http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/4/6/o1.htm
Kesehatan untuk si Miskin BERNILAINYA kesehatan terkadang baru dapat kita sadari pada saat kita sakit. Namun, untuk bisa mencapai tingkat kesehatan yang baik atau bisa menikmati hidup sehat terkadang dibutuhkan biaya. Faktor biaya ini, bagi mereka yang kurang mampu, menjadi salah satu kendala. Karena biaya pengobatan, perawatan, kamar rumah sakit dan lain-lain ternyata memang mahal harganya. Oleh karena itulah, janji pemerintah memberikan kompensasi kenaikan harga BBM bagi dana kesehatan masyarakat, menjadi semacam tiupan angin segar. Sayangnya, kenaikan harga BBM yang efektif berlaku mulai 1 Maret 2005, hingga hari ini belum juga terealisasikan dalam bentuk kompensasi kesehatan itu. Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari telah meminta petugas kesehatan hendaknya tidak memungut biaya sama sekali bagi rakyat miskin dalam pelayanan kesehatannya. Karena seluruh biaya pengobatan itu sudah di-cover dengan asuransi kesehatan sosial yang dilaksanakan PT Askes. Sebelumnya, pihak PT Askes yang diserahi tugas mengelola dana tersebut mengaku belum menerima dana tersebut. Sekalipun demikian, pihak PT Askes sudah bertindak sejak Januari 2005, namun baru bisa memperuntukkan dana kesehatan ini hanya berlaku untuk puskesmas dan RS pemerintah kelas III. Prosedurnya, pihak RS yang mengklaim kepada Askes. Sesuai aturan, masyarakat miskin yang bisa menunjukkan kartu peserta Askes miskin seharusnya tidak dikenakan biaya apa-apa karena sudah ditanggung pemerintah sepenuhnya. Biaya bagi peserta Askes miskin disesuaikan dengan tarif kelas III RS pemerintah. Besarnya berbeda-beda, tergantung tipe masing-masing RS. Tarif kelas III di RS yang satu tipe B berbeda dengan tarif di RSU Daerah yang berbeda tipe. Meskipun ada standar tarif yang ditentukan pusat, dalam pelaksanaannya Askes bernegosiasi dengan pihak RS mengenai tarif yang berlaku. Dalam praktiknya di lapangan kartu Askes bukanlah kartu ''sakti'' yang otomatis bisa membuat segalanya gratis. Kita banyak mendengar keluhan masyarakat yang dikenakan biaya obat-obatan sekalipun sebagai peserta Askes. Kalaupun ada yang digratiskan, hanya untuk obat-obat murah, yang tingkat daya sembuhnya seringkali sangat lemah. Dalam kondisi demikian, demi mendapatkan kesehatan, tidak jarang masyarakat yang kurang mampu harus berjuang keras, bila perlu berutang untuk membiayai mahalnya kesehatan. Kesehatan memang, dalam kondisi tertentu tidak memihak si miskin berkantong tipis. Ironisnya, di tengah potret gemerlap Bali sebagai daerah tujuan wisata tersohor dunia, ternyata masih menyimpan penduduk miskin. Menurut data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Bali sampai tahun 2003 tak kurang dari 109.000 KK atau 13,91% dari total penduduk Bali masih hidup di bawah garis kemiskinan. Penghasilan mereka rata-rata kurang dari Rp 141.000 per bulan, hanya bisa makan sekali sehari dengan tempat tinggal yang jauh dari layak. Keluarga miskin ini hampir merata di seluruh kabupaten di Bali. Masih tingginya jumlah keluarga miskin menyebabkan daftar persoalan makin panjang. Sebab, "jatah" dana kesehatan yang bisa diterima pasien kurang mampu masih harus diatur lagi dengan sistem kuota. Perhitungannya, dari kuota masyarakat miskin yang ada, tidak semuanya sakit. "Jatah" anggaran yang tidak digunakan masyarakat tersebut bisa dipakai untuk pembiayaan pasien miskin yang sakit. Dari semua kelompok masyarakat, kelompok miskin umumnya sangat mudah terkena risiko akibat alam atau faktor buatan manusia (ekonomi, keamanan dan ketertiban). Mereka tidak memiliki instrumen untuk mengatasi risiko, sehingga menjadi sangat rentan terhadap berbagai gejolak, seperti gejolak harga. Sementara kenaikan tarif BBM pasti memicu kenaikan harga-harga, terutama barang kebutuhan pokok, dan menggerus pendapatan lewat inflasi. Hal ini diyakini akan menambah jumlah orang miskin. Terbukti, jumlah keluarga miskin di Indonesia kini meningkat 60 persen menjadi 60 juta jiwa dari jumlah sebelumnya sekitar 36 juta orang. Atas kondisi itu, kata Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari, pemerintah telah menanggung beban pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin dengan mengeluarkan dana sebesar Rp 390 milyar. Oleh karena itu, efektivitas subsidi dana kesehatan bagi keluarga miskin ini, sangat penting dijaga. Karena tidak jarang kita menghadapi kenyataan bahwa perencanaan jauh berbeda dengan realisasi di lapangan. Subsidi yang seharusnya untuk si miskin ternyata dinikmati si mampu. Ini harus dicarikan solusinya dengan memperbaiki mulai dari identifikasi sasaran, pelaksanaan, pengawasan dari pelaksanaan di lapangan dan evaluasinya. Salah satu solusi misalnya, dengan membuka pintu lebih lebar lagi dalam pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin. Selain RS pemerintah, komitmen sosial RS swasta juga harus lebih diwujudnyatakan. Sebab, sesuai aturan pemerintah, bahwa RS swasta harus menyiapkan 25 persen kapasitas RS untuk fungsi pelayanan sosial. Komitmen ini sudah seharusnya diwujudnyatakan, guna menyehatkan penduduk miskin di Bali. Karena hidup secara layak dan sehat merupakan hak semua orang. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/