REFLEKSI: Agaknya pasaran "daging muda segar" dengan hukum pasar permintaan dan penawarannya tidak termasuk agenda hiruk-pikuk porporan seperti: Undang-undang anti porno, majalah Playboy atau juga Miss World.
http://www.gatra.com/artikel.php?id=97267 Janji Dulu Perawan Berlalu Tidak semua transaksi nikah kontrak berjalan mulus. Perkawinan Yusup Ibrahim, 22 tahun, dengan Desy Febrianty, 15 tahun, di Cisaat, Sukabumi, misalnya, berujung di kantor polisi setempat. "Saya kecewa karena dia tidak seperti yang dijanjikan," kata Yusup ketika menyampaikan pengaduan, pertengahan Desember silam. Pria pengusaha asal Riyadh, Arab Saudi, itu datang ke Indonesia sebagai turis. Selama di Sukabumi, dia menyewa Vila Anggun di kawasan wisata Situ Gunung, Kadudampit. Beberapa hari di Sukabumi, Yusup berhasrat menyalurkan libidonya. Karena tak mau berzina, dia minta bantuan kenalannya, Ustad Hasan Ali, mencarikan calon istri. Kebetulan Hasan Ali saat itu memang punya "stok" yang berasal dari temannya, Siti. Adalah Desy Febrianty, yang sehari-hari tinggal di rumah Siti, yang ditawari menjadi calon istri Yusup. Gadis 15 tahun ini tinggal di rumah Siti sejak lulus SMP, pertengahan tahun lalu. Ketika dipertemukan dengan Yusup, Desy sempat bimbang. "Saya ragu, mau tidak. Nggak juga tidak," kata Desy. Melihat gelagat ini, Hasan Ali berusaha meyakinkan Desy. "Udah, jadikan saja. Dia setuju membayar Rp 8 juta," tutur Hasan. Setelah berpikir beberapa saat, Desy akhirnya setuju. "Saya pikir, dengan uang sebanyak itu saya bisa membantu keluarga saya," ujar Desy. Lagi pula, pernikahan itu tidak akan berlangsung lama karena izin tinggal Yusup di Indonesia toh segera berakhir. Selain itu, beberapa hari sebelumnya, Desy juga hampir melangsungkan pernikahan dengan pria Arab yang dikenalnya di rumah Siti. Lagi-lagi Siti yang mengenalkannya dengan pria Arab bernama Abdullah itu. "Kamu bisa dapat uang banyak, padahal kamu jadi suaminya nggak lama-lama," bujuk Siti. Desy mengaku baru setuju menikah dengan pria Arab itu bila sudah mendapat izin dari orangtuanya. Kendati sudah menyatakan setuju, toh Abdullah tidak pernah datang ke rumah Desy di Kampung Sukasar, Cisaat, Kabupaten Sukabumi. Alhasil, rencana perkawinan itu pun buyar. Maka, saat Siti datang kembali ke rumahnya mengabarkan ada pria Arab berniat menikahi Desy, Ubad, sang ayah, sempat ragu-ragu. "Nggak apa-apa, anaknya juga sudah mau. Sekarang kita tinggal berangkat ke sana. Semuanya sudah dipersiapkan," Siti merayu. Menjelang magrib, Siti, Ubad, dan Empur (ibunda Desy) berangkat ke Vila Anggun. Sesampai di sana, kedua orangtua Desy kembali kaget. Pasalnya, wali nikahnya sudah ada. "Datang ke sana saya cuma disuruh menandatangani surat nikah," kata Ubad. Akad nikahnya sudah berlangsung pukul empat sore. Selepas isya, kedua orangtua Desy kembali ke rumah. Di vila itu hanya tinggal Desy dan Yusup. Tanda-tanda keretakan perkawinan ini langsung terlihat beberapa saat setelah pasangan itu masuk ke peraduan. Usai melaksanakan hajatnya, Yusup pasang muka masam. "Saya jadi takut. Dia kan badannya besar," tutur Desy. Pagi harinya, Desy langsung kabur. Dia sempat bersembunyi di rumah temannya sebelum kembali ke rumah orangtuanya, selang sehari kemudian. Beberapa saat di rumah, datang polisi menjemputnya. Rupanya, Yusup mengadukan istrinya itu ke polisi lantaran sudah tidak perawan lagi ketika melayaninya pertama kali. "Padahal, saya membayar sebanyak itu karena dibilang dia masih perawan," kata Yusup. Karena merasa tertipu, Yusuf meminta uangnya dikembalikan. Pria bertubuh gemuk dengan wajah berewokan ini menuduh Desy bersama kedua orangtuanya dan penghulu Ustad Hasan Ali memang berencana menipunya. Pengaduan serupa diterima Polda Metro Jaya, Maret lalu. Seorang pria Arab juga mengadukan pasangannya karena sudah tidak ting-ting lagi saat malam pertama. Abdullah, sebut saja begitu, mengaku membayar Rp 2 juta untuk kawin kontrak selama seminggu dengan seorang gadis asal Sukabumi. Ia mengaku dikibuli perantaranya yang berjanji memberikan gadis perawan. Ulah calo kadang-kadang memang membuat kawin kontrak jadi bermasalah. Mereka tidak segan menyewa orang untuk berperan sebagai orangtua gadis yang ditawarkan. Karena tidak mengerti bahasa, antara pengantin pria dan wanita tidak saling mengetahui kesepakatan yang dibuat calo. Tak hanya penduduk lokal. Pelaku yang sudah menjalani kawin kontrak pun kadang-kadang bertindak sebagai calo. "Saya pernah ditawarkan kepada temannya setelah kontrak perkawinan kami berakhir," ujar Sari, asal Cicurug, Sukabumi. Bukan itu saja, tambah Sari, ketika menjalani perkawinan itu, dia menempati sebuah vila sekaligus bersama beberapa pelaku kawin kontrak lainnya. Dia mengaku kapok. Taufik Abriansyah [Laporan Khusus, Gatra Edisi 39 Beredar Kamis, 10 Agustus 2006] [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/