http://www.republika.co.id/berita/103426/jabat-tangan-arab-saudi-israel-selesaikan-percekcokan



Jabat Tangan Arab Saudi-Israel Selesaikan Percekcokan
Ahad, 07 February 2010, 13:03 WIB

MUENCHEN--Jabat tangan antara seorang politikus Israel dan seorang pangeran 
Arab Saudi menyelesaikan percekcokan diplomatik pada Sabtu terkait pengaturan 
posisi mereka saat menghadiri konferensi keamanan internasional. Deputi Menteri 
Luar Negeri Israel, Danny Ayalon, dan Pangeran Arab Saudi, Turki al-Faisal, 
tersenyum dan berjabat tangan dalam peristiwa yang langka di depan umum itu dan 
hal tersebut mengundang tepuk tangan peserta yang menghadiri pertemuan tingkat 
dunia para kepala diplomatik, keamanan dan pertahanan. "Ada peluang," ujar 
Ayalon, yang tampaknya merujuk kepada prospek bagi kawasan yang lebih damai. 
"Saya sangat gembira."


Ayalon telah menuding Turki, mantan kepala intelejen dan duta besar Arab Saudi 
untuk Washington dan London, berada di balik keputusan yang menyingkirkannnya 
dari satu panel yang melibatkan negara-negara besar lain di kawasan tersebut 
yang membahas keamanan Timur Tengah. Panel tersebut dijadwalkan menghadirkan 
pembicara dari Arab Saudi, Israel, Turki, Mesir, Rusia dan Amerika Serikat.


Dalam peristiwa itu, panel dibagi menjadi dua sesi, yang pertama menghadirkan 
Turki, diplomat Mesir Hossam Zaki dan Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu 
sebagai pembicara dan yang kedua menghadirkan Ayalon, akademikus Rusia Igor 
Yurgens dan Senator AS Joseph Liebreman. Ayalon memulai pembicaraan dengan 
mengatakan tampaknya "wakil dari satu negara dengan banyak minyak" telah 
menekan penyelenggara untuk membagi panel itu karena ia "tak mau duduk bersama 
kami".


Itu memperlihatkan kurang rasa hormat dan toleransi, suatu situasi yang ada di 
jantung masalah kawasan itu, katanya.
Dalam sesi tanya-jawab berikut, Turki berdiri di deretan peserta dan mengatakan 
bukan dia yang keberatan dan pembagian panel itu berangkali karena "perilaku 
kasar" Ayalon dengan duta besar Turki untuk Israel. Ucapan Turki merujuk kepada 
perilaku Ayalon ketika menyambut Dubes Oguz Celikkol pada Januari. Ayalon 
kemudian mengakui perilakunya atas utusan itu tak tepat. Israel telah meminta 
maaf atas insiden tersebut.


Ayalon menanggapi Turki dengan mengatakan Turki mempertanyakan integritasnya. 
"Kalau bukan dia yang keberatan dengan kehadiran saya di sini bersamanya, saya 
akan menyambut baik dia untuk mengulurkan tangan," tambahnya.
Turki mendekati podium, Ayalon lalu turun dan kedua tokoh itu berjabat tangan. 
Menlu Davutoglu tidak dapat segera dimintai komentarnya.


Turki, negara mayoritas berpenduduk Muslim tapi berfaham sekuler, merupakan 
sekutu penting Israel dan pada masa lalu telah membantu menjalin kontak antara 
negara Yahudi itu dan dunia Arab. Tapi hubungan keduanya terganggu menyusul 
kritik yang dilontarkan Perdana Menteri Tayyip Erdogan terhadap serangan Israel 
atas Jalur Gaza tahun lalu.


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke