http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2009112608054315

      Kamis, 26 November 2009 
     
      BURAS 
     
     
     
Masalah Personifikasi Kekuasaan! 

       
      H. Bambang Eka Wijaya



      "GEJALA personifikasi kekuasaan terlihat ketika menyampaikan tanggapan 
yang diharap menjadi solusi tuntas kasus Bibit-Chandra, Presiden SBY cenderung 
personalized--bersikap subjektif dengan lebih menonjolkan kapasitas 
pribadinya!" ujar Umar. "Akibatnya, sedikit sekali dan samar-samar saja 
akomodasinya terhadap sajian realitas objektif (dari luar dirinya) baik itu 
opini publik yang luas maupun rekomendasi Tim 8 yang dia bentuk untuk 
mengobjektifkan solusinya!"

      "Pada bahasa tubuhnya juga terlihat, setiap kali menyebut diri dengan 
kata saya, selalu diiringi dengan menepuk dada!" sambut Amir. "Sebutan saya 
terasa lebih mempribadi, sehingga karena bicara dalam kapasitas suatu jabatan 
kekuasaan, sikapnya itu menjadi personifikasi kekuasaan, atau universalnya 
lazim disebut personalized power!"

      "Personalized power? Wow! Itu istilah yang hanya dengan sekali klik di 
Google, di bawah setengah menit kita diberi sajian 309 juta pilihan bacaan!" 
tegas Umar. "Salah satunya yang diprioritaskan oleh Google Books, definisi dari 
Kouzes and Posner (1987) yang dikutip Edwin A. Locke and Associates dalam The 
Essence of Leadership (Lexington Books, 1999), yang intinya berbunyi, A leader 
with a personalized power motive seeks power as an end in itself, ... they 
focus on collecting symbols of their own personal prestige--Seorang pemimpin 
dengan suatu personalized power bermotif mencari kekuasaan sebagai tujuan itu 
sendiri, ... mereka fokus untuk mengoleksi simbol-simbol prestise mereka 
sendiri!" (halaman 22--23)

      "Maka itu, dengan kekuasaan dijadikan tujuan, harus dijaga dan dirawat 
sebaik-baiknya, jangan sampai terpercik noda sekecil apa pun!" timpal Amir. 
"Sebaliknya, kekuasaan yang lebih mengemuka pada sosok penguasa, hiasan ragam 
permata terbaik kelas dunia di mahkota, berupa prestise atau citra, selain 
harus terus ditambah juga rajin digosok agar makin berkilau! Untuk semua itu, 
penguasa harus selalu menjaga dirinya untuk tidak mencampuri hal-hal praksis, 
lebih-lebih yang mengandung kotoran seperti KKN karena mahkota bisa kecipratan 
noda kotor itu!"

      "Pantas, saat tanggapannya atas rekomendasi Tim 8 yang ditunggu rakyat 
seantero negeri, ia justru menyampaikan lebih dahulu kasus Bank Century!" tukas 
Umar. "Itu karena, skandal Bank Century mencemari mahkota--prestise dan 
citranya, hingga harus prioritas menepisnya! Termasuk menjamu pimpinan media 
nasional malam sebelumnya!"

      "Sayangnya, keketatan menjaga diri dari cemaran lewat kegiatan praksis 
itu, mengurangi fleksibilitas kepemimpinannya!" timpal Amir. "Padahal. dalam 
sistem presidensial posisi presiden amat kuat, hingga sebenarnya bisa berbuat 
banyak dalam hal apa saja! Tapi akibat eman-eman kekuasaan dari cemaran atas 
prestise dan citra pribadinya, tugas yang sebenarnya bisa dilakukan lugas pun 
harus dibawa berputar, tujuan selangkah ditempuh lewat jalan yang butuh ribuan 
langkah!" n
     


[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to