http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2009030205523316

      Senin, 2 Maret 2009
     
     
Ketika Makhluk Halus Menyerang! 

       
      H. Bambang Eka Wijaya



      "NENEK, kenapa selalu komat-kamit baca mantra setiap induk ayam gelisah 
mengingatkan anak-anaknya agar waspada?" tanya cucu.

      "Itu isyarat ada lelembut, makhluk halus, lewat!" jawab nenek. "Mata ayam 
bisa melihatnya!"

      "Bukan makhluk halus, nek!" tegas cucu. "Tapi suara daun bambu diterpa 
angin, induk ayam itu cemas kalau-kalau ada biawak!"

      "Mana ada biawak di kebun sebersih itu!" entak nenek. "Kalian anak zaman 
sekarang, tak percaya sama orang tua! Pada bulan Suro lalu, makhluk halus 
menyerang 631 orang di Lampung, delapan orang di antaranya meninggal! Disusul 
di bulan Safar barusan, menyerang 235 orang dengan dua di antaranya meninggal 
dunia! Pokoknya jangan disepelekan serangan makhluk yang tak terlihat oleh mata 
manusia itu!"

      "Itu angka korban demam berdarah dengue (DBD) di Lampung Januari dan 
Februari 2009, Nek!" timpal cucu. "Penyebabnya memang makhluk halus tak 
terlihat oleh mata manusia, virus dari sengatan nyamuk aedes aegepty, bukan 
lelembut sejenis hantu atau jin yang nenek maksud!"

      "Lelembut memang bisa mencolo-putro mencolo-putri, berubah-ubah bentuk 
dan sifat, tergantung hukuman sejenis apa yang harus diberikan atas kesalahan 
umum suatu masyarakat! Kalau kesalahan itu dianggap sudah keterlaluan, tak 
kepalang, lelembut menjelma jadi wabah sampar, mula-mula menyerang ayam mati 
mendadak semua, lalu menyerang manusia dengan penyakit yang tak ada obatnya!"

      "Wabah sampar seperti itu namanya flu burung!" timpal cucu. "Memang itu 
serangan virus yang juga tak terlihat mata manusia, tapi tak bisa dipastikan 
sebagai kutukan terhadap kesalahan suatu masyarakat!"

      "Itulah kalian, anak zaman sekarang, tak percaya pada orang tua!" entak 
nenek.

      "Dengan begitu, tak pernah memperbaiki diri dari kesalaham yang pernah 
dibuat, sehingga tak pernah belajar dari kesalahan! Padahal, hanya orang-orang 
atau masyarakat yang mau belajar dari kesalahanlah bisa memperoleh kemajuan! 
Tanpa pernah mau belajar dari kesalahan, lihatlah masyarakat kita dewasa ini, 
selalu mengulang-ulang kesalahan sama, berputar-putar di situ terus, tak 
maju-maju! Keledai saja tak terperosok dua kali di lubang yang sama!"

      Cucu terperangah. "Kalau soal itu, menghadapi puncak serangan DBD pada 
bulan Maret ini yang sudah diingatkan Depkes pusat, tak menonjol kegiatan untuk 
menangkalnya!" tukasnya. "Kalah menonjol dari kesibukan ketika terjadi 
serangan! Dalam hal ini memang terlihat, masyarakat tak belajar secara cukup 
dari kesalahan bahkan kelalaian sebelumnya, yang selalu kurang bersiap memadai 
menghadapi wabah mematikan itu!"

      "Itu baru menyangkut kesalahan teknis!" sambut nenek. "Banyak kesalahan 
lain yang secara moral bersifat prinsip, masih selalu diulang-ulang! Manipulasi 
dana yang sesungguhnya untuk warga miskin, hingga warga miskin terus bertambah 
banyak, cenderung masih terus berulang!"

      "Kalau wabah sebagai kutukan, kenapa yang tertimpa bukan para koruptor, 
kebanyakan malah warga miskin?" potong cucu.

      "Bisa saja wabah yang datang itu baru berupa peringatan!" tegas nenek. 
"Peringatan itu seperti beduk, berbunyi bukan untuk orang yang sudah berada di 
masjid, tapi lebih penting buat mereka yang masih di luar--untuk segera tobat!" 
*
     


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke