http://kompas.com/kompas-cetak/0506/02/opini/1790590.ht



      Konsep Jungkir Balik 

      Oleh Kartono Mohamad

      KETIKA Artika, peserta kontes ratu sejagat dari Indonesia, menyatakan 
bahwa ia datang dari negara yang religius, maka ia tidak bersedia mengenakan 
pakaian renang bikini, terasa ada ironi di sana. Ia mengatakan bahwa ia datang 
dari bangsa yang religius, tetapi ironinya juga bangsa yang memiliki angka 
korupsi tertinggi di dunia. Ada ironi karena ternyata orang-orang religius di 
negara Artika lebih mempersoalkan bikini daripada korupsi. Ada konsep moral 
yang terjungkirbalikkan.

      Konsep moral yang jungkir balik ini juga tampak dari mereka yang 
sehari-hari bicara antikorupsi, ternyata kemudian tertangkap sebagai koruptor, 
tetapi menyatakan bahwa yang diperbuatnya itu suatu kewajaran sesuai dengan 
posisinya, dan bukan korupsi.

      Konsep jungkir balik itu juga tampak ketika terjadi busung lapar di 
negara ini. Ada pejabat yang mengatakan bahwa itu hanya satu kasus, tetapi 
ketika kemudian muncul kasus-kasus lain, pejabat lain mengatakan bahwa itu 
kecelakaan karena salah orangtua.

      Logikanya, yang sehari-hari memberi makan orangtuanya, bukan pejabat 
pemerintah. Jadi mengapa pemerintah yang disalahkan? Mengapa orangtua tidak 
memerhatikan anaknya? Barangkali pejabat itu belum pernah menjadi orangtua, 
atau belum pernah mengurusi langsung anaknya sendiri karena ada pembantu, 
asisten, dan sebagainya.

      Di dunia ini rasanya tidak ada orangtua yang akan berbulan-bulan 
membiarkan anaknya kelaparan dan mati karena tidak diberi makan. Kalau sampai 
terjadi busung lapar, ada dua kemungkinan: pertama, orangtua itu tidak mampu 
membeli makanan yang baik untuk anaknya. Kedua, ia tidak tahu bagaimana memberi 
makanan yang baik. Sesuai dengan UUD yang dianut di negara ini, negara 
mempunyai kewajiban menyejahterakan rakyatnya dan sekaligus juga mencerdaskan 
mereka.

      Jadi, kalau rakyat sampai tidak mampu membeli makanan untuk anaknya, 
seharusnya pejabat itu mempertanyakan apa yang telah saya perbuat sehingga 
rakyat tidak sejahtera, dan apa yang telah saya perbuat sehingga rakyat tidak 
tahu bagaimana memberi makan kepada anaknya? Para pejabat kan mendapat amanat 
dan digaji oleh rakyat yang busung lapar itu untuk melaksanakan UUD. Lebih 
menyedihkan lagi, peristiwa itu terjadi di provinsi yang sudah berhasil menjadi 
produsen padi yang berlebih.

      NESTAPA busung lapar terjadi tidak lama setelah ada outbreak polio, 
ketika dulu pernah diklaim bahwa imunisasi polio secara nasional sudah 
berhasil. Kali ini yang disalahkan juga orangtua yang tidak mau anaknya 
diimunisasi dan virus liar yang dibawa orang, mungkin TKI, dari negeri 
seberang. Ada juga pejabat tinggi yang mengatakan vaksin polio akan diberikan 
gratis. Seolah ini adalah hadiah dan kemurahan hati pemerintah, padahal itu 
memang kewajiban pemerintah.

      Sekali lagi pemerintah tidak merasa telah berbuat salah. Kalau ada 
orangtua tidak mau anaknya diimunisasi, dan kalau ada TKI membawa virus dari 
luar, mengapa pemerintah yang disalahkan?

      Sekali lagi ini bukti penjungkirbalikan konsep. Konsep bahwa betapapun 
juga pemerintah mempunyai kewajiban untuk melindungi rakyatnya, 
menyejahterakannya dan mencerdaskannya rupanya hanya tinggal konsep. Kalau 
semua itu tidak berhasil, maka yang salah seharusnya bukan rakyat. Sekali lagi 
terjadi ironi di sini karena peristiwa ini terjadi di kabupaten yang menjadi 
pusat penghasil air mineral komersial.

      Ini menunjukkan bahwa sumber air mineral di wilayah itu cukup berlimpah 
dan kontribusi dari pengusaha air mineral kepada pemerintah daerah tentu sangat 
besar. Tetapi toh rakyatnya terkena polio yang menunjukkan bahwa rakyat tidak 
memperoleh kesempatan menikmati air bersih, atau tidak diberi kesempatan 
menikmati hasil PAD (pendapatan asli daerah) dari air bersih itu.

      DALAM sebuah kesempatan berkunjung ke Kabupaten Kutai Timur, saya 
berkesempatan mengunjungi sebuah posyandu. Para kader sangat antusias mungkin 
karena mengira saya pejabat dari pusat. Mereka menunggu kedatangan kami 
meskipun terlambat dua jam. Yang mencengangkan adalah adanya seorang ibu yang 
rumahnya hanya lima puluh meter jaraknya dari posyandu tetapi mempunyai anak 
usia satu setengah tahun dengan berat badan hanya delapan kilogram.

      Agaknya tidak ada yang menjelaskan kepadanya bahwa berat badan anaknya 
itu jauh di bawah yang seharusnya. Dan lebih mencengangkan lagi mereka 
mengatakan bahwa posyandu mereka itu sudah lebih dari dua tahun tidak pernah 
dikunjungi dokter atau pejabat lokal, baik pejabat kesehatan maupun pengurus 
PKK.

      Ini membuktikan bahwa sistem posyandu yang dulu bagus, sekarang sudah 
tidak dipedulikan lagi. Demikian pula kejadian polio dan busung lapar, 
seharusnya sistem posyandu ini, jika benar dimanfaatkan dan diberdayakan, dapat 
menjadi sarana deteksi dini terhadap kemungkinan KLB. Tetapi mengapa sistem 
yang sudah ada ini mengalami degradasi?

      Pada umumnya pejabat menyatakan: tidak ada anggaran. Tetapi anggaran 
untuk membangun rumah sakit, gedung-gedung pejabat, dan kepentingan para 
pejabat selalu tersedia. Tentu karena pejabat mempunyai tugas yang berat 
sehingga perlu fasilitas, sementara masalah kesejahteraan rakyat biarlah diurus 
oleh rakyat itu sendiri.

      Kita tidak tahu bencana apa lagi yang mengintai setelah tsunami, demam 
berdarah, polio, dan busung lapar. Tetapi, di luar tsunami, bencana-bencana itu 
menunjukkan bahwa sistem tidak berjalan di negeri ini. Mungkin tidak ada 
sistem, mungkin ada sistem deteksi dini tetapi tidak dimanfaatkan, mungkin ada 
sistem tetapi tidak tahu bagaimana memanfaatkannya, atau mungkin juga para 
pejabat dari daerah sampai pusat tidak peduli pada sistem.

      Kali ini saya menyalahkan para pejabat dan bukan ibu-ibu yang tidak tahu 
dan tidak mampu mengurusi anaknya.

      Kartono Mohamad Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia 
(PB IDI)
     



[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Dying to be thin?
Anorexia. Narrated by Julianne Moore .
http://us.click.yahoo.com/FLQ_sC/gsnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke