan menjadi pendorong sektor lainnya. Pascatragedi bom di Kuta, di mana perkembangan pariwisata stagnan, pertanian menjadi penyangga dan harapan utama dampak negatif yang ditimbulkan dari sektor pariwisata. Penduduk Bali sekitar 48% saat ini terbesar ada di pedesaan dengan mata pencaharian di sektor pertanian. Pada awal-awal program pembangunan di sektor tersebut, kontribusinya sempat melebihi angka 50%. Sejalan majunya sektor pariwisata, sektor pertanian mulai dilupakan. Pemerintah dan pengusaha pun lebih suka mengimpor produk pertanian, apakah itu beras, buah maupun komoditi lainnya dari luar negeri. Akibatnya, petani kita semakin miskin dan tidak berdaya menghadapi perkembangan global. Padahal, tujuan pembangunan pertanian adalah untuk mewujudkan kesejahteraan petani (masyarakat kaseluruhan). Salah satu indikator keuntungan petani adalah jika harga jualnya lebih besar dari biaya produksi. Jika ini sudah dicapai, petani akan bersemangat untuk menggarap lahannya. Apakah itu sudah tercapai? Dari catatan yang ada, banyak petani di Bali meninggalkan lahannya karena hasil yang diperoleh tidak menguntungkan. Tekanan IMF (Dana Moneter Internasional) sejak akhir 1998 mengenai hambatan nontarif telah menjadikan Indonesia satu-satunya negara di dunia sebagai pasar beras bersubsidi dari luar negeri. Ini semakin menjadikan hidup petani menderita. Di negara maju seperti Kanada, Jepang, Amerika Serikat tetap memproteksi petaninya. Parlemen maupun petani di negara tersebut memiliki posisi tawar cukup kuat di lingkar kekuasaan. Ini sangat berbeda dengan di Bali, Dewan kurang bersemangat jika memperjuangkan nasib petani. Petani hanya dijadikan korban kebijakan. Larangan impor beras, terbukti dapat meningkatkan harga eceran beras. Ini sangat membantu petani produsen. Sayangnya, banyak yang tak suka dengan kebijakan terakhir ini. Pemerintah tampaknya lebih suka mengimpor beras ketimbang membangun sektor pertanian yang mandiri. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org! http://us.click.yahoo.com/Ryu7JD/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/