Dear para sahabat;

Dari milis tetangga saya dapatkan berita yang menarik di bawah ini,
wawancara Radio Belanda dengan Bill Liddle, tentang adanya "Mafia
Columbus" setelah "Mafia Berkeley," dikirimkan oleh Yusniar Caniago
yang dia peroleh dari seorang sahabatnya.

Penting untuk disimak dan dikomentari, karena ada kaitannya dengan
pemerintaha baru di bawah SBY sekarang ini.

Sata sendiri sudah mengomentari, dan komentar saya itu akan saya
kirimkan setelah mengirimkan kiriman di bawah ini.

Salam,
Ikra.-


----- Original Message -----
From: Sahabat
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, October 21, 2004 9:18 AM
Subject: Dulu Ada Mafia Berkeley, Benarkah Sekarang Ada Mafia
Columbus?


Dulu Ada Mafia Berkeley, Benarkah Sekarang Ada Mafia Columbus?

Intro: Di zaman orde baru dulu sering terdengar istilah Mafia
Berkeley. Maklum para pejabat di bidang ekonomi yang waktu itu
diangkat oleh Soeharto kebanyakan tamatan Univeristy of California
Berkeley. Para teknokrat yang dipelopori oleh Widjojo Nitisastro ini
melancarkan kebijakan ekonomi neoklassik yang hanya mungkin berjalan
pada iklim politik otoriter di masa itu. Tanpa latar belakang
politik, para teknokrat ini juga tidak punya hambatan moral untuk
terus melaksanakan kebijakan ekonomi macam itu. Sekarang ketika
suasana tidak seotoriter dulu, ternyata kembali terdengar istilah
mafia, tetapi kali ini mafianya beralih ke Columbus. Di kota
Columbus di negara bagian Ohio Amerika Serikat, ada Ohio State
University, dengan R. William Liddle sebagai salah seorang profesor
pada departeman ilmu politik. Bekas mahasiswa profesor Liddle inilah
yang sekarang aktif mengelilingi presiden baru Susilo Bambang
Yudhoyono. Benarkah sekarang ada yang disebut Mafia Columbus?
Berikut penjelasan profesor R. William Liddle:

R. William Liddle [RWL]: Ya mudah-mudahanlah. Hahaha. Insya Allah
ada mafia Columbus. Yang dimaksudkan dengan mafia Columbus atau
mafia Ohio State sebetulnya adalah, ya ada beberapa bekas mahasiswa
saya yang sudah jadi orang di Indonesia. Dan mahasiswa saya selama
ini, selama 20 tahun memang banyak sekali. Mulai dengan Mochtar
Mas'oed yang baru saja dilantik sebagai dekan Fisipol di Gadjah Mada
di Yogyakarta. Dan di Jakarta tentu saja banyak juga.

Jadi yang dimaksudkan dengan mafia OSU, saya kira adalah bahwa
banyak sekali mahasiswa saya yang sudah jadi orang di Indonesia.
Tentu saja saya bangga sekali. Tapi satu hal yang membedakan saya
atau membedakan Ohio State atau mafia ini dengan mafia Berkeley
adalah bahwa mafia Berkeley itu kan semua satu aliran, satu
pendapat. Mereka semua ekonom dengan satu tujuan dan satu kerangka
pemikiran dan analisis. Kalau murid saya, ya tersebar, macam-macam,
variasi, aneka ragam. Aneka ragam mahasiswa saya.

Radio Nederland [RN]: Walaupun begitu tampaknya mereka punya satu
kesatuan yang jelas bahwa mereka kebanyakan beroperasi di dalam
negara, Pak Liddle ya, bukan di luar negara ya?

RWL: Ya, sulit sekali di Indonesia. Kalau anda bercita-cita membuat
sesuatu bagi bangsa, sulit sekali main di luar negara. Yang saya
bilang tadi, Mochtar Mas'oed misalnya. Apakah anda menganggap dia
sebagai pejabat? Bagi saya dia adalah seorang dosen yang berkiprah
di dunia itu dan bukan di dunia pemerintah. Jadi ada juga, ada juga
yang di luar pemerintah.

RN: Maksudnya yang lebih mandiri, begitu ya?

RWL: Lebih mandiri. Ya, maksud saya ada yang tidak punya ambisi
untuk memainkan peranan penting di dalam negara, tetapi fokusnya
lebih kepada masyarakat.

RN: Saya kira sampai sekarang belum kelihatan lulusan dari Ohio
State University di Columbus, tempat Pak Liddle berada sekarang,
yang bergerak di luar negara. Misalnya di LSM begitu.

WL: Ya, bagaimana ya? Saya harus kembali mungkin ke Mochtar Mas'oed
sebab dia adalah anak NU yang masih aktif di NU dan aktif di LSM-LSM
di daerah Yogyakarta yang punya hubungan dengan NU. Jadi ada. Tapi
memang anda benar bahwa sebagian besar mahasiswa saya bukan di LSM.
Mungkin itu sebab mereka memilih saya dulu. Ya, memang penelitian
saya tidak di bidang LSM tetapi di pemerintahan.


RN: Kalau misalnya saya membandingkan Pak Liddle dengan Indonesianis
lain di Amerika misalnya Profesor Ben Anderson, tampaknya lulusan
dari Cornell dari Profesor Ben Anderson itu lebih banyak yang
beroperasi di luar negara, di luar birokrasi. Bagaimana menurut Pak
Liddle?


RWL: Ya, memang saya kira hal itu benar. Saya tidak tahu bagaimana
membandingkan mahasiswa saya dengan mahasiswa Ben. Tapi salah satu
hal yang saya tahu tentang mahasiswa saya adalah bahwa sebagian
besar berasal dari kalangan santri. Jadi orang Islam, tapi bukan
Islam saja tapi Islam dari kalangan santri. Sebagian dari kalangan
Muhammadiyah sebagian dari NU. Dan ada juga yang lepas dari itu,
tapi kan beberapa tamat dulu dari IAIN Jakarta misalnya sebelum
mereka datang ke Ohio State University.

Dan ini juga saya tidak tahu kenapa. Tapi sepertinya ada pesantren,
dan saya kadang-kadang dijuluki kyai mereka sebab ini pesantren Ohio
State. Itu juga menjadi sumber kebanggaan, terus terang saja. Sebab
sebutan kyai itu sangat terhormat. Jadi kalau ada orang yang bilang
meskipun sambil tersenyum bahwa saya adalah kyai mafia OSU ya tentu
saja saya ikut bangga sekali.

RN: Pak Liddle tadi mengatakan bahwa mahasiswa itu bervariasi,
berbeda misalnya dari Berkeley, karena mereka kebanyakan punya satu
aliran. Kemudian saya mengatakan toh mahasiswa Pak Liddle itu
beroperasi dalam negara. Apakah sebenarnya Pak Liddle memberikan
semacam keyakinan kepada mereka bahwa mereka akan berhasil sebagai
manusia kalau mereka beroperasi di dalam negara di Indonesia?

RWL: Tidak, tidak. Saya kira justru sebaliknya, mereka sudah punya
pendirian itu sebelum mereka datang ke mari. Tapi saya kira kita
harus juga membuat daftar mahasiswa saya. Sebab misalnya, saya ambil
contoh saja dari Jakarta, kalau Salim Said misalnya, dia kan menjadi
ahli tentara dan politik. Tapi dia adalah pengamat yang sangat tidak
ingin menjadi pejabat negara.

Ada Syaiful Mujani, salah satu murid saya yang semakin terkenal di
Jakarta. Tetapi dia sama sekali tidak mau menjadi pejabat, dia
menjadi direktur penelitian di Lembaga Survey Indonesia, sebuah
lembaga yang sangat ilmiah, sangat akademik sifatnya dan tidak
berpolitik.

Kalau Rizal Mallarangeng, dia membentuk sebuah yayasan, Freedom
Institute yang menjadi semacam think tank, kira-kira seperti CSIS,
tetapi tujuannya kan lebih liberal. Sebab Rizal memang beraliran
liberal.

Atau Denny JA, dia kan memang lebih cenderung aktif di dalam politik
dan menjadi pendukung SBY. Jadi variasinya banyak sekali.

RN: Tetapi ya, Denny JA dan Andi Mallarangeng mereka adalah orang-
orang yang paling berperan nanti dalam pemerintahan SBY tampaknya.

RWL: Ya kita lihat nanti. Pertama jangan lupa bahwa Andi
Mallarangeng meskipun dia orang yang baik sekali dan teman lama, dia
bukan teman saya, dia bukan murid saya. Rizal Mallarangeng adalah
murid saya, adiknya, bukan Andi. Tapi Denny, ya kita harus lihat
nanti bagaimana. Tapi saya kira kedua-duanya akan memainkan peranan
penting di dalam pemerintahan SBY. Dan itu wajar saja. Mereka sudah
lama mempersiapkan diri untuk peran itu.

RN: Dari diri Pak Liddle sendiri tidak pernah ada dorongan ya supaya
beroperasi di dalam sektor negara.

RWL: Tidak pernah ada. Kalau anda meminta pendapat saya, saya tentu
saja ingin supaya mereka menjadi akademisi, atau menulis. Mereka kan
di sini belajar penelitian, bagaimana menjadi peneliti yang baik.
Tetapi pulang ke Indonesia sulit sekali menjadi peneliti. Hidup dari
penelitian atau hidup dari pekerjaan sebagai dosen. Jadi antara lain
saya kira mereka tertarik kepada negara oleh karena itu.

RN: Tapi Pak Liddle sendiri bagaimana, Pak Liddle sendiri yakin
bahwa perubahan di Indonesia itu hanya bisa digerakkan oleh sektor
negara?

RWL: Tidak. Masyarakat sipil penting sekali. Dan juga apa yang oleh
ahli ilmu politik disebut sebagai masyarakat politik, artinya partai-
partai penting sekali. Saya melihat sebuah masyarakat sebagai
sesuatu yang multi dimensional.

Jadi di dalamnya ada masyarakat sipil yang memang memainkan peranan
sangat penting, dan sektor itu memerlukan dana sekarang untuk
dikembangkan. Untuk mengawasi negara. Apalagi dengan desentralisasi,
sangat penting di tingkat propinsi dan juga ditingkat kabupaten dan
kotamadya. Dan Indonesia juga memerlukan sistem kepartaian yang bisa
mengaitkan, menghubungkan pemerintah dengan masyarakat di bawah.
Jadi saya tidak memilih salah satu dari tiga itu, pemerintahan,
partai dan lsm. Semuanya penting.

Demikian profesor William Liddle, pakar politik Indonesia dari Ohio
State University di Columbus, Ameriak Serikat.

Radio Nederland, Kamis, 21 Oktober 2004.







------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
$9.95 domain names from Yahoo!. Register anything.
http://us.click.yahoo.com/J8kdrA/y20IAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih 
Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke