http://www.padangekspres.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=1977


Memperbincangkan Korupsi di Depag
Oleh Zuli Qodir
Oleh admin padek 1
Selasa, 28-Juni-2005, 10:04:262 klik


Tim Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tim Tastipikor) menetapkan pejabat 
tinggi, salah satu Dirjen di Depag dan mantan Menteri Agama Said Agil 
Al-Munawar, menjadi tersangka dalam dugaan korupsi pengelolaan dana 
penyelenggaraan haji di Depag RI. 


Jika Tim Tastipikor benar-benar melakukan penyidikan serius, akan banyak orang 
di lingkungan Depag yang bakal dijemput untuk pindah rumah karena terjerat 
kasus korupsi. Kita bertanya-tanya, ada apa sebenarnya dengan kaum religius 
ini? Di manakah letak kesalahannya, pada kaum agamawan dalam mengajarkan agama 
kepada umatnya, ataukah memang sudah jadi tabiat bangsa ini, sehingga siapa pun 
yang melihat duit merasa bersalah jika tidak mengorupnya? 

Pada saat Komisi Pemilihan Umum (KPU) tengah ramai menjadi sorotan publik 
karena ada dugaan kasus korupsi yang kemudian menyeret Nazaruddin Sjamsuddin 
dan Mulyana W. Kusuma bisa jadi terus bertambah, sehingga seluruh pejabat dan 
anggota KPU harus "kos" di Rutan Salemba, publik kembali dikejutkan dengan 
dugaan korupsi di Depag, khususnya urusan penyelenggaraan haji. 

Tentu saja, kita menjadi risi, bahkan tidak habis pikir, sebuah lembaga negara 
yang bisa dibilang memiliki "hubungan dengan Tuhan" saja, para pejabatnya 
melakukan tindak pidana korupsi. Bagaimana dengan lembaga-lembaga negara 
lainnya, apakah tidak lebih bobrok dan korup? Tentu saja, ini pertanyaan yang 
menyakitkan, namun saya tidak bermaksud menuduh seluruh lembaga negara di 
Indonesia orang-orangnya korup. Lama telah kita dengar bahwa Depag itu memang 
korup. Namun, kali ini benar-benar mengerikan jika nanti sungguh-sungguh 
terbukti bahwa para pejabat di lingkungan Depag (urusan haji) secara jamaah 
melakukan korupsi. Dana haji yang disetorkan masyarakat muslim Indonesia untuk 
menunaikan ibadah saja dikorup, apalagi yang tidak untuk ibadah. Haji kita 
ketahui adalah salah satu kewajiban orang Islam bagi yang mampu. Tetapi, kita 
juga harus tahu bahwa banyak dari masyarakat kita yang ingin berangkat haji 
dengan menjual sawah-ladang, sapi, kerbau, dan seluruh tabungannya dikuras demi 
menjalankan perintah Tuhan agar sempurna dalam beragama, sekalipun biayanya 
sangat mahal. 

Ironisnya, mahalnya biaya haji itu disebabkan para pengelola urusan haji 
mengorup sebagian setoran haji. Sungguh, hal ini merupakan kejahatan terbesar. 
Sebab, mereka bukan hanya melakukan tindak kriminal kepada sesama manusia, 
tetapi sekaligus kepada Tuhan. 

Pernah suatu ketika kita dengar pernyataan bahwa di negeri ini lembaga paling 
korup adalah Depag, Diknas, dan Depkes. Kemudian, Anwar Nasution, deputi senior 
Bank Indonesia, menyatakan bahwa BI adalah "sarang penyamun". Artinya, di 
negeri ini, sekurang-kurangnya lembaga yang penuh dengan "siluman" ada empat 
institusi terpenting. Depag sebagai institusi pembinaan mental-spiritual 
terkontaminasi oleh sifat-sifat buruk para petinggi dan stafnya. Oleh karena 
itu, sangat sulit berharap pembinaan mental-spiritual dari Depag karena juga 
akan dikorup. Dan persis di sinilah tempatnya, dana haji juga dikorup. Pejabat 
dan pegawai Depag berani melakukan korupsi dari rumah Tuhan. 

Diknas demikian pula. Lembaga yang berkewajiban dan bertugas mendidik 
mentalitas anak-anak bangsa sebagai generasi penerus juga terkoyak oleh adanya 
skandal kasus megakorupsi para pejabatnya. Sungguh ironi yang mahadahsyat, di 
mana pembinaan generasi muda tidak lagi bersih dari kekuatan nafsu serakah para 
pejabat dan pegawai Diknas. 

Dengan itu, berharap kepada pendidikan yang mampu mendorong pada pencegahan 
terjadinya korupsi menjadi semakin kecil peluangnya. Sebab, yang terjadi adalah 
sebaliknya. Depkes juga tidak berbeda dengan dua institusi negara di atas. 
Sebuah institusi yang berkewajiban memberikan perlindungan kesehatan dan 
perawatan kepada masyarakat agar sehat jiwa raganya ternyata juga korup. 

Saya khawatir, jangan-jangan semakin mahalnya biaya berobat di rumah sakit, 
puskesmas, atau balai-balai pengobatan karena sebagain besar pejabat rumah 
sakit atau puskesmas yang berada di bawah Depkes juga mengorup uang berobat 
pasien. 

Lengkap sudah penderitaan masyarakat kita. Institusi yang dipercaya memberikan 
bimbingan mental-spiritual korup, institusi yang dipercaya memberikan bimbingan 
untuk meraih masa depan yang lebih jelas korup, masih disertai institusi yang 
dipercaya memberikan pelayanan kesehatan ragawi juga korup. Oleh sebab itu, 
seakan tidak ada lagi harapan untuk hidup tanpa terjadi korupsi di Indonesia. 

Korupsi benar-benar telah terjadi seperti kata pepatah "dimulai dari WC hingga 
rumah ibadah/rumah Tuhan." Korupsi telah terjadi dari tempat yang dianggap 
paling kotor, jorok, dan tidak sopan, sampai tempat yang diangap paling suci 
dan diagungkan. Koruptor ternyata tidak memandang tempat. Dalam konteks 
peribahasa itulah, Depag saat ini tampak terlihat boroknya. Penyelewengan dana 
penyelenggaraan haji adalah bukti paling sempurna betapa lembaga yang berurusan 
dengan Tuhan saja melakukan tindak korupsi. Demikian pula tiga lembaga yang 
saya sebut di atas, tentu saja tidak bisa imun dari tindakan korupsi. 

Siapa Yang Salah? Dalam kaitannya dengan Depag, jangan-jangan, yang salah 
adalah para agamawan itu sendiri yang mengajarkan kepada umatnya tentang 
nilai-nilai agama, tetapi tidak pernah memberikan teladan kepada jamaah agar 
berbuat yang tidak bertentangan dengan ajaran agama. Agama diajarkan tetapi 
sebatas formalitas ajarannya, bukan bagaimana pemeluk agama itu menghayati dan 
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari (everyday life) dengan ajaran 
agamanya. 

Disebabkan para agamawan mengajarkan agama hanya formalitas, maka tatkala 
terjadi anomali-anomali, dikatakan sebagai sesuatu yang normal saja sebagai 
manusia biasa yang tidak lupa dari dosa dan khilaf. Orang beragama pun akhirnya 
hanya diajari memaafkan dan mendoakan kepada mereka yang berbuat kejahatan agar 
tidak mengulangi di kemudian hari. 

Tetapi, orang beragama tidak pernah diajarkan agar mencontoh perbuatan dari 
dalam dirinya dan masyarakatnya yang tidak korup dan santun dengan semua orang. 
Dimensi kemanusiaan dan sosial hambar dari pengajaran agama di negeri ini. 
Sebab, yang terjadi adalah indoktrinasi yang penuh dengan ancaman dan 
pengampunan dari Tuhan. 

*Penulis adalah peneliti pada Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian UGM 
Jogjakarta.


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke