Diamnya angkatan bersenjata dan Polisi RI melihat dan menghadapi aksi unjuk gigi para milisi ini menunjukkan mereka mendapatkan pengakuan dan mungkin didukung oleh beberapa pihak dalam pemerintahan Ri saat ini.
Pemerintah seyogyanya tidak membiarkan adanya milisi-milisi (yang tiap saat bisa saja dipersenjatai) seperti di bawah ini dengan alsan apapun namanya. Sekali milisi ini mampu mengadakan konsolidasi dan membentuk sistem komando yang teratur di seluruh Indonesia, maka kestabilan hidup masyarakat Indonesia akan mulai terganggu. Milisi seperti ini biasanya mempunyai ideologi tertentu yang berusaha dipaksakan kepada masyarakat. Jika ideologinya itu tidak dapat terpenuhi maka dengan kekuatan fisiknya mereka akan melakukan intimidasi dan ancaman kepada orang lain. Jika sistem koordinasi dan komando mereka sudah terbentuk rapi, maka Angkatan Bersenjata resmi dan Petugas keamanan negara akan mendapatkan kesulitan untuk meredamnya. Persisi seperti itulah yang terjadi di Libanon pada Hizbullah, Palestina dengan adanya Jihad Islam dan HAMAS, Komunis di Nepal, LTTE di Tamil, Zapata di Spanyol, Milisia di Somalia, Janjawed di Sudan, Milisi di Chad, GIA di Aljazair, Milisi di Nigeria dan banyak lagi di negeri lainnya. Kelompok ini kemudian bergerak seperti mafia yang mengintimidasi rakyat biasa danpemerintah dengan cara-cara terorganisir rapi namun tersembunyi. Sebaiknya memang di setiap negara yang ingin mencapai kestabilan dan kemajuan, milisi apalagi yang dipersenjatai seyogyanya tidak diizinkan ada. Hanya tentara resmi negara dan petugas keamanan negara saja yang boleh ada. Milisi seperti ini harus diredam sejak awal. Jika tidak, maka tinggal menunggu waktu saja kestabilan kehidupan masyarakat, keamanan individu dan negara akan tergoyahkan. Akibatnya usaha-usaha menuju pembangunan dan kemajuan akan stagnan bahkan mundur ke belakang. Akhirnya kemajuan kehidupan sosial, politik, ekonomi dan kematangan spiritual bangsa tidak akan pernah tercapai malah mendapatkan ancaman yang serius yang sangat sulit untuk dipadamkan. Mereka semua ini kelihatannya bergerak sendiri-sendiri tetapi sebenarnya saling berhubungan dan mempunyai koordinasi bahkan didukung oleh beberapa kekuatan politik tertentu di Indonesia. Tinggal menunggu waktu dan even yang tepat saja untuk bangkit dan mengerahkan kekuatannya yang lebih besar. _____________________________________________________________________________ Zionis Bengis Kobarkan Jihad Dua truk membelah keramaian kota Pontianak, Kalimantan Barat, yang panas terbakar terik matahari musim kemarau. Lajunya melambat, kemudian berhenti di Alun-alun Kapuas, Jalan Rahadi Oesman, tepat di depan Markas Korem 121/Alambhana Wanawai. Dalam gerakan cepat, dari dalam perut truk berhamburan sekitar 200 lelaki berpakaian serba hitam. Kepalanya tertutup kupluk. Hanya bagian mata, hidung, dan mulut yang tebuka. Mereka langsung membentuk barisan. Dalam waktu sekejap, kehadiran mereka Sabtu siang pekan lalu itu berhasil membetot perhatian massa. Ratusan orang berkerumun menyaksikan polah pasukan serba hitam itu yang mulai unjuk gigi. Gerakan-gerakan bela diri diperagakan. Mulai olah pernapasan hingga atraksi kekebalan tubuh. Sedikit pun tubuh mereka tak terluka ketika sebuah gada menumbuk dan sebilah golok dibacokkan ke badan mereka. Beres unjuk kabisa, mereka kembali ke formasi barisan. Tak lama kemudian kembali masuk truk yang membawanya lari ke arah barat Pontianak. Namun, sebelum menghilang, Sueb Didu, juru bicara mereka, sempat menyebar ancaman, "Kami beri waktu 4 x 24 jam sejak sekarang. Kalau batas waktu terlewatkan, kami akan membombardir objek-objek vital." Ancaman itu dilontarkan secara terbuka. Di hadapan ratusan orang, bahkan puluhan wartawan, baik dalam maupun luar negeri. Namun pernyataan keras itu tak berdampak. Didu bisa tenang meninggalkan alun-alun tanpa harus berurusan dengan aparat keamanan. Tak berkutikkah polisi? Ternyata tidak. Didu tak diutak-atik karena ancaman itu tertuju pada Israel yang biadab membombardir Palestina dan Lebanon. Mengejar gerilyawan Hizbullah dijadikan dalih. Tapi yang terjadi justru terbunuhnya kaum perempuan dan anak-anak. Pasukan yang nongol di siang bolong itu menamakan diri Pasukan Bom Jihad (PBJ). Mereka merupakan hasil perasan dari 3.117 orang yang sudah menyatakan siap berjihad ke Lebanon. Tak hanya berasal dari Kalimantan, mereka ada yang datang dari Batam dan Jawa Barat. Sebagian sudah tertempa di medan pertempuran Afghanistan. Karena itu, menurut Didu, pihaknya tak perlu menggelar latihan militer. Apalagi sampai dilengkapi dengan senjata segala. Senjata-senjata itu, kata Didu, baru akan mereka terima setelah ke luar Indonesia. Mereka berangkat ke medan pertemuan dengan berbagai cara. Baik legal maupun penyusupan. Kalimantan Barat dijadikan titik pemberangkatan karena berdekatan dengan perbatasan Indonesia-Malaysia. Perihal dana, Didu mengaku mendapat bantuan dari donatur perorangan di Indonesia dan Malaysia. Hingga saat itu, Didu mengklaim, ada 47 anggotanya yang sudah lebih dulu berangkat. Mereka bergabung dengan 217 relawan Gerakan Pemuda Muslim ASEAN. "Kami punya jaringan rapi sehingga mereka dapat melewati negara-negara yang bersahabat," tutur Didu. Kebengisan kaum zionis tak hanya memantik api kebencian para pemuda anggota PBJ di Pontianak. Tapi menyebar hingga ke seluruh pelosok Tanah Air, dan tak sebatas di kalangan muslim. Di Jakarta, misalnya, ratusan ribu orang dari beragam agama yang berhimpun dalam wadah Rakyat Indonesia Bersatu untuk Perdamaian (RIB-UP) turun ke jalan, Ahad kemarin. Dengan berpakaian serba putih, mereka melakukan long march dari bundaran Hotel Indonesia menuju Gedung Perwakilan PBB, Silang Monas, dan berakhir di depan kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat. "Agresi Israel ke Palestina dan Lebanon hanya menimbulkan kekisruhan global. Untuk itu, kekejaman Israel harus segera dihentikan," seru Din Syamsuddin, Ketua Umum PP Muhammadiyah yang sekaligus Ketua RIB-UP. Aksi sejuta umat ini diikuti Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, pimpinan Daarut Tauhid dan Gema Nusa Aa Gym, pimpinan umat Katolik Kardinal Darmaatmadja, tokoh umat Hindu Nyoman Suwandha, dan Bikkhu Vidya Sasana dari Buddha. Dua hari berselang, giliran Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) yang bereaksi. Mereka secara resmi membuka posko pendaftaran laskar perang. Keberangkatan kaum mujahidin ini tinggal menununggu waktu. Lobi-lobi dengan pihak Kedutaan Palestina dan Lebanon sudah dijalin. "Nantinya akan ada pemberangkatan yang gratis," kata Irfan S. Awwas, Ketua Lajnah Tanfidziyah MMI, kepada Mukhlison S. Widodo dari Gatra. Namun Irfan belum bisa menyebut berapa laskar MMI yang akan berangkat. Setidaknya, seperti diutarakan Fauzan Al Anshori, Ketua Divisi Informasi dan Data MMI, tersedia 500 laskar yang sudah siap berangkat. Mereka terkumpul sejak 10 Mei lalu. Dari kantong Front Pembela Islam (FPI), dilaporkan 2.000-an anggotanya siap berjihad. Mereka sudah terbiasa melakukan latihan perang sejak empat tahun silam. Di antara mereka, 20 orang sudah berangkat sejak sepekan lalu. "Kabar terakhir, mereka sudah sampai di Kuala Lumpur, bergabung dengan 1.500mujahid lainnya dari berbagai negara," kata Ustad Sholeh Mahmud, Sekretaris Dewan Pimpinan Pusat FPI. Dari Kuala Lumpur, mereka akan terbang ke Damaskus untuk selanjutnya masuk Lebanon. Untuk pengiriman relawan itu, dibutuhkan ongkos Rp 15 juta hingga Rp 20 juta per kepala. Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), LSM yang fokus pada misi bantuan medis di daerah gempa dan konflik, tak mau ketinggalan. Mereka sedang berancang-ancang mengirim delapan anggotanya. Dipimpin langsung oleh dr. Joserizal Jurnalis, SpOT, Ketua MER-C. Mereka terdiri dari dokter ahli bedah tulang, ahli bedah umum, spesialis bius, dokter umum, dan tenaga perawat. Mereka pernah sukses menjalankan misi serupa di kancah perang Afghanistan dan Irak. Untuk kelancaran pemberangkatan, MER-C telah menjalin koordinasi dengan Pemerintah Indonesia. Selain itu, mereka juga sudah melayangkan surat ke Kedutaan Lebanon, Palestina, Suriah, dan Yordania. "Cuma Suriah yang belum memberikan konfirmasi," kata Joserizal kepada Luqman Wibisono dari Gatra. Tak lupa pula minta rekomendasi dari panglima perang kedua pihak yang bertikai, Israel dan Hizbullah. "Guna menghindari kecurigaan," katanya. Ketika banyak pihak berlomba-loma memberangkatkan relawannya, eks Laskar Jihad malah bereaksi sebaliknya. Mereka sangat hati-hati menyikapi gejolak yang terjadi di belahan Timur Tengah itu. Padahal, selama ini, kelompok ini dikenal militan. Banyak anggotanya yang veteran perang Afghanistan. Di dalam negeri sendiri, mereka aktif menerjunkan anggotanya ketika Ambon dan Poso dilanda konflik berbau SARA. Ja'far Umar Thalib, eks Panglima Laskar Jihad, punya alasan kenapa hingga kini belum berniat mengirim pasukannya. Baginya, Hizbullah tidak layak dibela karena mereka dari kalangan Syiah. Alasan itu pula yang selama ini membuat negara-negara Arab yang mayoritas kaum Sunni lambat bereaksi. Hanya saja, Ja'far menyayangkan, "Yang jadi korban justru kaum muslimin." Atas alasan itu pula, menurut Ja'far, Laskah Jihad hanya akan mengirim peninjau. Mereka akan melakukan pemantauan, sejauh mana masyarakat Lebanon butuh bantuan. "Kasihan nanti, sudah jatuh korban ternyata tak efektif," katanya kepada Puguh Windrawan dari Gatra. Hidayat Gunadi [Nasional, Gatra Nomor 39 Beredar Kamis, 10 Agustus 2006] http://www.gatra.com/artikel.php?id=96993 [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/