Refleksi: Bukan hal baru dan aneh kalau korupsi di NKRI menonjol di Asia, 
karena SBY dan konco-konconya tidak mau bertindakan tegas anti korupsi terhadap 
bos yang bernama Jenderal Muhammad Soeharto, mantan presiden, sekalipun sudah 
diketahui umum bahwa Soeharto ini jago korupsi dan menyimpan hasil curiannya 
sebesar antara US$ 50,-- miliar diberbagai pelosok dunia.  SBY dan rezimnya 
berlagak pilon seolah-olah Soeharto itu tidak pernah korupsi. Jadi kaok-kaok 
yang berlangsung adalah tidak lain dari anti korupsi tebang pilih.



http://www.antaranews.com/berita/1258561441/korupsi-di-indonesia-masih-menonjol-di-asia

Korupsi di Indonesia Masih Menonjol di Asia
Rabu, 18 November 2009 23:24 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | 
Palembang (ANTARA News) - Indonesia merupakan negara di Asia yang perilaku 
korupsinya masih menonjol, dan terus menjadi sorotan Transparency Internasional 
(TI).

Sudah sekian kali TI kembali meluncurkan barometer korupsi global, dan sekian 
kali pula Indonesia masuk dalam jajaran negara yang mendapatkan angka "merah" 
untuk korupsinya, kata Todung Mulya Lubis, Ketua Badan Pengurus TI Indonesia 
yang juga praktisi hukum dalam suatu acara di Universitas Sriwijaya, di 
Palembang, Rabu.

Menurut dia, Indonesia merupakan negara di Asia yang selalu berada dalam posisi 
di atas dalam perilaku korupsi tersebut sejak barometer korupsi global ini 
pertama kali diadakan.

Ia menyebutkan, indeks persepsi korupsi Indonesia dari tujuh negara di Asia 
yang tingkat korupsi dan nepotismenya besar, yaitu Brunei Darussalam, Kamboja, 
Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand, memiliki angka rata-rata tertinggi.

Indeks ini merupakan hasil dari barometer korupsi global TI tahun 2009, dengan 
skala nilai berkisar dari nol sebagai paling bersih, hingga lima yang paling 
korup, kata dia pula.

TI baru-baru ini meluncurkan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) 2009, dengan 
melakukan 13 survai oleh 10 lembaga independen yang mengukur persepsi tingkat 
korupsi di 180 negara di dunia.

Dalam IPK 2009, peringkat Indonesia naik dari posisi nomor buncit ke peringkat 
ke-5 dari 10 negara ASEAN. Angka IPK Indonesia masih di bawah Singapura, 
Brunei, Malaysia, dan Thailand.

Di seluruh dunia, Indonesia masul urutan ke-111 dari 180 negara. 

Todung juga memaparkan, bila kualitas birokrasi di Indonesia berdasarkan hasil 
survei yang dilakukan oleh Political and Economic Risk Consultacy (PERC) 
terhadap 1.000 ekspatriat di Asia sejak 1997-2005, selalu masuk dalam lima 
besar keburukan di birokrasinya.

Ia menyatakan, meskipun di Indonesia telah dibentuk beberapa lembaga yang 
bertugas untuk mengeliminasi korupsi namun tetap saja belum dapat ditekan 
tingkat korupsinya.

"Seperti telah kita saksikan lahirnya lembaga yang ditujukan memberantas 
korupsi di negara ini, Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi atau 
TGPTPK dan Komisi Pemeriksaan Kekayaan Pejabat Negara tahun 1999, hingga Komisi 
Pemberantasan Korupsi tahun 2002, juga Tim Koordinasi Pemberantasan Tindak 
Pidana Korupsi tahun 2005," ujar Todung pula.

Menurut dia, semua itu belum juga dapat menjadikan Indonesia terlepas dari 
korupsi dan nepotisme, namun tetap diharapkan minimal dapat menekan tingkat 
korupsi yang semakin merajalela.

Ia menambahkan, dengan mengukur skala korupsi suatu negara, daerah atau lembaga 
dapat mengetahui seberapa besar nilai dan jumlah korupsi yang terjadi dan 
seberapa parahnya korupsi terjadi di negara, daerah dan lembaga tersebut 
menurut persepsi masyarakatnya atau pihak-pihak yang terlibat dengannya.

Dia berharap, dengan kerja keras dan keberanian serta dukungan semua pihak, 
pada saatnya korupsi di Indonesia dapat ditekan dan diberantas.(*)







[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to