Langkah Strategis Pemba­ngunan Keluarga Bangsa

Dengan assumsi bahwa dalam usianya genap satu abad (2045) bangsa
Indonesia sudah harus dapat mewujudkan dirinya sebagai keluarga
bangsa yang "sakinah", maka langkah strategis sebagai kelanjutan atau
koreksi atas reformasi, adalah harus segera di­agen­dakan hal-hal
sebagai berikut:

1. Menjamin pengelolaan Penyelengaraan Pemerintahan secara benar dan
baik (good governance). Ciri pengelolaan penyelenggaraan Pemerintahan
yang baik dan benar adalah keikut sertaan masyarakat luas yang
diatur dalam sistem untuk mengawasi jalannya pemerintahan sehingga
segala sesuatu yang berhubungan dengan pemerintahan bisa diakses
infor­masinya oleh publik (transparan), sehingga bukan saja jendela
katarsis terbuka tetapi proses politik di semua lapisan pe­merintahan
dapat berjalan sesuai dengan jadwal putarannya, tidak stagnant.

Jika sistem ini berjalan maka Pemerintahan yang bersih (clean
government) mudah terwujud. Hal ini berkaitan dengan sikap terbuka
yang harus dibudayakan, sebagai lawan dari feodalisme yang biasanya
menyimpan "rahasia". Budaya feodal Jawa dalam pemerintahan orde baru
telah membuat korupsi seperti gunung es, dibuktikan susah, padahal
praktek korupsi sudah sangat meluas. Membuang budaya feodal dalam
pemerintahan caranya adalah dengan me­misahkan secara jelas mana
urusan negara (publik) dan mana urusan pribadi. Kehidupan pribadi
dihormati kerahasiaannya, tetapi urusan pemerintahan merupakan hal
yang harus bisa diakses oleh publik, dan memang menjadi hak publik
untuk mengetahuinya. Dalam kehidupan keluargapun, urusan hubungan
suami isteri merupakan rahasia di dalam kamar tertutup yang tidak
bisa diakses oleh angota keluarga, tetapi kebijakan dan perekonomian
keluarga seyogyanya bisa diakses oleh semua anggauta keluarga.

2. Meningkatkan keamanan di tengah masyara­kat dan ketahanan wilayah
NKRI. Hal ini berkaitan dengan profesionalitas dan harkat kepolisian
dan TNI. Profesionalitas kepolisian dan TNI berhubungan dengan
pendidikan dan peralatan yang dibutuhkan, sedangkan harkat mereka
berhubungan dengan sistem rekruitmen dan sistem pembinaan jabatan
karier. Sistem pendidikan dan sistem rekruitmen yang transparan logis
akan merangsang semangat pengabdian. Sebaliknya sistem pendidikan dan
rekruitmen yang sarat KKN akan melahirkan aparat yang mudah tergoda
menjadi penindas, mafia dan backing kejahatan. Peralatan yang memadai
akan meningkatkan harga diri dan efektifitas tugas sesuai dengan
besarnya pen­duduk dan luasnya wilayah NKRI .

3. Membenahi Ekonomi Bangsa Secara Demo­kratis. Pemerintah harus
mempunyai kemauan yang kuat untuk membenahi perekonomian bangsa
dengan semangat pemihakan kepada rakyat banyak. Garis ekonomi bangsa
harus imbang antara menerima perdagangan bebas sebagai konsekwensi
adanya globalisasi dengan proteksi kepentingan nasional. Amerika yang
sudah begitu majupun masih tetap melakukan proteksi bagi kepentingan
ekonomi dalam negerinya.

4. Meningkatkan komitmen penegakan hukum. Hal itu harus dilakukan
secara seimbang antara penyempurnaan perangkat hukum dengan
keteladanan penegakan hukum tanpa pandang bulu. Belajar kepada Cina,
penegakkan hukum secara tegas kepada elit politik secara drastis
menurunkan angka kejahatan dan meningkat­kan kesejahteraan ekonomi
secara spektakuler hanya dalam satu dekade. Kita harus mengem­bangkan
dan memperkuat pranata-pranata demokrasi dan pembagian tugas dan
wewenang yang jelas an­tara pemerintahan, perwakilan dan pengadilan.

5. Menetapkan strategi pendidikan nasional berorientasi setengah abad
ke depan. Harus diakui bahwa generasi sekarang merupa­kan produk
sistem pendidikan yang keliru, dan dampak negatipnya terhadap
kualitas SDM masih belum hilang hingga sepuluh-duapuluh tahun
mendatang. Cina selalu mengirim mahasiswa studi ke luar negeri, meski
yang kembali hanya 10 %, sisanya tetap tinggal dan bekerja di luar
negeri. Cina perantauan tidak dipandang sebagai penghianat bangsa,
seba­liknya mun­culnya China town dimana-mana justeru menguntungkan
ekonomi Cina dalam sistem ekonomi global.

India melakukan stra­tegi pendidikan dalam bentuk menyediakan anggaran
pendidikan yang sangat besar hanya untuk 10 % penduduknya. Hasilnya,
10% dari satu milyard penduduk India setara dengan seratus juta orang
India merupakan SDM yang sangat terdidik, dan mereka kini menguasai
pasar tenaga kerja skill di negara maju dan perda­gangan menengah di
berbagai negara, sementara tenaga ahli kita bahkan kalah ber­saing di
negeri sendiri, dan ke luar negeri hanya bisa mengirim tenaga babu.
Pada waktu masa petro dollar 30 tahun yang lalu, Malaysia tidak meng­
gunakan uangnya untuk membangun gedung, tetapi untuk mengirim putera-
putera bangsa belajar di luar negeri, sedangkan kita mengha­biskan
uang itu untuk membangun hutan beton di kota-kota (jasad bangsa)
sementara anggaran pendidikan tetap hanya 10%. Sekarang Malaysia
menikmati kualitas SDMnya dan kita meratapi kualitas SDM kita.

6. Menggalakkan diplomasi international. Sebagai bangsa besar,
Indonesia harus rajin tampil dalam forum-forum international,
merespon setiap ke­jadian penting di dunia dan mengambil peran aktif
dalam usaha bersama menciptakan per­damaian dunia. Inisiatif Hasyim
Muzadi (Ketua PBNU) menengahi konflik di Thailand secara jujur harus
diacungi jempol. Paradigma penempatan dubes sebagai penghargaan atau
pembuangan pejabat, harus diganti dengan paradigma diplomasi dan
kaderisasi. Dubes tidak harus orang tua, tetapi boleh generasi muda.
Dubes tidak harus anggun, tetapi boleh juga atau semestinya bisa
menjadi penjaja dagangan atau salesman produk dalam negeri.

7. Meneruskan Rekonsiliasi Nasional. Kita harus bisa menatap
kesalahan masa lalu sebagai pelajaran berharga, sebagai dasar untuk
menatap masa depan bangsa, dan selanjutnya berani menetapkan batas
bahwa mulai hari ini masa lalu kita tutup, dan untuk selanjutnya
segala kebijakan berorientasi kepada program masa depan.

Wassalam,
agussyafii

==============================================
Sekiranya berkenan mohon kirimkan komentar anda melalui
http://mubarok-institute.blogspot.com atau [EMAIL PROTECTED]
==============================================







Kirim email ke