Wakil rakyat membongkok sembah sejut tanpa senyum.

http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=55447:indonesia-sekarang-dan-ulah-wakil-rakyat&catid=78:umum&Itemid=131

      Indonesia Sekarang dan Ulah Wakil Rakyat      
      Oleh : Dennis

      Seorang ahli negara berkembang yang telah menjadi penasihat beberapa 
negara diantaranya Vietnam, China, Brasil, dan Kostarika bernama Prof. Micheal 
Porter, berpendapat bahwa Indonesia memiliki kelebihan sumber daya alam yang 
melimpah, dan Indonesia pada saat ini juga memiliki pemimpin yang baik dan 
memiliki banyak pemikir. 

      Tetapi anehnya, Indonesia masih dalam kondisi stagnan.

      Dapat dikritisi dari penyataan Porter adalah memang benar Indonesia masih 
dalam kondisi stagnan. Sumber daya alam Indonesia memang melimpah. Sebutan 
zamrud khatulistiwa selalu melekat pada negara ini. Dimana bumi Indonesia 
dipijak, disitu "emas" dapat diraih. Mulai dari hasil pertanian, perkebunan, 
sampai pertambangan, negara ini yang punya semuanya. Sah-sah saja bila 
dikatakan negara ini kaya. Tapi mengapa bisa stagnan?

      Subari, seorang dosen Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, 
berpendapat ada tiga penyebab Indonesia masih bermasalah dan sulit berkembang. 
Pertama karena faktor moral si tokoh. Kedua karena tidak adanya kolaborasi 
diantara tokoh. Dan yang terakhir, karena tidak adanya rasa win-win opportunity 
sehingga setiap tokoh, atau golongan tidak merasa bagian dari tim yang lain.

      Jika Porter berpendapat Indonesia memiliki banyak pemikir, maka Subari 
berpendapat bahwa para pemikir tersebut tidak didukung faktor moral, tidak 
adanya kolaborasi atau kerja sama, dan tidak memiliki sifat untuk saling 
menguntungkan, melainkan sikap untuk menjatuhkan pihak yang tidak satu visi. 
Ketiga faktor ini saling berkaitan. Dan faktanya, tingkah laku para tokoh wakil 
rakyat persis seperti apa yang dikatakan Subari. 

      DPR berencana untuk membangung gedung baru dengan anggaran Rp 1,8 
trilyun. Ketua DPR, Marzuki Alie, mengatakan pembangunan gedung baru terkait 
kelebihan kapasitas di Gedung Nusantara I yang sebenarnya hanya 800 orang, 
namun saat ini menampung 2.500 orang. 

      Lain dengan wakil Ketua DPR, Priyo Budi Santoso, menyampaikan rencana 
tersebut terkait dengan kemiringan Gedung Nusantara I yang mencapai 7 derajat. 

      Namun, hasil analisis dari Dinas Pekerjaan Umum menyatakan memang ada 
keretakan karena dampak gempa bumi di Tasikmalaya yang berpengaruh pada 
struktur bangunan, namun tidak menyebabkan kemiringan 7 derajat. (Kompas, 03 
Mei 2010)

      Krisis Wakil Rakyat

      Pemilu Legislatif 2009 diselenggarakan 9 April yang lalu. Pemilu dalam 
rangka memilih wakil DPR, DPD, DPRD I, dan DPRD II ini, telah menelan dana 
sekitar Rp 9 triliun. Jumlah pembiayaan sebanyak itu belum termasuk biaya yang 
dikeluarkan oleh peserta kontestan dari calon wakil sebagai biaya operasional. 
Semua dana ini berasal dari KPU 2009. (Tribun Jabar, 08 Januari 2009)

      Jumlah yang fantastis sekaligus mengundang ironi. Uang rakyat dipakai 
untuk memilih tokoh wakil rakyat yang sekarang ini sedang bersikeras membangun 
gedung baru senilai triliunan rupiah. Dan dana untuk membangun gedung baru juga 
berasal dari uang rakyat. 

      Yang paling ironi tentunya jika berasal dari kantong seseorang yang 
miskin, yang hendak menyekolahkan anaknya saja tidak mampu, yang ruang kelas 
untuk anaknya belajar sudah tidak layak pakai, atau yang ketika tidur dialasi 
bumi dan beratapkan langit.

      Wakil rakyat seharusnya mendengar aspirasi rakyat. Mereka seharusnya tahu 
posisi mereka sebagai wakil rakyat. Bagaimanapun wacana pembangunan gedung baru 
tersebut sulit diterima. Mulai dari jumlah dana yang dikeluarkan. Sampai 
alasan-alasan yang dilontarkan sebagai dasar pembangunan gedung. 

      Gedung yang miring sampai 7 derajat hanya fiktif. Pernyataan ini dibantah 
sendiri oleh Dinas Pekerjaan Umum. Keretakan akibat gempa dapat diperbaiki 
dengan suntikan beton. Lalu mengenai kelebihan kapasitas, alasan ini cukup 
dapat diterima. Namun, sejak gedung itu dibangun sampai sekarang, para 
"penghuni"nya tetap bisa melaksanakan tugas mereka. Keluhan karena kelebihan 
kapasitas baru dimunculkan sekarang.

      Fungsi dan Peran Wakil Rakyat

      Menurut Arnold Arnold Toynbee, peradaban yang besar tidak pernah dibangun 
oleh orang banyak, tetapi oleh beberapa orang yang kreatif. Perubahan besar 
selalu dimulai dari satu atau dua orang yang ahli. Orang tersebut juga selalu 
melakukan pengembangan, baik secara substansi maupun sebagai pelaku kreatifitas 
dan kerjasama.

      Jika negara ini ingin maju, fungsi dan peran seorang wakil rakyat sangat 
penting. Sifat wakil rakyat sekarang harus diubah. Setiap wakil rakyat masih 
lebih menyibukkan diri untuk merebut "kue" yang ada, bukannya memperbesar "kue" 
tersebut sebagai bentuk pengembangan modal yang telah tersedia. Tidak jarang, 
"kue" milik orang lain juga direbut. Masing-masing wakil rakyat juga berusaha 
untuk memproteksi diri dengan selalu memberi kemudahan bagi pengikutnya dan 
menghambat orang yang berseberangan dengannya.

      Dari Sabang sampai Merauke masih berjejer sekolah rusak parah. Gedung 
sekolah bukan lagi miring 7 derajat, melainkan sudah hampir rubuh. Alangkah 
bahagia hati seorang bapak, jika melihat anaknya dapat bersekolah dan 
berprestasi. Kerusakan seperti ini lebih layak mendapat dana perbaikan atau 
dana untuk membangun gedung baru.

      Kami segenap rakyat Indonesia memilih wakil rakyat bukan untuk 
menghamburkan uang. Harapan kami adalah ide-ide kreatif dan inovatif serta 
tindakan nyata untuk kesejahteraan hidup. Kami sangat merindukan figur 
tokoh-tokoh nasionalis di zaman penjajahan, yang memperjuangkan kemerdekaan 
Indonesia. Sebuah titik kebangkitan nasional. Bukan lagi kebangkitan untuk 
melawan penjajahan negara lain, melainkan kebangkitan untuk melawan 
keterpurukan dan kebangkitan untuk kemajuan Indonesia ku.***

      Penulis adalah Mahasiswa Jurusan TPHP UGM. Email : letzs...@hotmail.com
     


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke