http://www.sinarharapan.co.id/berita/0505/07/opi02.html


Membersihkan Korupsi di Istana
Oleh Muhtadin AR

Pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menginstruksikan Badan 
Pemeriksa Keuangan (BPK) mengaudit semua aset milik Sekretariat Negara 
(Setneg), Sekretariat Kabinet (Seskab), Kantor Presiden dan Kantor Wakil 
Presiden (Sinar Harapan, 28/4), menarik untuk dicermati. Pasalnya, inilah 
kesempatan langka yang tidak pernah ada selama negara ini berdiri.

Selama ini, lingkungan istana dianggap sebagai tempat 'keramat' yang tidak ada 
satupun orang atau institusi berani mengusik, apalagi mengaudit. Meskipun semua 
tahu bahwa keputusan-keputusan besar dalam membangun bangsa ini muncul dan 
diputuskan di sana. Tapi kini, pintu untuk mengetahui dapur istana itu telah 
dibuka lebar-lebar oleh SBY. Yang menjadi pertanyaan, beranikah BPK mengaudit 
kekayaan yang ada di lingkungan istana itu?. tidakkah ini hanya strategi dan 
akal-akalan SBY untuk meraih kembali popularitasnya?

Seperti kita ketahui, popularitas SBY menurun seiring dengan tiadanya perubahan 
apa-apa dalam seratus hari pemerintahannya. Bahkan kebijakannya untuk menaikkan 
harga BBM di tengah beban hidup masyarakat yang semakin berat, telah membuat 
sebagian besar masyarakat marah. Marah karena mereka memang tidak memiliki 
kemampuan untuk membeli, tetapi juga marah karena SBY yang dalam kampanye 
presiden seolah-olah membela kepentingan masyarakat, ternyata kebijakannya 
bertolak belakang dengan keinginan masyarakat.
Untuk itu agar kita tidak terjebak dalam arus besar pemikiran, apakah ini hanya 
sekedar akal-akalan SBY atau tidak, setidaknya ada dua hal yang bisa dijadikan 
pijakan. Pertama, niat baik SBY untuk membersihkan negeri ini dari tangan para 
koruptor. 

Hilangnya uang negara dari tahun ke tahun yang semakin besar, tidak hanya 
menyengsarakan kehidupan masyarakat banyak. Tetapi juga telah menghilangkan 
kepercayaan masyarakat terhadap kebersihan elite itu sendiri. Bahkan sering 
muncul stigma di masyarakat: semua pejabat adalah korup, apapun jabatannya.
Laporan BPK tahun 2004 lalu yang menyebutkan ada sekitar Rp. 167 triliun uang 
negara yang diselewengkan misalnya, sangatlah mengecewakan masyarakat. 
Di samping karena tidak diketahui siapa yang menyelewengkan, pada saat tidak 
berselang lama, pemerintah justru menarik subsidi BBM yang kisarannya kurang 
dari 30 triliun. Pendeknya, tidak ada alasan apapun bagi kita semua untuk tidak 
mendukung keputusan SBY yang mencoba ingin memperbaiki kondisi bangsa dari 
ambang kehancuran ini.

Kedua, keberanian SBY untuk memulai pemberantasan korupsi dari lingkungan yang 
paling dekat dengan kehidupan sehari-harinya, yakni istana. Dalam benak SBY 
mungkin terbersit, tidak mungkin membersihkan kotoran di rumah orang jika di 
rumahnya sendiri masih kotor. Halaman yang disapu tidak mungkin bersih jika 
sapu yang dipakai juga kotor. Dan itu berarti tidak mungkin dalam pemberantasan 
korupsi kita hanya mengandalkan undang-undang tanpa pernah ada tindakan nyata.


Bola Panas 
Kalau hanya mengandalkan undang-undang, betapa banyak undang-undang tentang 
korupsi telah diproduksi elite kita. Ada UU No. 30 tahun 2002 yang kemudian 
melahirkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), UU No. 3/1971 tentang 
Pemberantasan Korupsi, Tap MPR No XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara 
yang Bersih dan Bebas KKN, UU No. 28/1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintah 
yang Bersih dan Bebas KKN, lalu UU No. 31/1999 tentang 
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Antikorupsi), tapi nyatanya, indeks 
korupsi negeri ini semakin tahun justru semakin naik? (baca: indeks negara 
terkorup yang dikeluarkan TI (Transparency International).
Terlepas apakah semua ini hanya sekedar strategi SBY untuk menumbuhkan kembali 
kepercayaan masyarakat pada dirinya, bahwa dirinya serius dalam memberantas 
korupsi, atau tidak. Yang jelas SBY telah melempar 'bola panas' ini ke BPK. 
Sekarang masyarakat sangat berharap instansi yang dikomandoi Anwar Nasution ini 
mampu bekerja secara sungguh-sungguh?. Di samping karena ini kesempatan langka, 
juga ada stigma di masyarakat bahwa istana adalah salah satu tempat dimulainya 
kegiatan korupsi.
Pandangan masyarakat ini bisa kita maklumi karena istana memang menjadi salah 
satu tempat sirkulasi kebijakan negara diproduksi. Padahal seperti kita 
ketahui, setiap kebijakan yang ditelorkan di negeri ini, selalu memberikan 
celah untuk dikorupsi. Untuk itu, kita harus mendorong BPK untuk berani 
mengungkap apa yang sebenarnya terjadi.

Seorang sosiolog Cina, Chu Cheng-po mengungkapkan, perubahan-perubahan 
struktural dan legal dalam administrasi pemerintahan yang dirancang untuk 
memberantas korupsi, tidak akan berhasil jika tidak ada sejumlah individu yang 
mempunyai prinsip tinggi yang menduduki posisi-posisi kunci dan vital untuk 
keberhasilan usaha itu. (1982).
Sejarah juga selalu mencatat, bahwa pelopor-pelopor penentang korupsi adalah 
orang-orang yang dijiwai dengan idealisme, keberanian, kebencian yang dalam 
terhadap ketidakadilan, suatu sikap yang kritis terhadap tatanan yang ada, 
optimisme pada keberhasilan, dan keyakinan pada kemampuan penalaran dan 
keadilan. 

Sekarang, adakah semua kriteria itu dalam individu-individu di institusi yang 
diberi wewenang secara hukum untuk memberantas korupsi? Kalau ada, meskipun itu 
hanya SBY seorang, atau ditambah Anwar Nasution ketua BPK, pasti lambat laun 
korupsi di negeri ini bisa diberantas. 

Tragis bukan kalau yang bisa ditangkap hanya orang-orang yang mencuri ayam dan 
kambing. Sementara para pengemplang uang negara justru dibiarkan tidur nyenyak 
di hotel-hotel mewah. 

Penulis adalah peneliti di P3M Jakarta
  
Copyright © Sinar Harapan 2003 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Dying to be thin?
Anorexia. Narrated by Julianne Moore .
http://us.click.yahoo.com/FLQ_sC/gsnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke