http://www.suarapembaruan.com/News/2005/06/02/index.html

SUARA PEMBARUAN DAILY 

Kontes, Korupsi, dan Keluarga
 

Neni Utami Adiningsih 

DALAM dua pekan terakhir, ada dua bahasan yang selalu menghiasi media. Bahasan 
pertama adalah kasus korupsi di Komisi Pemilihan Umum (KPU). Kasus yang awalnya 
hanya melibatkan Mulyana, telah menyentuh banyak orang, termasuk Ketua KPU, 
Nazaruddin Sjamsudin. Seiring dengan kian intensnya upaya menguak masalah ini, 
besar kemungkinan, akan terus bertambah sosok lain yang tersentuh, baik dari 
kalangan KPU maupun dari lembaga lainnya. 

Bahasan kedua, tentang kontroversi seputar keikutsertaan Artika Sari Devi (25), 
Putri Indonesia 2004 dalam Kontes Miss Universe 2005 yang diselenggarakan di 
Bangkok Thailand. Kontroversi tersebut, terkait dengan kesediaan Artika 
mengikuti sesi parade dengan baju renang. Banyak pihak menganggap, sesi 
penilaian kemolekan tubuh itu tidak sesuai, baik dalam tataran agama maupun 
dari perspektif budaya Indonesia. 


Dukungan 

Selain masalah sensasi yang menyertainya, lepas dari salah dan benar, ada 
sebuah persamaan menarik dari kedua bahasan di atas, yang mungkin lepas dari 
cermatan, yaitu begitu kuatnya dukungan keluarga terhadap mereka. 

Dalam bahasan pertama, tentu kita masih ingat saat-saat awal Mulyana ditangkap 
dan diperiksa. Dukungan keluarga, dari istri dan anak-anaknya begitu kentara. 
Selain rajin menengok, mereka juga selalu dengan penuh keyakinan kerap 
mengucapkan bahwa Mulyana tidak bersalah. 

Begitu pula sebaliknya, Mulyana sangat mempercayai keluarganya, sehingga ia 
menggunakan keluarganya, terutama anak-anaknya, sebagai perpanjangan tangan 
berkomunikasi dengan dunia luar, termasuk dengan pers. 

Bagaimana dengan keluarga Nazaruddin Sjamsudin? Tak jauh berbeda. Segera 
setelah ia dinyatakan sebagai tersangka, para wartawan pun segera berupaya 
meminta komentar dari keluarganya. Komentar pertama diungkapkan oleh anak 
Nazaruddin. Ia sangat yakin bila ayahnya tidak bersalah. 

Ungkapan serupa juga yang kemudian diucapkan oleh istri Nazaruddin. Kuatnya 
ikatan kekeluargaan mereka juga tampak dari bantahan Nazaruddin bahwa istrinya 
menggunakan sebagian dana taktis KPU untuk mengadakan pesta syukuran dan 
melakukan perjalanan pribadi ke luar negeri. 

Dalam bahasan kedua, dukungan keluarga, juga sangat transparan. Ibunda Artika, 
Poppy Dyah Retnowulan, mengaku tidak terlalu mempermasalahkan sesi baju renang 
yang diikuti putri tercintanya tersebut. "Konteksnya kan jelas. Sesi pemotretan 
baju renang diselenggarakan di pantai. Ya pantas lah. Semua yang kenal Tika 
(panggilan Artika) pasti tahu bahwa dia bukan tipe penggoda atau semacam itu," 
begitu jelasnya. 


Potensi Keluarga 

Tampak jelas begitu besarnya keterlibatan keluarga dalam menentukan arah dan 
bentuk sepak terjang anggota keluarga. Apapun masalah yang terjadi, juga 
keberhasilan yang diraih oleh anggota keluarga selalu bisa dicari jejaknya pada 
keluarga. 

Dalam kasus korupsi misalnya, memang betul bahwa keluarga bukanlah faktor 
tunggal yang memicu terjadinya korupsi, tetapi tidak bisa dimungkiri bahwa baik 
langsung maupun tidak, baik disadari maupun tidak, keluarga mempunyai andil 
untuk menyebabkan terjadinya korupsi. 

Rengekan anak-anak yang terprovokasi oleh produk kapitalis global, kebingungan 
istri akan kebutuhan hidup yang menggila seiring dengan harga yang terus 
merangsek naik, sementara pendapatan yang tidak juga beranjak, kerap menjadi 
alasan yang memunculkan keinginan untuk mencari 'tambahan' pendapatan secara 
instan. 

Terlebih bila gaji resmi tidak memungkinkan untuk memenuhi semua itu. Dan, 
keinginan itu bisa semakin menggebu seiring dengan semakin besarnya kekuasaan 
yang ada di genggaman, sementara sistem belum tertata sempurna, sehingga mudah 
untuk dimanipulasi. 

Bagaimana dengan kasus 'buka-bukaan', adakah peran keluarga di dalamnya? Tentu 
saja. Adakah seorang anak yang akan berani melakukan 'buka-bukaan' di depan 
publik (terlebih untuk dinilai sekaligus 'dicermati') bila orang tuanya tidak 
memberikan persetujuan apalagi memberikan peluang untuk melakukannya? 

Mari cermati ungkapan Artika ketika ditanya perasaannya saat memakai baju 
renang? "Saya semula grogi, tapi lama-lama terbiasa juga," akunya (Surya, 
21/5). Mengapa ia grogi? Ternyata karena, hal itu merupakan pengalaman pertama 
baginya. Lalu mengapa ia mau melakukannya? Salah satunya, tentu karena adanya 
dukungan dari keluarganya. 

Dukungan keluarga itu pula yang membuat Artika, dengan baju renangnya yang 
berwarna putih, bisa berlenggak-lenggok sambil tersenyum di atas panggung 
(tidak lagi sekedar di pantai), di bawah pelototan mata para juri kontes Miss 
Universe 2005. 



Namun di balik keterlibatan negatif itu, sesungguhnya keluarga mempunyai 
potensi positif yang luar biasa besarnya untuk mencegah terjadinya hal buruk 
sebagai dampak dari reduksi karakter individu. 

Bukankah sesungguhnya dalam keluargalah, tempat yang pertama dan utama dalam 
pembentukan karakter individu? 


Mulai dari Keluarga 

Beberapa kalangan yang pesimis akan potensi keluarga, beranggapan bahwa sungguh 
naif bila membenahi kebobrokan mental bangsa ini melalui keluarga. Akan lebih 
baik apabila dimulai dari pembenahan sistem. 

Alasannya, karena kalaupun kemudian keluarga berhasil melahirkan sosok-sosok 
yang berkualitas, mereka akan terimbas menjadi negatif bila sistem yang 
ditemuinya berkualitas buruk. 

Contohnya, seorang anak perempuan yang sejak kecil diajari untuk menjaga 
auratnya, ketika remaja bisa saja tergoda untuk memamerkan pusar, belahan dada, 
dan kemulusan paha, bila sistem yang ada di sekitarnya menolerir hal tersebut. 

Atau, seorang anak yang sejak dini diajarkan untuk jujur, tidak mengambil 
barang orang lain, ketika dewasa ada kemungkinan akan berani mencoba untuk 
'memanipulasi', bila oleh sistem yang ada, manipulasi dianggap sebagai hal yang 
biasa. 

Memang, bila berdasar contoh di atas anggapan pesimis atas potensi keluarga 
menjadi tampak benar. Masalahnya, bagaimanapun baiknya sebuah sistem bila ia 
dijalankan oleh individu yang berkarakter buruk, maka tetap saja akan 
menampakkan hasil buruk. 

Selain itu bukankah untuk bisa menciptakan sebuah sistem yang baik, pasti 
memerlukan individu yang baik pula? 

Ini artinya, selain membenahi sistem, maka pembentukan karakter individu tidak 
bisa tidak haruslah dilakukan, dan keluargalah yang berperan dominan untuk 
membentuk karakter individu. 

Harus diakui bahwa tidaklah mudah membenahi mental bangsa melalui keluarga. 
Memang akan lebih mudah dan cepat bisa membenahi sistem-sistem yang berada di 
luar keluarga. Terlebih, kenyataan menunjukkan bahwa upaya pemberdayaan anggota 
keluarga bukanlah pekerjaan instan. Yang sekali ajar langsung sukses. 

Anak bukanlah robot, yang begitu dimasukkan program, ia kemudian akan bertindak 
sebagaimana isi program. Anak memerlukan pola pembelajaran yang berulang dengan 
kualitas yang prima. 

Ketika hari ini seorang anak mendapat pembelajaran tentang kejujuran dan 
kesopanan secara berulang - ulang dari orang tuanya, mungkin baru 10 tahun, 20 
tahun bahkan mungkin, ia baru bisa memahami dan mengimplementasikannya dengan 
benar. 

Sifat pembelajaran yang seperti ini membuat jargon 'yang penting kualitas bukan 
kuantitas' menjadi jargon yang tak bermakna. Menjadi jargon omong kosong, 
jargon yang tidak menjejak bumi. 


Peduli Keluarga 

Menyimak begitu pentingnya keluarga, sungguhlah layak bila keluarga 
diperlakukan sebagai subyek da- lam pembangunan. Ironisnya, hal tersebut seolah 
terlupa-kan oleh sebagian besar pengambil kebijakan di negeri ini. Keluarga 
justru hanya dianggap obyek pembangunan. 

Tak aneh jika bermunculan keluarga-keluarga yang kurang berkualitas. Bagi 
keluarga miskin, mereka berkutat dengan minimnya akses kesejahteraan. Sementara 
bagi keluarga menengah - ke atas, banyak yang terperosok pada gaya hidup egois 
dan hedonis. 

Hal ini tentu tidak boleh dibiarkan terus berlangsung. Marilah bersama-sama 
peduli akan keberdayaan keluarga. Bagi Pemerintah hendaknya terus berupaya 
mengembangkan potensi keluarga melalui peningkatan dan pengembangan berbagai 
aspek kebutuhan keluarga, baik yang menyangkut pendidikan, kesehatan, ekonomi, 
sosial budaya, kemandirian keluarga, maupun yang berkaitan dengan nilai-nilai 
agama. 

Bagaimana mungkin keluarga bisa berdaya bila untuk mengakses pendidikan saja 
mereka sangat kesulitan? Bagaimana mungkin seorang anak bisa menjadi individu 
yang berkualitas bila ia menderita busung lapar? 

Bagaimana mungkin anak-anak bisa berakhlak prima bila setiap saat disuguhi 
dengan aneka bentuk pornografi dan pornoaksi? 

Sementara bagi orangtua, hendaknya semakin mampu menyingkirkan egoisme pribadi 
dan semakin menyadari akan potensinya sebagai 'guru' (digugu lan ditiru, di- 
dengarkan dan diteladani) bagi anak-anaknya. 

Juga menyadari bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan terampuh dalam 
pembentukan dan pengembangan karakter, kepribadian, etika, moral, sopan santun, 
nilai-nilai sosial dan religi bagi setiap anggotanya. 

Dengan semua upaya ini, semoga kelak tidak ada lagi korupsi di negeri ini, juga 
tidak ada lagi perempuan yang bersedia mengikuti kontes guna memamerkan lekuk 
tubuhnya, apa pun alasannya.* 


Penulis adalah ibu rumah tangga yang sangat berminat p da anak, perempuan dan 
kelua ga. 


Last modified: 2/6

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
In low income neighborhoods, 84% do not own computers.
At Network for Good, help bridge the Digital Divide!
http://us.click.yahoo.com/HO7EnA/3MnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke