http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=224361&kat_id=16


Industri Militer dan Techno Ideology 
Oleh : Rahardi Ramelan
Guru Besar ITS, Surabaya


Akhir-akhir ini, pentingnya industri militer di negara kita menjadi topik 
pembicaraan yang meluas. Berbagai macam pendapat telah dilontarkan. Kunjungan 
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke bebeberapa negara, telah membuka peluang 
kerja sama dengan negara-negara lain. Amerika Serikat telah mencabut embargo 
militer terhadap Indonesia.

Tentu, yang penting sekarang adalah menentukan langkah-langkah ke depan, atau 
yang sering disebut road map, bagaimana industri militer tersebut akan 
dikembangkan. Kita jangan lagi terperangkap dengan tawaran berbagai jenis 
'bantuan' dan pinjaman murah seperti fasilitas ekspor kredit (credit export). 
Karena pada dasarnya ekspor kredit yang dikaitkan dengan produk-produk industri 
dan teknologi, termasuk produk militer, tak lain untuk membantu industri negara 
industri maju untuk menjual produknya. 

Di akhir tahun 2003 lalu, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah 
menyelenggarakan diskusi dengan tema ''Peran Industri Strategis Dalam 
Pertahanan Dan Kemandangirian Bangsa''. Dalam kesempatan tersebut, terungkap 
bahwa krisis tahun 1965, maupun krisis tahun 1998, mengakibatkan terjadinya 
pembangunan teknologi yang terputus (disruptive technological development).

Kenyataannya, proses penguasaan teknologi melalui lisensi, belum mencapai titik 
tinggal landasnya (take off). Malah ada kesan bahwa proses dan investasi 
tersebut menjadi terbengkalai. Perang dingin sudah usai. Kita harus pandai 
melihat keliling untuk mencari mitra yang paling tepat. Apakah itu makna yang 
dilakukan oleh Presiden SBY? Mudah-mudahan.

Techno-ideology
Kita harus belajar dari negara-negara berkembang yang telah berhasil 
mengembangkan industri militernya. Dalam mengembangkan industri militer ini, 
kita tidak dapat terlepas bahwa satu bangsa harus memiliki techno-ideology yang 
menjadi dasar bahwa bangsa ini memang sungguh-sungguh ingin menguasai teknologi 
dan industri. 

Strategi pengembangan industri dan penguasaan teknologi bukanlah kebijakan 
sesaat. Janganlah setiap pergantian pemerintahan kita melakukan ''perombakan'' 
tanpa dikaitkan pada techno-ideology yang kita sepakati. Sebuah kebijakan 
terpadu TIPS (Technology and Industrial Policies), yaitu kebijakan industri dan 
yang didasari dengan penguasaan teknologi. Di tahun 1970-1980, BJ Habibie 
selaku menteri riset dan teknologi/kepala BPPT dan ketua Badan Pengelola 
Industri Strategis (BPIS), menerapkan kebijakan TIPS tersebut, melalui 
kebijakan PMP (Progressive Manufacturing Plan) untuk produk-produk yang 
berdasarkan lisensi. Mencapai kemandirian dalam industri dan teknologi militer 
membutuhkan waktu yang panjang dan harus dilaksanakan berkelanjutan. Industri 
strategis yang ada bisa tetap menjadi ujung tombak, seperti PT Dirgantara 
Indonesia (DI) dan anak perusahaannya, PT PAL, serta PT Pusat Industri Angkatan 
Darat (Pindad).

Selain itu, kita juga masih memiliki industri-idustri baik badan usaha milik 
negara (BUMN) maupun swasta yang cukup andal dan bisa menjadi modal yang kuat. 
Antara lain PT Texmaco, PT Pupuk Kaltim, PT Barata, PT BBI dan masih banyak 
yang lain. 

Pengalaman negara-negara lainnya, menunjukkan bahwa untuk mendukung industri 
militer ini, diperlukan dukungan dan basis yang kuat dari industri dasar, 
terutama industri dasar logam. Selain industri logam dasar untuk long and flat 
steel product, seperti PT Krakatau Steel, kita memerlukan dukungan kuat dari 
industri dan kemampuan pengecoran (casting/foundry) dan tempa (forging).

Embrio teknologi ini sudah ada di beberapa perusahaan baik BUMN maupun swasta 
yang membutuhkan perhatian lebih besar. Demikian juga industri kimia dasar yang 
dapat mendukung keperluan pengembangan bahan pendorong roket (propellant) dan 
bahan peledak (explosive).

Techno-nationalism
Suatu pekerjaan yang besar dan berat harus kita hadapi, bukan saja oleh 
pemerintah, tetapi juga oleh masyarakat. Inilah biaya yang harus kita pikul 
untuk mencapai kemandirian bangsa, untuk menjadi satu bangsa yang akan 
diperhitungkan dalam percaturan dunia.

Saat ini, kita di Tanah Air menghadapi keadaan yang serba sulit. Banyak masalah 
penting yang harus diselesaikan. Tapi ada di antaranya yang harus segera 
diatasi. Melihat ke depan, masyarakat khususnya masyarakat industri dan 
teknologi, dihadapakan pada situasi yang blur. Situasi yang menyebabkan 
penglihatan ke depan terhalang oleh kabut yang membias, remang-remang, 
seolah-olah kita mengidap penyakit rabun. Tidak ada kebijakan industri yang 
jelas. 

Dalam keadaan demikian, kita membutuhkan pemimpin yang memiliki 
techno-nationalism yang kuat. Pemimpin yang mempunyai pandangan yang jernih, 
terlepas dari interest partai politik ataupun golongan. Pemimpin yang dapat 
membawa bangsa Indonesia melangkah ke depan, menguak kabut penghalang dalam 
menghadapi situasi yang blur. Dalam keterbatasan pendanaan, kebijakan counter 
purchase dan offset yang pernah diterapkan dalam pengadaan produk teknologi 
tinggi, yang dikaitkan dengan perkembangan industri dan teknologi sejenis di 
Tanah Air, perlu dijalankan lagi. Produk-produk dalam negeri yang dikembangkan 
harus menjadi ''national champion''.

Untuk industri militer ini, TNI dan Kepolisian menjadi faktor penentu dalam 
mengutamakan produk dalam negeri. Industri dan teknologi hanya bisa maju dan 
berkembang kalau ada pemakainya. Kita wajib mendukung dan mempertahankan 
''national champion. Kita semua harus menjadi techno-nationalist yang loyal dan 
setia. Bersama kita bisa! Semoga. (LP Cipinang, Akhir November 2005).


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org!
http://us.click.yahoo.com/SBefZD/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to